5. Jangan bandingkan!

9 0 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu, salam sehat semua. Salam toleransi untuk yang berbeda agama. Bagaimana kabar kalian? Di hari Minggu ini, Sora kembali update! Jangan lupa vote, komen, follow dan tungguin terus Sya pastinya. Jangan lupa bahagia dan bersyukur untuk hari ini. See you next time.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu.

"Biah adalah Biah, Amir adalah Amir. Mereka tidak sama, dan jangan pernah kamu samakan mereka! Jangan pernah, bandingkan mereka!"

Syakila
________________________________________________________

"Mbak, Biah itu aneh loh, Mbak. Masa iya, dia bisa menjadi Hafidzah di usianya yang baru 3 tahun. Lalu dia juga bisa membaca Al-Qur'an dengan fasih dan juga Tartil. Apa itu tidak aneh, Mbak? Coba lihat anakku! Dia juga aneh. Masa dia belum bisa membaca Al-Qur'an, jangankan membaca. Mengenal huruf Hijaiyah saja dia sering salah. Entah dosa apa yang aku perbuat." Miryam berucap dengan nada kesal.

Sya yang mendengar itu tersenyum tipis. "Biah tidak aneh, Miryam. Dia seperti anak yang lainnya, hanya saja kelebihannya bisa membaca dan menghafal Al-Qur'an."

"Ya tapi Mbak, Biah itu masih kecil loh! Apa jadinya jika dia besar nanti? Mungkinkah nanti dia menjadi ustadzah hebat, Mbak?" tanya Miryam dengan wajah tersenyum, seakan-akan Biah adalah anaknya.

"Aku tidak akan pernah memaksa Biah untuk menjadi apa-pun. Aku percaya, Biah bisa memilih mimpi yang bermanfaat baginya, bagi agama, bangsa dan negara. Lagi pula, sekarang Biah masih kecil. Tak perlu memikirkan apa yang akan terjadi pada tahun yang belum datang."

Mendengar perkataan Sya, membuat Miryam menghela nafas. "Andai Amir seperti Biah. Pandai, pintar dan juga hebat. Amir itu telat Mbak, dia juga sangat nakal. Jika di rumah, semua mainan akan ia berantakan. Dia itu sulit di atur dan melawan terus."

"Miryam, mungkinkah Amir belajar dari kamu atau Alif?" tanya Sya. "Karena tidak mungkin, Amir bisa seperti yang kamu ucapkan dengan sendirinya. Anak-anak itu ibarat buku kosong, lalu orang-orang di sekitarnya adalah pena. Jika seandainya kamu menulis yang baik, maka kamu akan menemukan yang baik pula jika membuka buku itu. Namun sebaliknya juga, jika kamu menulis yang buruk, maka kamu akan menemukan yang buruk pula di dalam buku itu." lanjut Sya panjang lebar.

Miryam tampak berpikir sebentar, lalu menggeleng. "Aku tidak tahu, Mbak. Rasanya, aku sudah melakukan yang terbaik untuknya. Mas Alif juga seperti itu, namun entahlah Amir belajar dari siapa."

"Tolong berhenti membandingkan mereka berdua, Miryam!" ucap Sya dengan jengah.

"Aku tidak membandingkan, Mbak. Hanya mengatakan apa yang memang sebenarnya ada." balas Miryam yang membuat Sya semakin kesal.

Prang

"BUNDA!"

Teriakan Biah membuat Sya dan Miryam sama-sama berlari ke arah dapur. Sampai di sana, Biah langsung berlari dan memeluk Sya erat.

"Bu-bunda, Bi-biah tidak sengaja. Bi-biah hanya ingin minum." dengan mata yang sudah menangis, Biah berusaha menjelaskan apa yang ia lakukan.

Dengan sigap, Sya mengangkat Biah ke dalam gendongannya. "Tidak apa, Biah. Kamu bukannya sengaja memecahkan gelas itu, tapi Amir kenapa?"

Menanam Cinta Kepada Allah 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang