BUAT PENGADUAN

77 12 0
                                    

Kuncoro dan Hengky mencari Arjuna bersama, terus berjalan menelusuri hutan dan terus memanggil nama Arjuna. Suasana perjalanan dalam hutan udara terasa kering dan tak ada angin sedikitpun membuat mereka jadi terasa lebih lelah.

Dalam perjalan kebawah, Tirta, Winata dan Yayan berjalan agak pelan menyeimbangkan kondisi Winata yang semakin sakit kakinya. Winata berjalan sedikit menyeretnya menahan sakit pada setiap pergerakan langkahnya. Sekitar sepuluh langkah kedepan, jalan berganti, dari jalan yang bebatuan sedang, menjadi bebatuan besar- besar, Winata berhenti sejenak menarik napasnya panjang melihat jalan tersebut. Dari depan, Tirta menoleh memberi semangat, "Yuk, Winata bisa!"

"Eh, Bang awas!" Teriak Yayan

Brakkkk!...

Tirta terjatuh. Ia kesandung batu yang cukup besar, Yayan berlari membantu membangunkannya.

"Nggak apa-apa lo, bang? Yayan khawatir

"Aman kok, Yan, ngilu sedikit doang" Ujar Tirta. Telapak tangannya lecet dan kotor. Tirta menyeka telapak tangannya dari debu dan kerikil-krikil yang menempel.

"Serius lo, Bang? tanya Yayan

"Serius gue. Aman kok" Jelas Tirta

Tirta memutar mutarkan pergelangan kakinya. Kreekkk suara derak ngilu terdengar. Tirta menahan linu.

"Serius aman, Bang?" Tanya Winata

"Aman..." jawab Tirta agar cepat

Mereka melanjutkan kembali perjalannya turun kebawah, namun dengan kondisi cara berjalan Winata yang terus diseret dan kaki Tirta yang sepertinya terkilir, sedikit-sedikit mereka berhenti beristirahat.

Sementara kuncoro dan Hengky masih terus menelusuri hutan. Suasana hutan yang sebelumnya teras kering kini berubah menjadi terasa lebih tentram dan damai. Pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi, gerak daun yang tenang, angin sejuk dan udara alami yang berbeda dari kawasan hutan yang jauh lebih asri dari sebelumnya. Sesekali Hengky masih memanggil-manggil Arjuna. Melihat kondisi Kuncoro yang sudah kehilangan kekuatan dalam kondisi saat ini, membuat Hengky terus-terusan merasa bersalah. Seandainya dirinya tidak memaksa untuk terus mendaki, pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

Hengky menggencar teriakan memanggil Arjuna berulang-ulang dengan penuh rasa harap Arjuna menjawabnya.

Di depan, sekitar jarak tujuh meter mereka melihat Kakek tua sedang memunguti kayu patahan cabang pohon. Kuncoro dan Hengky saling menatap, sejak kemarin mereka tidak melihat orang lain. Kakek itu adalah orang pertama yang mereka lihat. Kuncoro langsung menghampirinya dan bertanya, apakah melihat seseorang dengan ciri-ciri fisik Arjuna dengan detail.

"Kulit'e bening yang agak tinggi, Mas'e?" Tanyanya

"Iya betul, mbah, betul" Jawab Kuncoro penuh harap

"Tadi saya lihat ke arah sana. Mas ikutin aja jalan setapak ini nanti pasti ketemu" jawab Kakek itu

"Makasih, mbah" Jawab Kun menahan harunya dengan perasaan yang masih belum tenang

"Makasih, mbah" santun Hengky berharap mudah-mudahan benar.

Mereka terus berjalan mengikuti setapak jalan, suasana hutan bertambah asri dan udaranya segar. Tak jauh dari tempat mereka berjalan, terdengar suara deras air mengalir. Tenggorokan yang kering, suara yang semakin serak dan persedian air yang semakin tipis membuat mereka memutuskan untuk mengikuti sumber suara gemercik deras air mampir ke hulu sungai mengambilnya untuk persediaannya selama perjalanan.

Dua jam sudah mereka berjalan mengikuti jalan setapak. Hengky memendam kebingungannya, apakah jalan yang mereka lalui benar, apakah dirinya telah berjalan terlalu jauh, apakah ia dan Kuncoro telah memasuki bagian hutan terdalam. Hengky menghela napas, rasanya tidak mungkin jika ia mengeluh saat ini, melihat rasa cemas Kuncoro sejak pagi saja sudah hampir membuatnya gila. Tapi, mau bagaimana lagi, bagaimana jika dirinya tidak bisa keluar dari hutan ini. Hengky mencoba mengingatkan, "Bang, apa kita nggak terlalu jauh jalannya?"

"Tadi Kakek itu bilang ikutin jalan setapak, ikutin aja apa yang di bilang kakek itu"

"Tapi, bang." Hengky ragu

Kuncoro menatapnya putus asa. "Gue harus ngomong apa sama nyokap, bokap" katanya tak tahan lagi. Kuncoro berjongkok, menundukkan wajahnya. Hengky semakin tidak tega, "Bangun bang! Kita cari Juna sekarang! pokoknya kita harus bawa Juna pulang" Hengky menyemangati bersalah

Mereka mulai berjalan lagi terus mengikuti sepanjang jalan setapak yang terasa sangat panjang sekali tanpa terputus-putus. Kini suara gemericik lembut yang tidak terlalu jauh membuat Kuncoro dan Hengky terhenti dan berpikir hal yang sama, apakah mereka telah sampai di hilir sungai. Itu artinya mereka berjalan menuju ke bawah.

Kuncoro dan Hengky terus berjalan, dari jauh mereka melihat gerbang selamat datang di Cemoro Sewu. Kuncoro berhenti. Hengky juga berhenti, ia menolehkan kepalanya ke belakang. Pandangannya berubah, jalur yang mereka lewati berganti menjadi jalur yang sama seperti saat awal mereka datang. Dari kejauhan terlihat tiga temannya sedang berjalan menuju kearahnya.

"Dimana Arjuna?" Kuncoro lemas. Hengky mengalihkan pandangannya. Semuanya terasa tidak masuk akal. "Bang Kun, lebih baik sekarang kita ke basecamp"

"Dimana Arjuna, Heng!" katanya membentak. "Iya gue ngerti elo khawatir sama Juna, tapi kita ke basecamp dulu. Kita buat pengaduan disana."

Hengky kembali membalikkan badannya. Tirta, Winata dan Yayan semakin dekat berjalan menghampirinya.

Dari jarak sekitar tiga meter Winata mengerutkan wajahnya. Tirta dan Yayan menatap Kuncoro dan Hengky bingung. "Heng?" ujar Winata dengan nada bingung setelah semakin berdekatan

Hengky mengangkat bahunya lemas sambil menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Matanya melirik ke Kuncoro yang panik sejak tadi.

Winata mendekatkan dirinya ke Kuncoro, "Bang, ayok kita ke bascampe buat pengaduan" katanya tak berdaya. Kuncoro tak sanggup lagi, tangisnya semakin pecah tersedu-sedu. Bibirnya tertarik ke bawah, wajahnya dibanjiri air mata. "Gue harus gimana?" Kuncoro semakin putus asa

"Kun, sekarang kita ke basecampe. Kita buat pengaduan dulu" Tirta tidak mengerti dengan semuanya

"Ini semua pasti gara-gara gue..." ujar Hengky lemas menyalahkan dirinya. "Harusnya ketika kalian semua mau turun gue nggak perlu maksa buat ngelanjutin perjalanan"

Yayan mengepalkan tangannya memukul lengan Hengky dengan wajah yang sudah tak tertahankan lagi. tangisnya pecah, "Elo kalo ngomong di jaga dong! Lo pikir kita semua mau kaya gini? Ini bukan cuma elo yang salah, dari awal harusnya kita semua harus jujur." Yayan tak sanggup lagi

"Dah, udah. Sekarang kita ke basecamp" Winata menengahi situasi yang semakin kacau

Mereka kembali berjalan menuju basecampe yang sudah tidak jauh lagi dengan saling berdiaman di tengah-tengah suasana yang semakin tidak karuan. 

2 DAYS | WAYV - HORORWhere stories live. Discover now