ch. seventeen

1.1K 151 32
                                    

Happy Reading
.
.
.










__


"Lepasin gue Hes, lo apa-apaan sih". Kanza menarik kuat tangannya namun pegangan Mahesa tidak terlepas. Pria itu sengaja menunggu kepulangan Kanza yang tengah mengajar, dan begitu melihat Kanza keluar dia segera menarik tangannya.


Kanza merintih karena pegangan Mahesa cukup kuat, sikap Mahesa juga sukses menjadi perhatian murid-murid lainnya.


Kanza pikir Mahesa orang yang akan mengerti dirinya karena selama mereka bertunangan tidak pernah Mahesa memaksa atau berbuat kasar seperti ini, Mahesa akan bersikap mengalah pada Kanza, namun semenjak Kanza dan Winston mengatakan hubungannya pada malam itu, sikap Mahesa berubah.


Mahesa jadi sosok yang begitu menyebalkan bagi Kanza, suka memaksa dan bertindak sesukanya. Kanza tidak pernah dibiarkan pergi sendiri.


"Kamu nurut sama aku, aku ini calon suami kamu". Mahesa menahan tangan Kanza disisi pintu mobil dan setelah membukanya dia dengan paksa mendorong Kanza hingga terduduk disamping kemudi.


"Orangtua kamu sedang ada urusan di Bangkok, dan kamu bakal tinggal sementara di Apartemen aku". Ujar Mahesa sesaat setelah duduk dibalik kemudi.


Kanza tentu saja tidak setuju, dengan terus mencoba membuka pintu mobil namun tetap nihil karena Mahesa sudah menguncinya.


"Gue gak sudi tinggal sama lo. Dan sekali lagi gue tegasin kalo lo gak akan pernah jadi suami gue". Kemarahan Kanza malah membuat Mahesa terkekeh. Pria itu tersenyum miring menatap Kanza remeh.


"Yakin banget lo, gak sampe sebulan lo bakal jadi istri gue dan gue bakal pastiin lo jadi milik gue Kanza haha". Mahesa memutar kemudi mengambil jalan menuju Apartemennya.


"Sialan turunin gue disini, jangan macam-macam lo". Mahesa semakin tertawa melihat raut panik Kanza.


Gadis itu dengan gusar merogoh ponsel dalam tasnya, menghubungi Winston agar menolongnya. Dan baru saja panggilannya diangkat dengan gesit Mahesa merebut ponsel Kanza, mematikan sambungannya dan melempar ponsel itu kebagian mobil paling belakang. "MAHESA!!".


"Ssttt gak usah telfon cowok sialan itu. Gue tunangan lo yang lebih berhak atas diri lo bahkan tubuh lo". Mahesa dengan terang-terangan menelisik setiap bagain tubuh Kanza, lidahnya menjilat bibirnya seolah melihat makanan lezat.


Kanza yang ditatap seperti itu tentu saja merasa jijik dan takut, dia bergerak menurunkan ujung roknya agar tidak begitu mengekspos pahanya.


"Gue jadi penasaran.. sejauh apa lo sama cowok lo, dia udah perawanin lo? atau mantan lo yang mata duitan itu yang dapet.. Ah gue jadi kecewa bukan yang pertama". Mahesa terus berguman sambil menyetir, tangannya selalu mencoba mengusap paha Kanza namun gadis itu akan langsung memukulnya dengan tasnya.


"Lo cowok bajingan. Didepan nyokap bokap gue lo sok baik, ternyata kelakuan lo lebih brengsek dari Gama. Gue bakal ngomong semuanya sama nyokap bokap gue biar pernikahannya gak akan pernah terjadi". Mahesa tertawa lepas, entah apa yang lucu.


"Bacot banget jadi cewek, mau gue cipok lo biar diem.".


"Berani lo sentuh gue, gue bakal bunuh lo".


"Hahah astaga lo lucu banget si Za. Lo mau bunuh gue? Lo bakal gue ewe duluan, sekalian biar lo hamil anak gue". Kanza bergidik mendengar perkataan Mahesa. Dia berpikir jika pria ini sarafnya mengalami gangguan.


Kenakalan, Perjodohan, dan CintaWhere stories live. Discover now