10. KOTA KITA DAN KOTA RANTAUAN

372 49 4
                                    

Happy Reading! 🍉✨

Masih ada Miss Amel dan Sivia dirumah. Jam belajar baru saja berakhir dan mereka bersiap untuk pulang.

Ketika Laura sedang mengobrol ringan bersama Miss Amel di gerasi depan sebelum mereka pergi, sebuah mobil datang. Kael yang berdiri disamping sang mama langsung tersenyum, ia langsung berlari menghampiri sang oma yang baru saja turun dari mobil.

"Oma!!"

Wanita setengah baya yang terlihat cantik jelita memeluk Kael sang cucu dengan penuh rindu. "Jagoan oma ini! So.. How was your day, boy?!"

"Ahaa... Good." Wajah Kael tak seperti jawabannya.

"Laura.." Sapa Asih sembari mencium kedua pipi Laura. Pandangan mami Alvian berpindah pada seorang perempuan dengan gadis kecil disebelahnya kini. Dalam hati Asih, mungkin teman kuliah Laura yang sedang main ke kota ini.

Mengerti dengan tatapan penasaran itu, Laura memperkenalkan. "Mami, ini kenalin Miss Amel guru privat calistung-nya Kael, dan ini Sivia muridnya Miss Amel, teman baru Kael juga."

Asih langsung menerima jabatan tangan perkenalan dari miss Amel serta Sivia dengan ramah. Gadis kecil diantara mereka itu merebut perhatiannya.

"Sivia,"

"Panggil aja ini oma ya." Sivia mengangguk senang. Berbeda dengan Kael, wajahnya langsung masam cemburu.

Wajah cantik menggemaskan serta jemari yang mungil Sivia berhasil menarik perhatian Asih. Ia mengelus kepala Sivia lembut, hal yang membuat Kael makin cemburu. "Anak cantik."

Melihat tatapan mami mertuanya pada Sivia, Laura hanya menggigit pelan bibirnya.

Sayangnya pertemuan tak berlangsung lama, Miss Amel berpamitan karena ada keperluan lain.

Kini diruang TV Asih dan Kael terlihat sedang mengobrol sembari memainkan puzzle gunung erupsi. Laura datang dengan membawa nampan berisi minuman dingin dan cemilan. "Mami dari mana?" Pasalnya Laura melihat ada sebuah paperbag belanjaan berisi banyak buku baru.

"Mami tadi pagi sama papi kamu pergi ke dokter mata, iih mami sebel kayanya kacamata mami udah nggak cocok."

"Terus papi mana sekarang?"

"Pas tadi masih di dokter mata, temennya papi telepon ngajak main tenis, yaudah deh papi pergi sama temen-temennya." Jawab Asih. "Mami sebenarnya nggak ada rencana mau kesini sih. Tapi tadi abis dari dokter mata mami emang singgah ke toko buku. Terus lihat banyak buku bacaan dan metode belajar dini untuk anak, mami jadi keinget Kael. Yaudah mami beli dan mampir sekalian." Asih memberikan Laura paperbag berisi buku-buku itu.

"Ya ampun, mami makasih banyak."

"Ini buat Kael oma?" Perhatian Kael dari puzzle teralihkan saat mendengar namanya disebut.

"Iya dong sayang!"

"Makasi oma!" Kael tampak senang membongkar paperbag berisi buku baru miliknya, bukunya yang besar sehingga dapat puas melihat gambar dan berwarna warni menarik dimatanya.

Saat Kael sedang asik-asiknya sendiri melihat buku. Laura dan Asih lanjut mengobrol santai.

"Mami tadi ke kedai kamu lho, malah tutup. Yaudah mami balik kesini, ternyata bener kalian dirumah."

"Kedai bakalan buka mi, tapi agak telat aja. Kael masih belum bisa ditinggal sama guru privatnya. Nanti dia tantrum, makanya masih Laura temenin."

Asih mengangguk mengerti. Ia mengamati Laura dan mengelus punggung tangannya.

"Kamu nggak kecapean kan?"

Pertanyaan mami Alvian membuat Laura sedikit kaget. Sejak awal menikah, mami mertuanya ini memang orang yang perhatian dan penyayang. Mereka sudah kenal lama di arisan, tapi memang tidak akrab karena tidak punya banyak kesempatan bicara. Laura bisa melihat sisi hangat dan ramah orang yang saat itu kerap ia sapa tante Asih, ketika Alvian hendak menikahinya.

Stillحيث تعيش القصص. اكتشف الآن