Way Back Home

62 2 0
                                    

Meski telah larut malam, kendaraan bermotor masih tampak berlalu-lalang di kota yang tak pernah tidur ini.

Pengguna jalan yang melintas pada dini hari tentu bukan semuanya manusia baik-baik. Pemuda ugal-ugalan yang menyalahgunakan jalan raya sebagai arena balap liar, pengendara mabuk yang rawan menjadi penyebab kecelakaan, bahkan tak jarang pula kawanan begal dan perampok terlihat menyusuri jalan ini.

Tak ada siapapun bisa menjamin keselamatan insan yang masih nekat melewati jalan ini di tengah malam. Maka semua orang patut waspada akan dirinya masing-masing, terlebih Beomgyu. Ia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang pemuda bertubuh kecil yang sangat mudah diangkut ke dalam mobil penculik. Jika lalai sedikit saja, ia yakin sesuatu yang buruk pasti akan menimpanya.

Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Beomgyu berdiri seorang diri di trotoar jalan, menanti kedatangan angkutan umum yang biasa ia tumpangi untuk membawanya pulang ke rumah.

Dari arah timur terlihat seseorang bermotor bebek melaju ke tempat Beomgyu berada saat ini. Beomgyu memundurkan langkahnya beberapa jengkal, ketika secara tiba-tiba pengendara sepeda motor tersebut berhenti tepat di hadapannya.

Sang lelaki pengendara motor bebek membuka kaca helmnya. Tampaklah oleh Beomgyu, rupa si lelaki buaya darat yang sebelah wajahnya tertutupi poni panjang menjuntai sampai sebatas dagu.

"Dek, tengah malem gini kok belum pulang?"

"Iya nih, Mas. Abis beli ayam goreng titipan temen. Lagi nunggu angkot lama banget gak ada yang lewat," jawab Beomgyu tanpa mengarahkan pandang ke pria bermotor tersebut.

"Ya elah, Dek, jam segini mah sopir angkotnya dah pada kelon."

"Kemarin saya juga pulang jam segini masih ada angkot kok."

"Mending naik ojek saya aja, Dek."

"Emangnya Mas tukang ojek?"

"Iya, Dek. Ayo pulang sama saya. Bahaya loh, Dek, jam segini masih di luar."

Mata Beomgyu memicing. "Mas ini pasti penculik ya?"

"Sumpah demi Eyang Subur, Dek. Saya bukan penculik. Nama saya Yeonjun. Saya orang baik-baik kok."

"Ngga deh, Mas Yeonjun. Saya curiga sama Mas. Tampang Masnya cabul gitu sih. Mending saya nungguin angkot aja."

"Si Adek nih curigaan banget. Bahaya, Dek, naik angkot malem-malem. Nanti dibegal. Mending sama saya aja. Dijamin aman, sentosa, sejahtera, tanpa lecet, garansi 5 taun, selamat sampe rumah."

Beomgyu tergeming, tak menanggapi perkataan ngaco si tukang ojek.

"Ya udah kalo gak mau." Yeonjun kembali merapatkan helmnya dan menyalakan starter motor. "Hati-hati ya, Dek. Biasanya jam segini banyak yang aneh-aneh pada keliaran. Mister Gepeng, sugus loncat, arwah Kakek Sugiono, setan pala bunt-"

Saat hendak menginjak pedal persneling, tiba-tiba saja motor yang ditumpangi Yeonjun bertambah beban. Ia tersenyum lebar dari balik kaca helmnya, si adik manis akhirnya mau juga diajak pulang bersamanya.

"Mas tau daerah Ciheunceut gak?" Beomgyu bertanya dengan cepat, berharap mendapatkan jawaban yang ia inginkan agar bisa segera angkat kaki dari tempat ini.

"Ehehehehe ... gak tau."

Tanpa rasa iba, Beomgyu bertubi-tubi menoyori bagian belakang kepala Yeonjun. Jangan salahkan jika dirinya kepalang jengkel. Kalau begitu ceritanya kenapa pula si lelaki buaya itu memaksa Beomgyu untuk diantar pulang. Buang-buang waktu saja.

"Payah banget si Mas nih. Kirain tau. Terus gimana caranya Mas nganter saya pulang?"

"Nanti kamu 'kan bisa tunjukkin aja jalannya ke saya."

Way Back Home [YeonGyu]Where stories live. Discover now