Guys, kalo baca cerita ini tolong yang urut ya. Biar nggak bingung+kena prank 🤧🥲
Nasihat bisa didapat dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Nasihat bahkan bisa hanya berbentuk gambar dan tulisan. Terkadang pengalaman pun dapat memberikan nasihat, supaya setiap hal yang sudah dilakukan dapat direfleksikan sebagai pemantik agar kita bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Sebagai seseorang yang cukup berpengaruh, tentu hal seperti ini sering Diana jumpai agar apa yang ia kerjakan dapat berakhir sempurna dan tidak merugikan. Diana harus ingat bahwa di dalam lingkup pekerjaan, ia jauh di atas seorang karyawan, dia punya secuil kuasa yang membuatnya jadi cukup menonjol untuk dimintai sebuah pertanggungjawaban.
Ah, ini bukan tentang kuasa, ini lebih kepada kewajiban yang dirinya pegang.
Maka, tentu, setiap nasihat, gunjingan, -dan hal-hal semacam itu harus Diana telan dan pikirkan. Tapi, tak hanya sekedar menelan, harus ada proses seperti mengunyah yang dapat membuatnya menjadi manusia matang.
Keputusan adalah faktor pendukung yang bahkan bisa membawanya sampai ke sini. Ada banyak pertimbangan yang datang dalam hidupnya, sehingga Diana dituntut untuk berani melangkah ke depan dan tidak hanya diam.
Kasusnya sama seperti pada saat dia dan Helena berpacaran. Ia banyak menerima nasihat. Bahkan himbauan -kalau Helena adalah seorang begajulan.
Diana waktu itu tak banyak ambil pikir mengenai Helena. Saat tahu Helena menyatakan perasaannya kepada Diana, Diana tentu langsung menerimanya karena hati tak bisa berbohong bahwa ia juga sering mengagumi Helena diam-diam.
Waktu kuliah, -Diana lupa semester berapa, Helena datang kepadanya dan menyatakan cinta. Mereka hanya berdua saat itu, kebetulan Diana juga baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbing.
Ketika baru membuka pintu keluar dan mendapati punggung perempuan yang tak asing di matanya, dengan berlapiskan jaket yang dikenakan, Diana sudah dibuat salah tingkah saat itu.
Padahal lihat wajahnya saja belum, Diana malah sudah bisa tebak siapa perempuan itu.
Apalagi, ketika ternyata dia membalikkan badan, hingga membuat mata Diana bersama perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Helena Tarigan langsung bertemu cepat. Secepat senyum yang terukir pada bibir masing-masing dari mereka.
"Kamu sibuk nggak?" Ditanya begitu, Diana menangkap sinyal asing dari Helena. Mereka tidak dekat, bahkan belum pernah berbincang bersama sebelumnya. Dan ketika pertanyaan itu terkicau hingga ke telinga Diana dari seorang Helena Tarigan yang selama ini hanya sering Diana pandang jauh-jauh dengan mata dipenuhi sinar kekaguman, maka membuat perempuan bule itu memerah.
Oh, Helena bahkan belum melakukan apa-apa?
"Sibuk? Nggak.." Jujur Diana tanpa sedikitpun berbual. Hanya saja, sebenarnya ia ingin segera pergi ke kantin saat itu, guna mengisi perut yang sudah meraung-raung kelaparan.
"Kenapa?" Tanya Diana. Sedangkan Helena, dengan sorot mata tajam yang berubah menjadi selembut kapas langsung tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Yuk pacaran."
"Hah?" Kini uluran tangan Helena sudah menggenggam tangan kiri Diana, membuat sang empu menatapnya kebingungan.
Wajahnya bahkan semakin merah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari | Daerin [SLOW UPDATE]
Fanfiction[Buku kedua dari Cuak Cuek Cities] "Pilihannya ada dua, lo yang pantes buat dapet yang lebih baik, atau lo yang emang lebih baik buat Helena." --- gxg, 100% fiksi