Special Chapter

52 4 0
                                    

Seorang perempuan kini berada di salah satu makam, ia mensejajarkan tubuhnya dengan makam itu. Dengan lembut ia mengelus batu nisan yang tertera nama dari sosok adik kelasnya, Maudy—perempuan itu tersenyum manis.

“hai! Gue kangen sama lo”

by the way, gue keterima di universitas impian gue!” Maudy tersenyum manis.

“tapi kak Aristya dan gue beda universitas, gue bakal ldr dong sama dia” kini Maudy cemberut.

“lo yakin gak kalau kak Aristya bisa jaga hati buat gue? Gue gak yakin soalnya”

Ya begitulah kebiasaan Maudy ketika mendatangi makam Rayyan, ia akan berceloteh menceritakan semuanya yang ia alami. Bahkan beberapa orang yang melewati makam Rayyan terkadang tersenyum tipis melihat Maudy yang berceloteh sendiri seakan-akan ada seseorang yang ia ajak ngobrol.

Maudy tersenyum manis, ia kembali mengelus batu nisan itu. Kini matanya mulai memanas, entah mengapa ia selalu sensitif ketika mendengar nama adik kelasnya itu. Ia benar-benar rindu dengan 1000 nasehat bijak adik kelasnya itu, dan ia rindu senyuman manis khas milik adik kelasnya itu.

“Ray, gue sebenarnya masih betah disini. Tapi gue harus ambil almamater gue di kampus”

“gue pasti bakal kesini lagi kok, eum gue pulang dulu yaa. Byee, Ray” Maudy melangkahkan kakinya pergi keluar dari area pemakaman. Ia membuka smartphone miliknya, ia membuka aplikasi telepon dan meng-klik salah satu kontak.

halo? Udah selesai berkunjungnya?”

“m'hm, sudah”

ini aku udah on the way kesana

“aku tunggu, hati-hati dijalan”

okay

Tak lama kemudian sebuah mobil tiba, Maudy dengan segera membuka pintu mobil dan memasuki mobil itu. Tak lupa ia memakai seat beltnya untuk keamanan dan mobil pun bergerak maju.

“gimana hari kamu di kampus?” lelaki itu melirik ke arah Maudy, setelahnya ia fokus lagi melihat pada jalan.

“yaa bagus sih, gak ada masalah. Kenapa memangnya?”

“emang salah ya aku nanya tentang hari kamu?!”

“ng—nggak, gak salah”

“ya udah, tinggal jawab aja!”

“kenapa sih sayang, kamu kayaknya dari kemarin mood kamu jelek. Ada apa?” Maudy merengut sebal.

“ya habisnya kita beda universitas!”

“loh? Terus?” sosok itu mengernyitkan dahinya tak mengerti.

“ish! Gimana kalau lo selingkuh dibelakang gue sama cewek-cewek di kampus lo, hm?” Aristya—sosok itu terkekeh kecil.

“hubungan itu harus dibangun oleh kepercayaan pada pasangannya, sayang. Nih ya, waktu aku lulus SMA. Aku percaya kok kalau kamu gak akan main dibelakang aku, bahkan sampai detik ini aku percaya. Karena apa? Karena kepercayaan pada pasangannya itu sebuah kunci sukses ldr

“gimana kalau ternyata pasangannya emang bener main dibelakang?”

“ada buktinya? Kalau ada dan pasangan kita mengakui, maka kita obrolin baik-baik dan akhiri semuanya dengan baik-baik”

“kamu cocok jadi om-om”

“loh? Kok gitu?”

“cara ngobrolnya mirip om-om yang lagi nasehatin ponakannya” Aristya terkekeh geli.

“aku antar?” Maudy menggeleng.

“gak, aku cuman bentar kok” Maudy membuka pintu mobil dan segera keluar dari mobil itu, ia segera masuk ke dalam kawasan universitasnya.

Ia pun segera mencari ruangan, tempat dimana pembagian almamater. Untungnya ruangan itu berhasil Maudy cari, ia lantas segera masuk ke dalam ruangan itu.

Pembagian almamater pun selesai, Maudy bergegas menuju mobil milik kekasihnya. Tak lama kemudian pintu mobil Aristya terbuka, lelaki itu tersenyum gemas melihat kedatangan kekasihnya beserta almamater universitas impian kekasihnya itu.

“senang?”

“bangeett” Aristya pun mulai melajukan mobilnya menuju rumah kekasihnya.

Pagi pun tiba, Maudy dengan ceria keluar dari gumpalan selimutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi pun tiba, Maudy dengan ceria keluar dari gumpalan selimutnya. Ia dengan segera bersiap untuk pergi ke kampus, ia mengabari terlebih dahulu kekasihnya bahwa ia memiliki mata kuliah pagi. Sedangkan kekasihnya itu memiliki 1 mata kuliah di waktu siang, ia pun bergegas sarapan dan menuju kampusnya.

“hai! Boleh tahu nama lo siapa?” Maudy melirik ke arah perempuan yang sedang tersenyum manis kepadanya.

“hai juga! Gue Maudy, dan lo?”

“gue Syila, salam kenal yaa” mendengar jawaban dari seberang membuat Maudy tersenyum manis.

Kini Maudy berada di kampus milik kekasihnya, setelah ia selesai mata kuliah ia langsung dijemput oleh kekasihnya dan dibawa ikut ke kampus. Awalnya Maudy menolak, ia pikir akan membosankan menunggu sampai mata kuliah Aristya selesai. Namun Aristya adalah Aristya, ia terus membujuk Maudy untuk ikut ke kampus. Alhasil Maudy mau tak mau mengiyakan permintaan kekasihnya itu, dan kini ia sedang menopang dagu nya bosan di meja kantin kampus Aristya.

Ia melirik jam tangannya dan menghela nafas kecil, ia pun memutuskan untuk meng-scroll media sosialnya.

Waktu pun berlalu, akhirnya mata kuliah Aristya telah selesai. Ia pun dengan segera keluar kelas dan menemui kekasihnya yang menunggunya di kantin.

“Maudy!” yang dipanggil pun mendongak lemas.

“yuk pulang”

“mau ke Rayyan dulu, boleh?”

“tentu”

Maudy memasuki area pemakaman, ia melangkahkan kakinya menuju makam milik adik kelasnya tentunya diikuti oleh kekasihnya.

“Ray, lihat! Gue disuruh nunggu kurang lebih 1 setengah jam sama kakak lo!”

“mampus! Ngadu kan dia” Aristya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Rayyan, serius deh! Gue kangen sama lo! Banget!” Aristya yang mendengar itu pun tersenyum kecil.

Maudy kini mulai berceloteh dan Aristya yang setia menunggu dan mendengar celotehan Maudy.

Aristya melirik jam tangannya, ia menepuk pelan pundak kekasihnya.

“sayang, udah sore. Pulang yuk” Maudy kini menatap kekasihnya, lantas ia mengangguk.

“Ray, gue pulang dulu yaa. Bye byee!”

Maudy menggenggam tangan Aristya sesekali ia mengayunkan genggaman itu, Aristya hanya tersenyum gemas melihat tingkah Maudy. Aristya membuka pintu mobil samping kemudi, saat Maudy hendak masuk ia melihat sosok yang begitu tak asing dimatanya.

“kak Satya tunggu!”

“kenapa sayang?”

“itu” tunjuk Maudy pada sosok itu, Aristya mengikuti arah tunjuk Maudy. Baik Maudy maupun Aristya menatap tak percaya pada sosok itu.

“R—Rayyan?”

End ~

Antara KitaWhere stories live. Discover now