Only 29

828 51 8
                                    

29. Good or bad

Paul​ dan salma kini berada di mobil. Paul akan membawa salma untuk di periksa tanpa sepengetahuan salma. Lelaki itu mengelus tangan salma seraya mengecek suhu tubuh istrinya yang masih terasa panas.

"sayang minum dulu nih", ucap paul yang sudah membukakan tutup botol minum untuk salma. Tentu saja salma menerima air mineral pemberian paul. Ia meneguk minum itu hampir setengah habis. Kering sekali tenggorokan nya.

"kamu tidur aja dulu, nanti kalo udah sampe aku bangunin" kata paul setelah melihat salma selesai dengan minumnya.

"gak apa-apa aku tinggal tidur?" paul mengangguk dan mengusap kepala salma.

Gadis itu menyenderkan kepala nya setelah paul sedikit membuat kursi itu kebelakang. Ia pun menurunkan sun visors agar menghalangi wajah salma dari paparan sinar matahari.

Paul mengendarai mobil nya saat ia memastikan salma sudah nyaman dalam tidurnya. Dengan kecepatan normal, Mobil hitam milik paul membelah teriknya jalanan kota saat ini.

Ia menghentikan mobilnya tepat didepan rumah sakit, tanpa berniat membangunkan istrinya. Lelaki itu sedikit berlari dan membuka pintu mobil sebelahnya dengan pelan. Salma bangun ketika seat belt Itu berhasil paul lepaskan.

"eh udah nyampe mas?" paul hanya tersenyum dengan pertanyaan yang salma lontarkan.

Saat salma benar-benar sadar dan ia tahu dimana mobilnya berhenti saat ini. "mas, siapa yang sakit? Kok kesini?".

"kamu".

"mas, aku istirahat yang cukup dirumah juga sembuh ko. Pulang aja ya mas" rayu salma dengan wajah memelasnya.

Paul menggeleng dengan cepat, "gak sayang. Nurut ya sama aku, cuma di cek aja ko".

"jangan dirawat ya, please".

"tergantung kondisi kamu nanti pas di cek gimana ya". Salma memanyunkan bibirnya, ia benar-benar sudah muak dengan nuansa rumah sakit yang menjadi rutinitasnya setiap akhir bulan. Tapi ini masih lama untuk mendatangi rumah sakit yang membuatnya sangat malas.

"mau aku gendong?" mendengar penawaran yang paul keluarkan membuat salma buru-buru keluar dari mobil itu dan berjalan ke dalam rumah sakit dengan tetap paul yang menyeimbangkan langkah nya dengan istrinya itu.

"sayang pelan-pelan jalannya" ujar paul saat berhasil menggapai lengan salma.

"aku kesel aul. Aku benci suasana rumah sakit". Mata salma yang sudah berkaca membuat paul tidak tega, ia bawa salma dalam rengkuhannya.

"maaf ya sayang. Yaudah aku janji kamu gak dirawat. Tapi kalo kata dokter Irfan kamu butuh cairan yang diharuskan di infus, gak apa-apa ya. Kita minta di rumah aja kalo kamu gak mau disini". Salma menengadahkan kepalanya pada paul.

"bener ya kalo harus di infus minta di rumah aja?" paul mengangguk meyakinkan salma.

"asal kamu mau di periksa tanpa ada rasa sedih kaya gini. Aku gak suka". Salma mengangguk dan tersenyum pada suaminya.

Keduanya kini masuk ke dalam ruangan dokter Irfan, dokter spesialis yang sudah sering menangani salma selama sakit, yang sebelumnya paul sudah membuat janji.

Kini salma dan paul tengah menghadap dokter Irfan yang sudah memeriksa sebelumnya.

"keadaan bu salma tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi entah ini perasaan saya saja atau bukan tapi kita buat pemeriksaan dulu ya untuk bu salma di dokter kandungan. Saya sudah berbicara tadi ke dokter Arsya untuk memeriksa bu salma". Jelas dokter membuat salma dan paul bingung.

Only YouOù les histoires vivent. Découvrez maintenant