PROLOG

57 5 1
                                    

hai gais, terimakasi sudah melirik cerita ini, fyi ini sebenarnya bukan cerita pertama aku, ini cerita yang kesekian, tapi ya gitu, aku suka tiba-tiba ngehapus ceritanya😭🙏.

okedeh, semoga menikmati cerita ini💋


○○○○○○○
"Kemana aku harus pulang? Kalau keluargaku saja tidak menerimaku? Apa aku harus pulang kepada Sang pencipta?"

~
~
~

"Berapa kali gue bilang, stop ganggu gue dan keluarga gue", orang yang mengucapkan itu sepertinya sudah sangat lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Berapa kali gue bilang, stop ganggu gue dan keluarga gue", orang yang mengucapkan itu sepertinya sudah sangat lelah.

"Ana ga ganggu Kakak, Ana cuma pengen mastiin Kakak dan Papa baik-baik aja", gadis berambut sebahu itu menatap wajah orang yang dipanggilnya Kakak itu dengan tatapan sedih.

"Hidup kami sangat bahagia, apalagi tanpa lo, jadi stop usik kami", Davanka, pria berusia 25 tahun itu menatap tajam ke arah gadis itu.

Dayana, gadis itu tanpa sadar menteskan air matanya, jujur ia sangat sakit hati dengan ucapan Kakaknya itu, tapi rasa sayangnya mengalahkan semuanya.

"Ana selalu kesepian Kak, Ana gapunya tempat untuk pulang, Ana gapunya siapa-siapa lagi kecuali Kakak dan Papa", Dayana menatap sendu kearah Davanka.

"Lo pikir gue peduli? Jangankan gue, bahkan Papa aja ga pernah sekalipun nanya tentang lo, mending lo urus diri lo sendiri, udah ah gue ga ada waktu buat ngeladenin lo", setelah mengatakan itu, Davanka pergi meninggalkan Dayana yang masih setia menatap ke arahnya.

Dayana menatap punggung Davanka yang semakin menjauh. Kalau boleh jujur, walaupun Davanka selalu keras dan tidak pernah menerimanya, Dayana selalu menyayangi Davanka dan Papanya. Dayana tidak pernah sedikitpun menyimpan rasa benci untuk keduanya, bahkan diam-diam ia selalu memperhatikan mereka.

Walaupun Davanka sangat tidak menyukai Dayana, tapi Dayana bersyukur, karena untuk sesekali di ajak bertemu, Davanka masih bisa meluangkan waktunya, meski sangat singkat, setidaknya Dayana senang bisa berinteraksi dengan Kakaknya.

"Gapapa Kak, Ana paham, Papa dan Kakak butuh waktu, Dayana akan tetap disini menunggu Kakak dan Papa menerima Ana", Gadis itu tersenyum sembari menghapus air mata yang terus mengalir.


◇◇◇◇◇



20.12

MEMELUK LUKAWhere stories live. Discover now