A NIGHT TO REMEMBER

44 3 0
                                    

"Dengar Nami, kamu harus segera pergi dari tempat ini, Makassar tidak aman. Ibu bilang kamu diterima bekerja di Tenggara. Malam ini saya akan membantu kamu untuk packing dan menyiapkan segala sesuatunya. Saya juga sudah memesan tiket penerbangan pertama ke Kendari besok pagi."

Nami dibuat bingung dengan Chairi. Baru beberapa hari yang lalu laki-laki ini melarangnya untuk ke Sulawesi Tenggara lalu kenapa tiba-tiba memburunya untuk segera kesana. Terus apa katanya?

First flight huh?

"Jadi kamu membawaku ke tempat ini bukan untuk mengucapkan selamat ulang tahun?"

Nami tidak bisa menahan kekesalannya begitu tahu maksud Chairi mengajaknya ke tempat ini. Nami yang begitu kesal lantas meninggalkan Chairi dan terus berjalan menuju teras Losari.

"Tadi sudah saya ucapkan lewat chat."

"Itu tidak diucapkan Chairi, tapi diketik." Protes Nami.

"Selamat ulang tahun Nami Nastari-ku," Chairi meraih tangan Nami dengan cepat dan memaksa perempuan itu untuk berhenti.

"Mungkin saya tidak bisa menyiapkan kue dan bunga untukmu seperti tahun-tahun sebelumnya tapi percayalah disini saya berusaha untuk tetap bisa membuat kamu aman."

Nami menatap Chairi dalam diam, tiga tahun berhubungan dengan Chairi tidak pernah sekalipun Nami dipertemukan dengan keluarga Chairi.

Laki-laki ini bilang ibunya sudah meninggal dan ayahnya menikah lagi sejak Chairi masih di Taman Kanak-kanak (TK) dan sangat jarang bertemu ayahnya karena ayahnya memilih menetap di Papua bersama keluarga barunya.

Chairi tumbuh dengan berpindah dari rumah keluarga satu ke keluarga lainnya, dirinya tidak pernah menetap lebih dari enam bulan di satu rumah.

Namun sejak bertemu Nami, Chairi seperti memiliki rumah untuk dia tempati pulang, Chairi selalu menjaga Nami dan memastikan perempuan itu hidup dengan baik dan aman.

Meskipun Chairi tidak bisa selalu di samping Nami namun Chairi akan selalu melakukan segala cara untuk membuat perempuan yang sangat dicintainya itu hidup dengan baik dan aman, seperti yang dilakukannya saat ini.

Munculnya spekulasi akan wabah baru yang mungkin akan segera menyerang Indonesia membuat Chairi sangat khawatir.

Makassar dengan semua masalah karena imbas El Nino bukanlah tempat yang aman untuk Nami. Kekeringan, krisis air bersih, pemadaman listrik, dan populasi yang sangat besar adalah indikator-indikator yang memungkinkan wilayah ini tidak akan bisa bertahan dari serangan wabah.

Chairi sudah menyiapkan dua koper besar berisi pakaian baru dan semua jenis perawatan kulit yang mungkin akan dibutuhkan Nami.

Tidak sampai disitu saja, Chairi bahkan juga sudah menyiapkan persediaan makanan kemasan dan obat-obatan yang cukup untuk Nami konsumsi selama beberapa pekan dan semuanya sudah disemprot cairan disinfektan khusus yang tengah dikembangkan di tempatnya bekerja.

Semilir angin di teras Selatan Losari menerpa kulit wajah Nami, pandangan perempuan itu masih lurus ke depan memandangi gelombang kecil di Pantai Losari.

Di belakang mereka cahaya yang bersumber dari masjid 99 kubah membuat wajah nami nampak begitu jelas. Kulitnya putih pucat dengan garis pipi yang sangat tajam menandakan kalau perempuan ini tidak pernah makan dengan benar.

Chairi ikut menyandarkan punggung pada dinding pembatas teras, berbeda dengan Nami, laki-laki itu memilih untuk memandangi masjid 99 kubah.

Hingga tidak lama kemudian suara dari perut keroncongan Chairi berhasil mengubah fokus Nami.

SAMELANGWhere stories live. Discover now