[06. Siapa sebenarnya Sekar?]

9 3 0
                                    

Suasana kelas XI.6 begitu sepi, sebab banyak siswa siswi yang sudah pulang. Hanya tersisa beberapa murid yang akan mengikuti olimpiade matematika saja yang tersisa.

"Ya tuhan, saya mau pulang!" pekik Darel berlari lari tak jelas.

"Bisa diam ga? Berisik!" Galvin menatap Darel tajam sembari menutup bukunya kasar.

"Lama lagi ga, Vin?" ujar Galen berdiri di ambang pintu menatap suasana sekolah yang mulai sepi.

Galvin melirik jam tangannya, "Bentar lagi, nunggu buk Tatik."

"Eh nyari siapa Lo? Nyari Galvin?" Galen memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, menatap Bianca yang terlihat kaget.

"Gue—"

"Vin ada yang nyariin Lo, nih!" teriak Galen membuat mata Bianca melebar.

"Gue bukan nyari dia, ini gue cuma mau itu apa namanya.."

Galen mengerutkan dahinya heran mendengar ucapan Bianca yang berbelit-belit.

"Ada apa?" Galvin berjalan menghampiri keduanya, mendengar namanya di sebut membuat pemuda itu penasaran siapa yang mencarinya. 

Apa mungkin bu Tatik? Tapi biasanya wanita paruh baya itu langsung masuk saja, Sekar? Perempuan yang selalu mengganggunya itu sudah lebih dulu pulang bersama Alana.

"Eh, ini." Menyodorkan kertas yang Bu Tatik berikan tadi pada Galvin. "Dari Bu Tatik, di suruh antar ke sini," ujar Bianca sedikit gugup.

"Oh, thanks," sambut Galvin berjalan masuk meninggalkan Bianca dan Galen yang masih berada di ambang pintu.

Laki-laki itu memang sudah siap ingin pulang, namun masih harus menunggu Galvin terlebih dahulu. Darel sudah menelungkupkan kepalanya di atas meja tak tahan lagi menahan ngantuk.

***

Di perjalanan menuju parkiran sekolah, Bianca meletakkan telapak tangannya di depan dada sembari mengatur nafasnya agar detak jantung itu kembali bergerak normal.

"Astaga, jantung gue!" gumamnya pelan, "Kenapa detaknya cepat banget?" Terus berjalan menyusuri koridor.

Bianca mempercepat langkahnya, setelah sampai di parkiran ia langsung menaiki motor kesayangannya, tak lupa mengenakan helm demi keamanan dirinya yang ceroboh.

Gadis itu segera memutar gas motornya, laju motor bergerak dengan kecepatan sedang membelah jalan kota Bumiayu.

Pikirannya berputar kembali pada martabak telur dan setumpuk kertas itu, mungkin Kanza benar, tidak ada maksud di balik pemberian martabak telur itu. Semuanya hanya sebuah ketidak sengajaan, terbukti dari sikap Galvin saat ia ke kelas laki-laki itu tadi, cukup cuek dan terkesan biasa saja. Mungkin, ia saja yang berharap terlalu lebih.

Bianca berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar, motornya berhenti pada taman pinggir kota.

Matanya tertuju pada perempuan di seberang jalan yang mengenakan seragam sama sepertinya, seragam SMA Darma Jaya.

Tiba-tiba hatinya ingin tahu lebih tentang siapa Sekar, kaki itu melangkah sedikit lebar, berlari kecil menghampiri Alana yang sepertinya tengah menunggu seseorang.

"Alana!"

Alana mengalihkan pandangannya dari hanpone, "Bia?" Ia mengerutkan dahinya heran. "Kenapa, Bi?" tanyanya melihat Bia yang sedikit ragu untuk mengucapkan sesuatu.

Bia terlihat kikuk, "Gue mau nanya, boleh?" Alana berfikir sejenak lalu mengangguk.

"Ini soal Sekar."

"Sekar? Dia sahabat gw dan Galvin, gue udah bil—"

"Bukan, bukan. Kalo soal itu gue tau," potong Bianca sebelum Alana menyelesaikan ucapannya.

"Lalu?" Alis Alana bertaut sempurna menatap Bia.

"Alana sama Galvin yakin cuma sahabatan doang?"

Alana menggeser sedikit duduknya lalu menepuk-nepuk setengah bangku di sebelahnya, Bianca yang mengerti langsung mendudukkan diri di samping Alana.

"Setau gue Galvin sama Sekar pernah punya hubungan, keluarga mereka berdua memang udah akrab sejak lama." Alana mulai membuka suara.

"Sebelumnya mereka di jodohin, sebenarnya bukan perjodohan resmi yang mengharuskan Galvin sama Sekar nikah. Ini cuma kesepakatan keluarga mereka aja, tapi mereka udah putus, gue sendiri ga tau penyebabnya," jelas Alana panjang.



~🐼~


Bianca duduk di tepi jendela, menatap hujan yang turun di luar sana. Dia merasa bingung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Dia beberapa kali mendengar nama 'Sekar' dari Alana, dan sekarang ia tidak bisa menghilangkan nama itu dari pikirannya.

"Rel, Lo kenal Sekar?" tanya Bianca pada sahabatnya, Aurell, saat mereka sedang minum kopi di kafe favorit mereka.

"Sekar? Yang selalu nempel sama Galvin anak kelas sebelah itu?" Aurell bertanya dengan raut wajah bingung.

"Iya, dia selalu aja ngikutin Galvin," jawab Bianca.

"Gue kurang tau sih, ga kenal juga, yang gue tau dia dekat sama Alana." ujar Aurell menyesap kopinya yang hampir dingin akibat terlalu lama di abaikan.

Sejak percakapan itu, Bianca bingung dan penasaran siapa sebenarnya Sekar ini?

"Gue harus bicara sama sama Sekar," gumam Bianca sambil menatap hujan yang turun di luar jendela.

Dia merasa perlu mencari tahu lebih banyak tentang hubungan Sekar dan Galvin. Ia merasa perlu bicara dan mengetahui siapa sebenarnya Sekar.

***

Bianca merasa gugup. Dia telah memutuskan untuk berbicara langsung dengan Sekar tentang hubungannya dengan Galvin. Bianca tahu ini mungkin bukan hal yang mudah untuk di bicarakan, tetapi ia harus mengetahuinya.

Bianca menemukan Sekar di kantin sekolah saat jam istirahat. Ia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan mendekati Sekar. Tumben hari ini Sekar sendiri, tidak bersama Galvin ataupun Alana. Tapi ini adalah kesempatan baginya untuk berbicara empat mata dengan Sekar.

"Sekar, gue boleh duduk di sini?" tanya Bianca, menunjuk ke kursi kosong di sebelah Sekar.

"Duduk aja," jawab Sekar cuek, gadis itu memang tidak menyukai Bianca. Bukan tanpa sebab, ini semua karena Bianca mencoba mendekati Galvinnya. Bagi Sekar Galvin hanya miliknya dan akan terus begitu.

"Sebenarnya ada sesuatu yang mau gue tanyain," kata Bianca, merasa sedikit gugup.

"Apa?" tanya Sekar terlihat penasaran.

"Sebenarnya, apa hubungan Lo dengan Galvin dulu?" tanya Bianca, berusaha se netral mungkin.

Sekar tampak terkejut sejenak, tetep kemudian dia menjawab. "Oh Galvin. Dia sahabat gue dari kecil, gue sama keluarganya udah cukup akrab, begitu juga sebaliknya."

"Gue sama Galvin juga sempat pacaran, tapi berakhir putus," lanjutnya.

"Apa Lo masih punya perasaan sama Galvin?"

_Labirin_ (Hiatus)Where stories live. Discover now