13. Menyebalkan

297 4 1
                                    

Setelah kejadian tempo hari, aku benar benar tidak melihat sosok Kevan dimanapun. Hampir seminggu?

Aku mendesah di keramaian yang ada. Dengan Kelly yang sudah entah kemana keberadaannya. Aku mengambil gelas dan menyesap isinya sedikit dan kembali memutar mata menatap sekeliling.

"Amasya?" Kepalaku otomatis tertoleh ke menyamping. Aku menyipit dan mencoba mengenali siapa yang memanggilku.

"Lo lupa? Jay!" Aku langsung ingat. Teman satu smp yang dulu kurus kering dan sekarang sudah sangat berbeda. Tinggi dan memiliki postur baik.

"Hai Jay, apa kabar." Aku menjabat tangannya dengan kagum. "Baik, lo apa kabar?" Aku menjawab seadanya seperti keadaanku sekarang.

"Lagi bete. Untung lo dateng." Aku terkekeh kecil dan melihat Jay mulai duduk di samping ku.

"Emang acara reuni tuh gak guna ya? Buktinya kita pada sibuk masing masing." Aku berani berpendapat seperti itu ya karena bukti. Lihatlah, buktinya mereka semua sudah berpencar entah kemana.

"Namanya juga temu kangen." Jay mengambil gelas dan ikut menyesap isi di dalamnya sekali teguk.

"Kangennya sampai terbawa ke kamar gitu?" Jay terkekeh.

"Bentar lagi lulus, mau kuliah di mana?" Jay menopang siku tangannya di paha dengan badan condong ke depan.

"Belum tau, masih bingung. Lo?" Jay ikut merubah posisinya menjadi menyamping menghadapku.

"Oxford mungkin?" Aku terkejut bukan main. "Sumpah?" Aku menutup mulut terkejut. Oxford bukan hal biasa loh ini.

"Doain aja."

"Sya, temen lo nih teler mampus." Atensiku beralih dari sosok Jay yang sempurna menjadi ke arah Kelly yang datang bersama Tia, terlihat sudah seperti orang gila keadaan Kelly. Aku paling malas kalau Kelly sudah begini.

"Nih cewek bener bener yah." Aku menarik Kelly untuk duduk di samping Jay.

"Abis berapa dia sampai kayak gini?" Jay yang heran pun sampai melayangkan pertanyaan. Aku menggeleng tak mengerti. "Abis dua botol dia." Aku menggeleng lesu mendengar jawaban pasti dari Tia.

"Bantuin gue mau gak Jay?" Tanpa menunggu, Jay langsung bangkit setelah berucap menyetujuinya.

Kami berjalan membawa Kelly yang sudah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Bahuku rasanya sangat berat membawa tubuh Kelly.

"Ahh akhirnya." Setelah membanting pelan tubuh Kelly di jok belakang kami berdua mendesah lega, lebih tepatnya aku sih.

"Kita bawa dia ke apart gue." Tak mau ambil resiko jika di bawa pulang ke rumahnya, apa tidak stres ibu Kelly melihat baju awut awutan anaknya dengan keadaan tipsy seperti itu.

"Apart lo mana?" Menjelaskan dimana tepatnya letak tempat hunian ku, ternyata Jay sudah tau dimana itu.

"Lo tinggal sendiri?" Aku mengangguk saja. "Gak takut?"

"Ngapain mesti takut? Ada satpam." Jay terkekeh dan mengangguk mengerti.

"Belok kiri kan abis ini?" Aku mengangguk. "Bentar lagi nyampe, pelan pelan aja." Akhirnya kami semua sampai di depan apartemen milikku.

Dengan susah payah kami membawa Kelly, akhirnya kami sampai di hunianku. Aku menempelkan kartu dan segera membuka pintu agar Jay segera masuk membawa Kelly sendiri. Aku menutup pintu dan mengikuti langkah Jay bahkan sampai mendahuluinya.

"Sini." Aku membuka kamar yang tidak terpakai olehku dan menyuruh Jay membawa tubuh Kelly untuk berbaring.

Kelly tiba-tiba melenguh. "Ultramen ribut!" Aku dan Jay saling menatap dengan heran. Karena sadar akan ada hal tak mengenakkan, Jay langsung melihat Kelly yang sudah muntah dengan cairan yang mengenai pakaian Jay.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner In Bed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang