Chapter 1

90 13 27
                                    

"Aku lelah tuhan,tidak bisakah aku berhenti disini?"







Brak

Tubuh Gracia terhempas kuat ke lantai. Gadis itu meringis kesakitan.

"Bang ken" panggil gadis itu lemah. Ia dapat melihat kilatan amarah

dari mata Heru, rahang pria tua itu mengeras. Gracia yang baru saja masuk ke dalam rumah setelah pulang dari sekolah langsung di seret ke ruang kerja Heru.

"KENAPA?!" bentak Heru.

Heru menggebrak meja kerjanya, membuat buku yang berada di sudut meja tersenggol dan jatuh ke lantai.

“Dari adik kamu saja kamu kalah!" Pria tua itu berjalan mendekat ke arah Gracia setelah melempar tubuh gadis itu ke lantai.

"Apa yang bisa Papa banggain dari kamu?! Gak ada yang bisa Papa banggain!" Heru menoyor kepala anak perempuannya itu.

"NGGAK ADA GRACIA!" Tangannya begitu ringan kembali melayangkan pukulan ke kepala Gracia, namun kali ini gadis itu menepisnya kuat.

"Iya, Pa! Gak, ada!"

"Gak ada yang bisa Papa banggain dari Cia, karena sampai kapanpun Gracia berusaha, sampai manapun Cia berjuang, itu semua gak pernah berharga di mata Papa!"

"Semua medali dan penghargaan yang Cia dapat gak pernah bisa bikin Papa puas!"

"Bahkan jika Cia menangin olimpiade ini, Papa juga gak bakal puas dan bakal nyuruh Gracia untuk ngikutin lomba yang lainnya lagi!"

"CIA CAPEK PA!" bentak gadis itu masih dengan posisi jatuh duduk di lantai.

Plak!

Tangan Heru naik menampar wajah Gracia membuat wajah gadis itu untuk kesekian kalinya tertoleh ke samping.

"Jangan kurang ajar sama Papa!"

Gracia memegang pipinya yang memanas akibat tamparan Heru, gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mendengus geli.

"Gak usah ngeluh, Papa yang ngajarin Cia kayak gini!"

"Anak kurang ajar!" Tendangan kuat mendarat di kepala Gracia membuat kepala gadis itu langsung terhantam ke lantai. Udara di paru-paru gadis itu terasa hilang sesaat.

Tak butuh tanggapan dari Gracia, tidak melihat bagaimana keadaan gadis itu, Heru langsung melengos keluar dari ruang kerjanya itu. Meninggalkan anak gadisnya begitu saja.

Bahu Gracia bergetar menahan tangis, dengan sekuat tenaga ia berdiri dari lantai dan berjalan tertatih menuju ke kamarnya. Dirinya langsung masuk ke dalam kamarnya, tak melihat keberadaan Kenzo gadis itu dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi.


Brak!

Gadis itu menutup pintu kamar mandi dengan cara membantingnya.

Tangannya dengan segera memutar keran untuk mengisi bathup yang kosong di dalam sana, sebelum akhirnya dirinya berdiri di depan wastafel, matanya menatap pantulan menyedihkan dirinya di dalam kaca.

GraciaWhere stories live. Discover now