Chapter 5

25 8 27
                                    

"Sejahat-jahatnya Lo, gue bisa lebih jahat, and see? Gue yang menang"

— Gracia Violetta Praditya —







Gracia duduk diam melamun di dalam kelas, ini sudah hari kesekian sejak kejadian di rooftoop malam itu.

Gio? Gracia Menghiraukan segala panggilan nyata maupun virtual dari laki-laki itu. Yah, ia memblokir seluruh akses dengan menutup rapat mulutnya ketika Gio berada di sekitarnya,dan juga seleksi olimpiade sedang ketat-ketatnya berlangsung membuat sebagian siswa-siswi di kelasnya sering izin untuk mengikuti kegiatan tersebut, tak terkecuali Gio dan juga Vera.

Sejak mengundurkan diri waktu itu, Gracia sudah tak peduli lagi dengan berbagai lomba yang ada, ia hanya cepat-cepat ingin lulus lalu bersekolah dan menjauh ke tempat yang tak seorang pun mengenalnya. Keadaan kelas yang sepi membuat guru kadang tak mengajar dan hanya memberi tugas ataupun pekerjaan rumah untuk para siswa. Masa putih birunya sungguh gelap.

Saat masih melamun, sebuah kotak makan berukuran sedang tiba-tiba terulur di depan gadis itu. "Dimakan." Itu Gio.

"Dari bunda," lanjutnya. Gracia menghela napas pelan, ia menatap mata Gio sekilas sebelum akhirnya melihat bekal yang terulur di hadapannya.

Gracia menerimanya. "Buat gue?" tanya gadis itu. Gio tersenyum senang, untuk pertama kalinya gadis itu berbicara padanya. Ia menganggukkan kepalanya. Gracia menghela napas pelan.

"Tapi... gue gak lapar, Gi."

"Nanti gue makan kalo udah laper. Bilang ke bunda, makasih buat bekalnya" Ucap gadis itu. Entah mengapa jika sudah menyangkut tentang Sarah, Bunda Gio, ia tak dapat bertahan dengan pendiriannya.



"Gue cuma mau ngasih tau." Dimas menjeda kalimatnya, matanya menoleh ke arah Giolano  yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Sikap lo yang kayak gini yang ngebuat dia makin menderita." Di dalam kelas hanya ada mereka berdua, sementara siswa-siswi lain sedang berada di luar karena bel waktu istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

Gio merotasikan bola matanya, untuk kesekian kalinya ia mendengar perkataan yang sama keluar dari mulut Dimas.

"Lo yang dekat sama Vera buat dia makin sakit, Gi." Gio menatap dingin ke arah Dimas.

"Kita sama-sama tau apa yang terjadi di dalam keluarga dia Dim! hanya kita berdua," ucap Gio berusaha untuk tidak emosi.

“Lo tau kalau gue diancam sama Vera!" Gio maju mendekat mempertipis jarak di antara keduanya.

"Gue tau!" balas Dimas cepat.

"Tapi dengan lo nurutin keinginan Vera sialan itu gak bikin semua masalah ini selesai, yang ada Gracia makin sakit hati!"

"Kita tau, Lo nurutin Vera karena hal itu.tapi, Gracia masih juga tetap disiksa ama bokapnya"

"Gue nurutin aja dia masih disiksa! Gimana kalau gue gak nurutin?! Lo mau dia mati, HAH!" bentak Gio, Dimas terdiam.

Gio menghela napas pelan, ia baru saja balik dari kantin setelah melihat Gracia dan Vano makan berdua sambil tertawa di meja yang sama.

GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang