bagian satu

139 16 3
                                    

Pagi itu Wonbin melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, berharap setelah mencuci wajahnya ia akan segera tertidur lelap dikarenakan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 02.41

Sesungguhnya Wonbin juga tidak mengerti, tiga hari belakangan ini dirinya selalu mengalami insomnia dan kesulitan bangun. Untung saja saat ini dirinya sudah libur semester menyambut natal dan tahun baru, kalau ia masih kuliah seperti biasa sudah pasti ia akan selalu absen di kelas pagi.

Wonbin sadar dirinya akan tertidur di jam 3 pagi dan terbangun di jam 12 siang, sudah tiga hari ia mengalami hal yang sama dan karena itulah Wonbin benar-benar sudah lelah dengan dirinya sendiri.

Ketika ia membuka pintu kamar mandinya, seketika tubuh Wonbin terjatuh ke atas tumpukan jerami yang sudah rapih tersusun di atas kereta kuda yang tengah ditunggangi seorang pria muda.

Kira-kira orangnya seumuran dengan Wonbin dan wajahnya terlihat sangat tampan. EH APA APAAN INI, kenapa malah membicarakan wajah pria tampan yang memandangi Wonbin dengan wajah terkejut. Seharusnya Wonbin panik dan segera mencari jalan keluar, Wonbin merasa dunianya sudah berputar 360° setelah ia terjatuh begitu saja.

"Bukannya tadi gua jalan ke kamar mandi? kok gua malah ke sini anjir?!"

"Wangseja?"

"Hah?" Wonbin dengan tampang bingungnya menanggapi ucapan pria itu, tangannya terangkat untuk memukuli kepalanya sendiri. (Wonbin mengira dirinya mengidap skizofrenia)

Pria muda dengan perawakan baik itu turun dari atas kudanya dan berlutut di hadapan Wonbin. "Suatu kehormatan bisa bertemu anda tuan muda."

Untuk beberapa saat Wonbin berhenti memukuli kepalanya dan memilih untuk meraba sekujur tubuhnya, benar saja saat ini pakaiannya sudah berganti dan ia tak lagi mengenakan hoodie tua yang bertuliskan BAPE di depannya.

"Aku di mana?" tanya Wonbin pada pria tampan itu dan berusaha meraih tangannya tetapi pria itu sudah lebih dulu memundurkan tubuhnya dari jangkauan Wonbin.

"Maaf tuan muda, saya menyadari jika saya tidak pantas berpegangan tangan dengan tuan muda." ucap pria tampan itu masih dengan posisinya yang berlutut.

Tak sedikitpun candaan terlihat di wajah tampannya, seolah-olah Wonbin benar-benar merupakan seorang wangseja di tempat mereka berada. Buru-buru Wonbin merogoh kerah pakaiannya dan menemukan liontin dengan batu giok yang berkilauan, saat itu juga Wonbin menyadari dirinya sudah benar-benar mengidap skizofrenia akut.

Tersenyum pasrah, Wonbin pun menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan mengisyaratkan pada pemuda tampan itu untuk memberikan kuda miliknya. Wonbin berencana menggunakan kuda itu untuk kabur dan menemukan jalan pulang, meskipun dirinya yakin sekali dia akan terjebak di delusinya sendiri.

"Aku mau kudamu."

"B—baik yang mulia!"

Dengan cepat pemuda tampan itu bangkit dan melepaskan tali yang mengikat kereta pada kuda yang tadinya ditungganginya. Setelah melepaskan talinya, pemuda itu memberikannya pada Wonbin.

Dengan bodohnya Wonbin justru menerima tali itu dan berusaha menaiki tubuh kuda yang begitu tegap dan lebih tinggi dari pada dirinya sendiri. Wonbin terdiam, saat itu juga ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa menunggangi kuda.

'Di kosan mana ada yang beginian anjir' gumam Wonbin dalam hati dan memegangi tali kuda itu erat-erat. Dibawanya tubuh itu berbalik dan menghampiri kembali sang pemuda tampan yang tadi memberikannya kuda.

"Bisa tolong antarkan aku pulang ke rumah?"

Pemuda itu terkejut di tempat. "Maksud tuan muda istana?"

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Dec 26, 2023 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

TRAITOROnde as histórias ganham vida. Descobre agora