17. Egois

12 4 2
                                    

Banyu yang dikuasai amarah lantas pergi dari hadapan kamar adiknya detik itu juga. Raut wajah tidak bersahabat begitu kentara terlihat.

Di sisi lain, Nirmala mendorong pelan dada bidang Sabda, setelah pria itu membuatnya kehabisan napas. Namun, ternyata Sabda enggan menyudahinya begitu saja. Sampai ketika Nirmala mendorong suaminya cukup keras.

"Kenapa?" tanya Sabda seolah tak berdosa.

Nirmala sibuk meraup udara sebanyak-banyaknya. Hampir saja dia pingsan karena kehabisan napas.

Melihat sang istri yang tampak kesal, pria itu malah tersenyum geli.

"Mendingan kamu selesaikan dulu pekerjaanmu," ucap Nirmala ketika napasnya kembali normal.

"Iya. Kamu duduk aja di sini," titah Sabda seraya membantu Nirmala duduk di tepi ranjang.

Pria itu kembali pada aktifitasnya membereskan pakaian. Namun, matanya tertuju pada gaun tidur Nirmala. Dia malah membayangkan Nirmala mengenakan baju itu sekarang. Pasti akan terlihat sangat manis, pikirnya.

"Kamu kalau mau ke mana-mana harus sama aku. Di sini lingkungan baru, jadi kamu belum banyak tau tentang tata letak ruangan," ujar Sabda seraya menyimpan koper ke atas lemari.

"Iya."

"Sabda ... apa kamu yakin dengan perkataanmu?" tanya Nirmala tiba-tiba.

Tangan Sabda berhenti bergerak. "Maksudmu?"

"Ya ... dengan hubungan kita ini. Jujur aku merasa takut kalau kamu cuma mau mempermainkan aku," jelas Nirmala seraya meeremas jari-jari tangannya.

Sabda menyimpan koper ke samping lemari kemudian turut duduk bersama Nirmala. Perlahan dia menyentuh tangan istrinya lembut.

"Aku takut kalau kamu akan meninggalkan aku pada akhirnya ... seperti yang Banyu lakukan," sambung Nirmala.

"Aku bukan Mas Banyu!" sangkal pria itu cepat.

Nirmala tertunduk dalam. Dia masih belum bisa percaya terhadap laki-laki, setelah apa yang dilakukan mantan calon suaminya.

"Aku gak pernah main-main dengan ucapanku. Sebenarnya ... di hari pernikahan kita, aku berjanji buat menerima semuanya, berjanji untuk berdamai dengan keadaan."

"Aku sangat berterima kasih sama kamu karena udah menyelamatkan keluargaku dari rasa malu. Apa nantinya kata orang-orang, kalau tau anak mereka gagal menikah? Apalagi kalau mereka dengar calon suaminya kabur," gumam Nirmala terdengar miris.

"Ini bukan hanya tentang menyelamatkan keluarga kita dari rasa malu," potong Sabda cepat.

"Nirma ... yang sudah berlalu biarkan saja berlalu. Sekarang kamu hanya perlu menata hati untuk menerimaku."

Nirmala sedikit menarik kedua sudut bibirnya melengkung ke atas. Sabda turut tersenyum kemudian menarik Nirmala ke dalam dekapannya. Dekapan itu terasa hangat dan lembut. Sama seperti pelukan Banyu dulu.

"Mas, Mbak! Disuruh makan sama bude!" teriak Calista dari luar membuat kedua manusia itu terperanjat kaget. Saking kagetnya, Sabda melompat ke kepala ranjang dan berpura-pura memeriksa keadaan kayunya.

Calista tiba di ambang pintu. Melihat gelagat Sabda dan Nirmala yang aneh, membuat gadis belia itu menyipitkan matanya.

"Ada apa ini? Saya mencium sesuatu yang mencurigakan!" tudingnya langsung.

"Hm ... ibu nyuruh aku sama Sabda makan?" tanya Nirmala berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya, itu aku bawain makan dari rumah Tante Vina buat kalian."

Sabda Untuk Nirmala (OnGoing)Where stories live. Discover now