BAB 30 : Sedition

25.9K 2.8K 1K
                                    

Update lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Update lagi. Hadiah dari aku karena vote sama komentarnya kenceng banget part kemarin. Makasih yaa 🌹

***

Author Pov

"Lala, dadanya udah nggak terlalu sesek lagi, kan? Boleh Ayah minta sun?" tanya Rayyan pada putri bungsu Kaivan tersebut.

Niskala menggeleng untuk pertanyaan pertama, kemudian mengangguk lagi untuk pertanyaan kedua. Niskala mendekat, memberikan kecupan ringan di sebelah pipi pria itu. "Mwah."

"Lala pikir, tuh, kemarin si Monika meninggal, makanya Lala nangis kemarin. Ternyata cuman pingsan aja, Ayah. Ish! Monika bandel, tukang boong!" ujar Niskala marah-marah sendiri, tak urung mengusap hamster putih yang berada di genggamannya. Meskipun wajahnya masih babak belur, yang pertama kali ditanyakan tetaplah keadaan Monika dari awal terbangun.

"Monika kan kuat, sama kayak Lala." Keyla menyodorkan sendok berisi potongan buah mangga pada anak itu. "Aaa satu suap lagi."

Niskala mengangguk dengan mulut penuh, dia mengacungkan jempol. "Kuat kayak Ayah!"

Keyla tersenyum kecil. "Lebih kuat dari Ayah."

Sementara Kaivan yang berdiri di samping Rayyan, hanya memandang kosong. Matanya memang tertuju pada Niskala, isi pikirannya lain lagi. Terpecah belah tidak karuan. Dua hari ini, mereka masih berhasil menyembunyikan keadaan Niskala dari Kanara. Entah jika besok. Kaivan tidak siap, belum siap memberitahu.

"Udah, Kai. Nggak pa-pa. Nara masih kehandle sejauh ini. Dia anteng-anteng aja di rumah gue," kata Rayyan membuat adiknya itu menoleh.

Kaivan bergumam kecil. Ya, setidaknya untuk hari ini. Dia percaya Rayyan bisa menahan Kanara, secara pria itu selalu pintar menyusun kata dan mencari akal hingga membuat lawan bicaranya percaya secara praktis. Tidak heran.

Sampai ketukan pintu dari luar ruangan mengalihkan atensi mereka. Pintu ruang inap terbuka, terlihat seorang pria berjas putih memasuki ruangan. Ini Dokter yang menangani Niskala, tampak ramah dan lembut. Niskala jadi tidak kaku. Anak itu diam menurut ketika dilakukan serangkaian pengecekan medis.

Niskala mendongak. "Pak Dokter, kalau Lala jalan-jalan keluar, nggak pa-pa? Bosen di kamar terus. Mau ke taman belakang, liat kolam ikan."

Pria dengan nametag Galendra Cakrawangsa itu tersenyum halus. "Boleh, tapi jalan-jalan keluarnya ditemenin, ya. Nggak boleh sendiri."

Cakrawangsa. Mata Rayyan membaca nama itu, dalam diam dan keheningan. Pria itu mungkin akan larut lama, jika Kaivan tidak menyentuh sikunya isyarat untuk ikut keluar ruangan.

"Kalau boleh tau, kapan Niskala diperbolehkan pulang ke rumah?" tanya Rayyan ketika mereka bertiga sama-sama berhenti di depan pintu.

"Besok juga sudah bisa, Pak. Dari hasil rontgen, tidak ditemukan fraktur serius di bagian tulang dada Niskala. Cara napasnya baik, kalau batuk juga nggak ngerasa sakit. Kalau misal nanti ada keluhan menyusul, Niskala bisa dibawa kontrol lagi ke sini," jawab Galen menjelaskan pada Rayyan. "Ada lagi yang mau ditanyakan, Pak?"

ENIGMA: Last Flower Where stories live. Discover now