⟡ 7. Salah Paham.

60 10 0
                                    

Tepi danau saat itu dipenuhi oleh lantunan irama biola, lemparan canda, tawa, tumbenan Sunghoon ingin kemari saat akhir pekan yang pastinya akan sangat ramai pengunjung dibandingkan hari biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tepi danau saat itu dipenuhi oleh lantunan irama biola, lemparan canda, tawa, tumbenan Sunghoon ingin kemari saat akhir pekan yang pastinya akan sangat ramai pengunjung dibandingkan hari biasa.

Sunoo memperluas pandangannya ke sembarang arah mencari sosok paling tampan diantara pengunjung laki-laki. Aura Sunghoon yang terpencar cerah membuat Sunoo tak butuh waktu lama untuk menemukan sosok laki-laki yang memiliki postur tegap, kekar, sempurna, yang sedang di kerubungi gadis-gadis yang histeris.

Oh? Bahaya. Sunoo tidak bisa menghampiri kekasihnya sekarang. Namun di satu sisi, Sunoo mengembangkan senyumnya melihat penggemar Sunghoon untuk pertama kalinya. Salah satu impian Sunghoon dari dulu, terkenal.

Sunghoon menoleh iseng dan menangkap Sunoo yang tersenyum ke arahnya. Sunghoon menyelesaikan acara fanmeeting-nya dadakan sebelum mengisyaratkan Sunoo untuk pergi ke tempat yang lebih sepi. Sunoo-nya pun langsung mengerti dan pergi ke tempat yang menurutnya aman dengan sepasang mata yang tak luput memperhatikannya. Sunghoon terus memandangi Sunoo-nya agar mudah menyusulinya.

"Ugh, jangan terlalu dekat. Bagaimana jika orang lain lihat?" Kaget Sunoo.

"Memangnya kenapa? Kamu memikirkan hal aneh?"

"Aku tidak memikirkan hal aneh, ya! Hanya saja itu bukan kebiasaan bagus."

"Bukan kebiasaan bagus? Apa aku tidak boleh dekat dengan pacarku sendiri?"

Sunoo tertawa, "kakak mengecamku?"

Diusaknya surai hitam Sunoo-nya dengan tatapan yang tak berpaling sedikitpun, "Sunoo ku sedih?"

"Harusnya aku yang bertanya. Kak Sunghoon sedih?"

"Aku sedih."

"Aku juga."

Sunghoon lagi-lagi tersenyum dibuatnya. "Terima kasih,"

Sunoo pun bingung dibuatnya.

"Makasih karenaa nggak nanyain aku kenapa aku sedih." Kini wajah Sunoo diraupnya gemas.

"Kenapa kakak sedih?" Tanya Sunoo dengan tertawa, mengundang gelak tawa dari yang lebih tinggi.

"Ingin minum sesuatu?"

.

.

.

"Kalo dilihat dari luar, kenapa semua orang terlihat bahagia?"

"Sudah kubilang minum di dalam saja." Gemas Sunghoon.

Sunoo menggeleng mengkoreksi, "aku bilang terlihat bahagia, bukan benar-benar bahagia. Lagi pula, beli kopi itu pemborosan. Terlalu mahal." Ujar Sunoo sembari sesekali menegak sebotol air mineral di tangannya.

"Aku yang traktir. Itu uangku, bukan uangmu."

"Uang siapapun, aku benci membuang uang."

"Sunoo ku sudah besar. Kenapa kamu nyaman sekali membicarakan masalah uang? Biasanya orang enggan."

"Aku berpengalaman kakakkk!" Sahutnya seru.

Sunghoon jelas tau bagaimana tertekannya Sunoo dibuat oleh atasannya. Bagaimana atasannya yang selalu senioritas dan menginjak-injak juniornya.

"Kakakkkkk kesal sekali. Kenapa kak Eunha selalu mengeluarkan jurus pada masaku.... Kann aku jadinya harus diammm!" Celoteh Sunoo.

"Bukannya setiap kali atasanmu mengomel, kamu selalu diam dan akhirnya kabur?"

"Kakak harusnya ada di pihakku!"

"Aku setuju!"

"Kita tidak boleh memperlakukan junior seperti itu kan?"

"Setuju!"

"Bagus. Sekarang kita minum latte." Ucap manusia yang tadinya berkata tentang pemborosan, kini meninggalkan Sunghoon yang melongo bingung dengan suasana hati Sunoo-nya.

.

.

.

"Aku benci hujan."

"Sampai kapan kamu akan diam berdiri disana?"

"Aku akan menunggu hujan reda. Kakak pulang duluan saja." Cibir Sunoo murung.

Sunghoon menarik Sunoo paksa hingga menabrak otot lengannya. Di rangkulnya hingga pakaian mereka saling menyapa satu sama lain, tidak membiarkan Sunoo terkena rintik hujan sedikitpun. Payung yang mereka gunakan pun menyerong lebih samping agar bahu Sunoo tak kena dan membiarkan bahu kanan Sunghoon sudah basah. Sunoo tak menyadari pengorbanan kecil itu.

Sunoo tak lagi murung. Jika hujan begini, penggemar Sunghoon tidak akan berburuk sangka jika melihat mereka.

"Setidaknya aku bertanggung jawab mengantarmu sampai ke halte."

Sunoo hanya tersenyum geli mendengar kekhawatiran Sunghoon.

"Kamu mahir bicara, kak. Kakak pasti sering berpacaran sebelum aku."

"Tidak sering. Hanya sekali."

"Oh? Itu jujur? Padahal aku hanya iseng bertanya." Sedikit kecemburuan tertoreh pada hati Sunoo. "Terlalu detail. Aku tidak bertanya." Sunoo pun menepis tangan Sunghoon yang bertengger nyaman di bahunya, dan membuat sedikit jarak antara mereka.

"Kamu kena hujan." Sunghoon kembali merengkuh tubuh Sunoo.

Sederhana tapi membuat Sunoo menghangat.

Hingga sampailah keduanya di halte dengan Sunoo yang total masih kering, dan Sunghoon yang sudah basah setengah tubuhnya.

"Dingin sekali." Gumam Sunoo kecil, namun masih terdengar.

"Kak Sunghoon tidak menutup payungnya?"

"Aku selalu berpikir rasional. Dingin jika terkena cipratan hujan."

"Bukankah harus lebih emosional untuk bisa berakting dengan baik? Makanya kemampuan aktingmu-"

Salah. Sunoo salah. Bahkan Sunoo tidak bisa menyelesaikan kalimatnya saat sadar wajah Sunghoon berubah.

"Kamu keterlaluan." Singkat, namun membuat Sunoo ingin menangis. Tidak seharusnya dia membicarakan hal yang jelas sudah membuat luka pada Sunghoon.

PADAHAL SUNOO INGIN MEMUJI. bukan mengkoreksi.

"Maa-"

Sunoo lagi-lagi terdiam. Sunghoon memakaikannya syal yang sedari tadi memang Sunghoon gunakan.

"Itu bus ku. Kabari aku jika sudah di rumah, ya?" Sunghoon masih bisa tetap tersenyum walau sebenarnya kecewa dengan Sunoo, kan?

Sunoo menangis saat bus yang Sunghoon naiki hilang dari pandangannya. Sunoo merasa amat bersalah. Ini salah paham. Sunghoon salah paham.

.

.

.

281223

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

281223

[4] magnolia ; sunsun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang