CHAPTER 32(UTB)

41 36 7
                                    

Universitas Tunas Bangsa adalah Universitas yang cukup luas dengan biaya yang cukup murah. Universitas inilah yang menjadi tempat bagi Caca untuk melanjutkan pendidikannya. Dan Bellova, ya dia mengikuti Caca begitupun dengan Shinta. Sementara Indah, mereka kehilangan kontak dengannya sehingga mereka tidak mengetahui keberadaannya hingga saat ini.

Caca awalnya mengira jika dia akan berkuliah dengan tenang dengan sahabat-sahabatnya. Tetapi hal itu menghilang begitu saja setelah mengetahui jika Rafael dan antek-anteknya juga berkuliah disana, dan bukan mereka saja, Azka dan Devisa yang merupakan kakak kelasnya saat SMA juga berada dikampus yang sama. Termasuk dengan Jhonata dan Raissa.

Bagi Caca hal itu tidak menjadi masalah asalkan mereka tidak mengganggunya.

                         ■■■

Caca memasuki jurusan tata boga sesuai perintah orang tuanya. Jujur Caca tidak menginginkannya, dia lebih tertarik memasuki jurusan jurnalistik ketimbang tata boga dia ingin menjadi seorang jurnalis, tetapi paham dengan kondisi keluarganya saat ini Caca tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan perintah orang tuanya. Toh dia juga yang akan meneruskan restorannya.

Caca berjalan menuju kelasnya, disaat dia akan berbelok seseorang menubruk dirinya hingga keduanya terjatuh.

Buggh

"Aww" ringis Caca.

"Lo!" ucap Caca terkejut melihat Rafael dihadapannya. Ya, yang menabraknya adalah Rafael.

"Duh, kenapa sih lo ngehalangin jalan?!, gue tuh lagi buru-buru tau gak!. Awas lo!" ucap Rafael dan mendorong tubuh Caca kesamping lalu pergi begitu saja. Dorongannya tidak begitu keras tetapi cukup untuk membuat Caca hampir tersungkur kembali, untung saja ada dinding disampingnya.

"Dih gak jelas tuh anak. Siapa yang salah siapa yang marah" gumam Caca kesal.

Tidak mau ambil pusing Cacapun melanjutkan perjalanannya kembali. Sesampainya dikelas Cacapun duduk ditempat yang masih kosong, selang beberapa menit kemudian dosenpun datang dan memulai matahari.

Sementara dilain tempat Rafael tidak bisa memasuki kelasnya hingga selesai karena terlambat.

'Mampus gue, hari pertama malah telat' batin Rafael.

Karena Rafael dilarang untuk memasuki kelas Rafael lebih memilih untuk berjalan-jalan menyusuri sekitar kampus. Rafael mengingat kembali kejadian diaat dia menubruk Caca.

'Apa gue minta maaf ya?, tapi gue gak tau dia masuk jurusan apa?. Ah yaudahlah bodo amat' pikir Rafael.

                          ■■■

Sore hari pun tiba dan Caca berjalan pulang karena sudah tidak ada kelas lagi. Ditengah perjalanannya yang bahkan belum keluar dari area kampus tiba-tiba saja sebuah motor menghadang dirinya.

"Lo!" ucap Caca terkejut. Yang ternyata orang tersebut adalah Rafael.

"Hehe, Ca" sapa Rafael.

"Apaan sih lo?, gak jelas banget" ucap Caca judes. Tanpa mempedulikan Rafael Cacapun pergi meninggalkannya begitu saja. Tidak ingin menyerah Rafael pun menyusul Caca menggunakan motornya dan memelankan kecepatannya saat beriringan dengan Caca.

"Apa lo?!" ucapa Caca sinis.

"Wis galak amat. Lo masih marah ya sama gue soal kejadian pagi tadi?" tanya Rafael.

"Gak!, buat apa juga gue marah"

"Terus kenpa lo marah-marah sambil cemberut gitu sama gue?"

"Se-serah gue lah!"

"Iya, iya, sorry ya. Gue... gue anter lo pulang ya" ucap Rafael dengan mata yang berbinar-binar.

"Gak!"

"Ayolah~ gue anter lo pulang yah, yah?. Nanti gue kasih lo permen deh" paksa Rafael.

"Gak!, emang lo pikir gue bocil apa?!, main sogok pake permen aja"

"Iya, emang lo kaya bocil soalnya lo pendek" ledek Rafael yang tanpa ia sadari membuat hati Caca tersakiti. Mendengar hal itu Caca hanya terdiam.

"Woi, kok lo diem sih?" tanya Rafael.

Tiba-tiba saja ada sebuah motor lain yang menghampiri Caca. Dan itu ialah Jhonata yang seketika membuat Rafael mengeluarkan tatapan sinisnya.

"Ca gue anter lo pulang ya" ucap Jhonata.

"Iya"

Cacapun menaiki motor Jhonata, dan Jhonata pun menancap gasnya dan meninggalkan Rafael. Rafael yang melihat kepergian Caca dan Jhonata hanya memandang mereka dengan penuh kebencian.

"Bangsat!"

                         ■■■

"Ca, lo kenapa?" tanya Jhonata yang masih fokus mengendarai motornya.

"Gak, guea gak papa"

"Lo jangan boong, kalau ada apa-apa lo cerita aja ke gue. Tadi si Rafael ngomong apa? dia pasti ngomong sesuatu kan ke lo?"

"Dia ngeledek gue"

"Udah gak usah di dengerin, lo jangan sedih cuman gegara omongan tu bocah"

"Iya gue tau, tapi gue sakit hati Jhon, gue pernah di bully jadi gue masih trauma"

"Udah lo gak usah diinget-inget lagi, tar si Rafael gue hajar habis-habisan"

"Hehe, jangan kasian"

"Lo kasian sama dia?"

"Iya, gimana pun juga dia gak tau apa-apa jadi dia gak salah"

"Tetep aja gue balalan hajar dia"

"Jangan tar lo luka lagi"

"Jadi ceritanya lo khawatir nih sama gue? lo tenang aja gue jago berantem kok"

"Ih apaan sih lo, dah sono fokus ke jalanan"

Jhonata pun hanya terkekeh mendengar ucapan Caca.

5 Kisah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang