Cup 3

310 48 2
                                    

-Tahra-
🍵🍵🍵

Hari ini weekend dan kami bertiga pulang ke rumah masing-masing. Aku dan Gretchen ke Sidoarjo, sedangkan Allegra ke Surabaya. Iya, Allegra arek Suroboyo yang di ibukota Jawa Timur ini tentu banyak sekali kampus dari yang biasa sampai luar biasa, tapi dia lebih memilih ke Malang karena ingin merasakan kos dan belajar mandiri. Kalau aku dan Gretchen memang sudah niat sedari awal sih.

Di Sidoarjo, aku hanya istirahat sebentar karena sorenya bersama sahabatku yang tetap di Sidoarjo karena memilih langsung kerja daripada kuliah, Kaia. Dia mengajakku nonton film di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Setiap aku pulang ke Sidoarjo, kami selalu menyempatkan diri untuk bertemu entah sebentar entah lama.

Menggunakan motor Kaia, kami ke Surabaya. Sedikit terjebak macet di beberapa titik hingga akhirnya sampai Surabaya magrib. Kami mencari masjid terdekat untuk salat lalu melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di pusat perbelanjaan, aku dan Kaia langsung ke bioskop untuk membeli tiket setelah itu cari makan dulu di food court karena jam tayang masih lama.

"Besok ngapain?" tanya Kaia. Setelah kami berada di food court dan tengah menikmati makan malam.

"Turu! (Tidur)" jawabku singkat, padat dan jelas. "Eh, kayaknya belanja bahan kangkung bumbu rujak deh, aku sudah ngiler dari kapan hari. Kenapa?"

"CFDan, yuk? Pulangnya aku antar ke pasar," ajak Kaia.

"Boleh, ayok." Aku mengangguk setuju.

Kaia tersenyum senang. "Besok balik sama Gretchen?"

Aku menggeleng. "Tadi kami berangkat sendiri-sendiri soalnya Gretchen mau, ehm, ngapain, ya, kemarin rencananya? Lupa." Mengatakan itu, aku sembari terkekeh.

Biasanya memang aku dan Gretchen pulang bersama baik naik kereta ataupun motor, tapi kali ini kami berangkat sendiri-sendiri dengan motor. Besok pun aku justru janjian kembali ke Malang bersama Allegra. Dia akan menjemputku di rumah untuk selanjutnya pergi ke Malang.

"Kemarin ketemu Kevin nanyain Gretchen," kata Kaia yang membuatku mengangkat kedua alis.

"Lha, kamu berteman sama Kevin sekarang?" tanyaku kaget. Nggak masalah, sih, sebetulnya. Berteman dengan siapapun juga bebas dan sebagai sesama alumni di angkatan SMA yang sama, pada hakikatnya kami teman, kan? Hanya saja, di sini Kevin itu mantan pacar Gretchen di SMA sekaligus teman sekelasnya. Sedangkan aku dan Kaia berbeda kelas dengan keduanya.

"Kan, Kevin dekat sama Gandi. Mungkin pernah lihat fotoku yang bareng kamu sama Gretchen dulu itu?" jawab Kaia mengingatkan dan Gandi adalah teman sekelas kami.

Aku manggut-manggut. "Iya, sih. Mereka dekat. Terus, ngapain tanya? Perasaan Gretchen nggak pernah cerita deh kalau mereka balikan," kataku sambil mengingat-ingat.

Kaia mengedikkan kedua bahunya. "Mungkin masih suka."

"Bisa jadi."

Meski beda kelas, kami dan hampir satu angkatan tahu siapa yang pacaran dengan siapa atau dekat dengan siapa. Gosip memang tak pernah gagal di mana-mana. Beritanya seperti kebakaran yang terhembus angin sehingga cepat meluas, termasuk hubungan Gretchen dan Kevin yang terjalin sejak keduanya kelas sebelas. Tapi aku dan Kaia tidak pernah tahu penyebab putusnya hubungan mereka yang terjadi setelah kelulusan kami. Gretchen sendiri tidak pernah membahasnya dan aku merasa itu bukan urusanku.

"Aku cuma jawab kabar Gretchen baik dan waktu kutanya kenapa nggak tanya sendiri ke yang bersangkutan, dia cuma senyum," kata Kaia.

"Antara dia sudah punya pacar lagi atau malu tanya karena sudah lama putus," sahutku yang diangguki oleh Kaia.

MR. & MISS TEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang