P R O L O G

170 20 3
                                    

"Ini Awalan."

Seorang gadis memukul setir mobilnya. Deru nafasnya terdengar diiringi suara isak tangis yang keluar dari mulut gadis itu. Setetes demi setetes air mata kini mengalir di pipi manisnya.

Mobil yang dikendarainya kini melaju kencang entah ke mana. Ia tidak peduli, rasa sakit di dadanya membuat dirinya tak bisa berpikir jernih lagi.

Rintikan hujan menemani malam penuh sesaknya. Taufan Cyclona, gadis yang tengah patah hati itu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Ia menggigit bibir bawahnya, tangan kirinya mencengkram erat dadanya.

"Cowok brngsk!" umpatnya di dalam sana.

Taufan melirik ke arah handphone nya yang sedari tadi berdering. Ratusan pesan dan panggilan tak terjawab muncul di layar handphonenya.

"Lo udah khianati gue! Gak usah telfon telfon gue lagi!" kesalnya seraya mematikan layar ponselnya.

"Arkh!" Taufan kembali memukul setirnya. "Kenapa lo khianatin gue hah?! Kurangnya gue apa! Dasar cowok brngsk!"

Taufan mengacak rambutnya, ia tidak habis pikir, kenapa pacarnya tega mengkhianati dirinya. Padahal Taufan sudah berusaha meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk kekasihnya itu.

"3 tahun ...." Taufan mengatur nafasnya, ia mencoba menenangkan dirinya namun semakin dicoba, semakin bayangan tentang pengkhianatan pacarnya itu muncul di kepalanya.

Semua ini bermula ketika dirinya mengunjungi sebuah cafe sesaat sebelum pulang ke rumah. Setiap kali pulang dari butik, ia memang selalu menyempatkan diri untuk mendatangi cafe langganannya ini.

Taufan mendudukkan dirinya di sebuah meja yang berhadapan langsung dengan pemandangan luar. Langit malam dengan taburan bintang di angkasa menjadi objek kesukaannya.

Gadis itu menatap penjuru cafe, banyak orang di sana, namun pandangannya terhenti ketika matanya tak sengaja menangkap sosok laki-laki yang tiga tahun ini menjadi pacarnya.

"Solar," gumam Taufan pelan. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk bulan sabit yang begitu indah.

"Kayaknya dia habis ketemu klien deh." Taufan bangkit dari kursinya, hendak menghampiri sang kekasih namun seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri pacarnya itu membuat langkah Taufan terhenti.

"Sayang, maaf aku telat." Ringisan kecil terdengar di kedua telinga Taufan

"Gak papa cantik, aku juga baru sampai kok."

Taufan jelas melihat keduanya saling berpelukan, lalu kembali duduk di meja mereka. "Mereka ... ada hubungan apa?"

"Sayang? Cantik?" Taufan tak bisa berpikir apa-apa lagi, tubuhnya yang lelah membuat emosinya meningkat.

Matanya dapat melihat apa yang dilakukan pacarnya dengan gadis lain, gadis yang tak lain dan tak bukan adalah adik perempuan dari Ice Aldrige, pacar adiknya.

Taufan tidak peduli lagi dengan sekitar, ia hanya butuh penjelasan sekarang. Kakinya melangkah dengan cepat menuju dua pasangan yang kini tengah bermesraan.

Our Life [ Halilintar x fem! Taufan ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang