-ˋˏ 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐓𝐖𝐄𝐍𝐓𝐘 ˎˊ-

1K 140 39
                                    

· · ─────·本·───── · ·

Sesuai dengan yang di katakan [Name] kemarin, kalau dia akan menemui Yoojin. Dan disinilah [Name] sekarang, ruang kerja Yoojin.

Setelah beberapa kali bertemu dan berbicara, mereka menjadi semakin dekat. Gaya bicara mereka pun tidak sekaku sebelum nya. [Name] yang menghabiskan waktu nya di ruang kerja Yoojin seperti saat ini merupakan hal yang biasa terjadi di antara mereka belakangan ini.

"Menurut mu lebih bagus sepatu atau jam tangan?" Tanya [Name] sambil men - scroll iPad milik Yoojin di tangannya. Matanya fokus melihat berbagai macam jam tangan dengan brand yang sama.

"Hm? Menurut ku jam tangan, aku lebih suka itu. Kenapa menanyakan itu?" Tanya Yoojin, diri nya pun tengah sibuk mengerjakan dokumen perusahaan nya.

"Aku ingin menghadiahkan ini pada seseorang. Menurut mu sebagai seorang pria, mana yang bagus?" Tanya [Name] sambil bangkit dari duduknya dan memperlihatkan iPad di tangannya kepada Yoojin.

Yoojin menaikkan sebelah alisnya, "Kau ingin memberikannya pada siapa?" Ucap Yoojin begitu melihat kalau contoh jam tangan yang di tunjukkan oleh [Name] merupakan jam tangan untuk pria.

"Ada, seseorang. Aku juga menduga dia lebih suka jam tangan daripada sepatu, sih. Dia selalu mengecek jam nya," [Name] terkekeh begitu mengingat Hwan yang selalu melihat jam tangannya untuk memastikan semua jadwal [Name] berjalan dengan lancar dan tepat waktu.

Dia ingin memberikan jam tangan kepada Hwan sebagai permintaan maaf karena sikap nya kemarin yang kurang ajar. Dia tahu dia seharusnya tidak menyuruh nya menjaga nya dari Yoojin saat Hwan menginginkan atensi nya. Dia mengabaikan Hwan.

Sejak kemarin pun, [Name] belum bertemu Hwan. [Name] sibuk dengan Gimyung, karena pria itu baru saja masuk penjara. Dan sekarang dia sibuk dengan Yoojin, sebenarnya dia ada janji dengan Jonggun nanti malam. Lihat? Dia sibuk.

Dan sialnya, Hwan tahu semua jadwal nya.

"Dia pasti akan suka," [Name] tersenyum, membayangkan Hwan yang tersenyum padanya lalu memeluknya. [Name] bahkan sudah berencana untuk menghabiskan waktu bersama Hwan. Lagipula, hanya Hwan yang dia punya di dunia ini.

[Name] yang kembali sibuk men - scroll iPad tidak sadar dengan Yoojin yang mulai berekspresi jelek. Pria itu sudah memikirkan berbagai nama di dalam kepala nya yang mungkin menjadi orang yang ingin [Name] berikan hadiah.

Siapa? Siapa yang ingin [Name] berikan hadiah?!

Yoojin mulai mengingat berbagai pria yang sedang dekat dengan [Name] belakangan ini. Yohan? Gimyung? Atau teman sekolah nya, Hyungseok? Tapi, yang mana? Atau jangan jangan ada pria lain yang dekat dengan [Name] dan Yoojin tidak tahu itu?

Dia memang tidak bisa mengawasi [Name] 24 jam karena [Name] entah kenapa selalu lolos dari dirinya.

Sial, dia harusnya mengawasi gadis nya terus.

Eh? Gadis nya?

Tidak, Yoojin tidak jatuh cinta. Dan tidak akan, cinta itu berarti kelemahan. Dan Yoojin tidak ingin memiliki kelemahan. Dia tidak boleh jatuh cinta. Itu hanyalah pikiran nya yang saja.

"Apa yang kupikirkan,"Guman Yoojin sambil memegang kepala nya. [Name] menoleh begitu mendengar Yoojin yang bersuara, "Kau bicara apa barusan?" Mengalihkan atensi nya dari iPad, lalu menegakkan tubuhnya yang tadi agak sedikit membungkuk sambil bertumpu di kursi yang Yoojin duduki.

Yoojin tersenyum, "Tidak ada, kau mau memberikan nya untuk seseorang yang spesial?" Matanya mengawasi gerak gerik [Name]. Mencoba mencari tahu apa yang sedang di pikirkan oleh gadis di depannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Interaction | 𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐒𝐌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang