[CHAPTER 5]

117 4 0
                                    

"Hilang satu, datang satu juga."

————————————————————

Satu bulan kemudian...

Sore itu, seperti biasa Danda menghabiskan waktu sorenya bersama Abang-abang Kopaja di kantin kos. Danda duduk persis di sebelah Rahmat, dengan ditemani juga es teh yang warnanya telah berubah.

Rahmat, Jali, Aldo, Cecep dan Danda memang kerap kali menghabiskan waktu sore mereka dengan bercengkrama bersama sembari memandang langit berwarna jingga. Dan setelah matahari mulai terbenam, mereka akan melanjutkan dengan makan malam bersama di kantin.

Matahari mulai terbenam, sore telah berganti malam. Kelima pemuda ini segera beranjak dari tempat masing-masing menuju etalase dimana lauk-pauk itu dipajang. Mereka memberikan piring yang mereka bawa itu kepada Ibu penjaga kantin, untuk diisikan nasi dan lauk yang akan mereka pilih.

Mereka kembali ke tempat semula. Namun, saat mereka meletakkan piring yang mereka bawa. Pandangan mereka tertuju pada salah satu piring yang diatasnya hanya terdapat nasi saja. Piring tersebut rupanya milik Jali.

"Kok lo nggak ambil lauk?" tanya Aldo sambil menatap Jali bingung.

"Gue lagi puasa putih." Jawab Jali sambil menyantap nasi putih di piringnya itu.

"Lo kristen anjing!" balas Aldo cepat.

"Toleransi, bro." sahut Jali sembari menyuap nasi dari sendoknya lagi.

"Duit lo habis?" kali ini Rahmat yang bertanya.

"Ada kali, gue cuma pengen makan nasi doang." Bohong Jali.

"Kalo lo bohong pantat lo kelap-kelip!" ujar Aldo.

Jali sontak berdiri. Namun, terjadi hal yang terduga. Aldo menempelkan ponselnya tepat di pantat Jali dan menyalakan senter lalu dia menekan berkali-kali untuk membuat senter tersebut menjadi kelap-kelip.

"Nah, boong kan lo!" lanjut Aldo.

Rahmat, Cecep dan Danda tertawa melihat betapa kocaknya mereka berdua. Tidak pernah terlintas di pikiran mereka jika Aldo akan melakukan seperti itu.

"Ngaku lo! Duit lo habis kan?" tanya Aldo lagi dengan nada sedikit kesal.

"Yaudah iya, duit gue habis." jawab Jali dengan wajah yang sedikit melas.

"Cepet amat, padahal baru kemarin lo gajian. Lo kemanain duitnya?" Aldo merasa tak beres, karena dua minggu kemarin Jali memberitahunya telah mendapatkan gaji, tapi mengapa hari ini uangnya telah habis. Dikemanakan uang tersebut?

"Ya lo berharap apa dari gaji di bawah UMR? Jakarta mahal, bro." kata Jali dengan sedikit tersenyum.

Ucapan Jali benar, untuk orang seperti mereka dengan gaji di bawah UMR, Jakarta memanglah kota sangat mahal. Kadang kalanya untuk membeli sesuatu mereka harus berpikir beberapa kali, dan akhirnya mereka pun tak jadi untuk membelinya. Karena jika mereka tidak dapat mengatur keuangan mereka, mereka tak akan tahu besok akan makan apa.

"Bang, ini tempe buat Abang." Ujar Danda dengan meletakkan tempe goreng di atas nasi piring milik Jali.

Kemudian disusul dengan Rahmat, dia memberikan mie goreng kepada Jali. Aldo pun ikut memberikan lauknya kepada Jali, dia memberikan ayam goreng miliknya pada Jali. Sedangkan Cecep, dia memberikan sayuran kepada Jali.

Jali menundukkan kepalanya, dagunya bergetar sebab dia menahan agar tangisannya tak pecah di depan mereka. "Makasih ye, lo emang temen gue yang paling baek."

SAMPOERNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang