1. Pelarian

159 20 0
                                    

Setiap orang pernah membuat kesalahan. Setiap orang juga selalu memiliki penyesalan.
Tapi tidak semua orang bisa memiliki kesempatan kedua. Seperti Lee Jeno misalnya.

Lee Jeno pikir dia telah menata alur hidupnya dengan benar. Memilih orang yang tepat untuk mendampingi hidupnya lalu menua bersamanya.

Tapi realitanya tidak begitu. Jeno pikir dia sudah cukup baik mengenali Caroline, Jeno juga berpikir bahwa semuanya akan berjalan dengan baik hanya berbekal rasa cinta. Tapi ternyata dia salah.

Menikah itu tidak sama dengan berpacaran. Menikah itu ternyata lebih rumit. Cinta saja tidak cukup menjadi modal dasar dalam pondasi pernikahan. Dan bodohnya, Jeno tak berpikir sejauh itu.

"Mau kemana kamu ? Ini sudah malam." Jeno menegur istrinya dengan suara rendah dan ekspresi tenang.

"Mau keluar ke acara ulang tahun teman."

Caroline Park, seorang wanita cantik yang baru 2 tahun Jeno nikahi. Wanita yang dulunya adalah sosok periang dan lemah lembut itu kini berubah menjadi sosok asing yang mendiamkan segala hal. Dia tidak peduli dengan Lee Jeno ataupun rumah tangganya. Dia adalah wanita yang sibuk dengan urusannya sendiri.

"Ga usah pergi. Kewajibanmu ada di rumah."

"Manusia punya hak asasi dan kamu ga bisa mengekangku." Dia berlagak acuh. Caroline menyibakkan rambut panjangnya lalu menatap sinis pada Jeno.

"Aku suamimu, aku punya hak mengaturmu." Kata Jeno. Lelaki itu masih berusaha sabar dengan meredam geramannya, meskipun mata bulan sabitnya semakin lama semakin menajam.

"Aku bukan budak Lee Jeno. Kalau kamu bisa pergi semaumu lalu kenapa aku ga bisa?"

Dia keras kepala. Sekeras apapun larangan Jeno, Caroline akan tetap pergi dan mengacuhkannya.

Jeno duduk, terlihat tenang tapi sebenarnya ada kemarahan besar yang siap meledak dari kepalanya. Namun lelaki itu menahan semuanya. Dia bukan sosok yang bisa meluapkan emosinya sembarangan.

Sosok Caroline telah menghilang bersamaan dengan suara pintu yang di banting keras. Ini bukan pertama kalinya, Caroline sering pergi larut dan pulang dini hari. Rasanya Jeno terlalu lelah menghadapi wanita itu.

Jeno menunduk, mengambil sebatang rokok yang dia tinggalkan di atas meja. Lelaki itu kemudian duduk menyilangkan kaki, menunggu api dari pemantik membakar ujung nikotinnya hingga tercipta bara kecil disana.

Jeno menghisapnya dengan mata terpejam dan punggung bersandar. Lalu dia menghembuskannya kasar dan membiarkan kepulan asap melewati bibirnya. Dia harap masalahnya juga bisa begitu, langsung menguap ketika Jeno menghembuskannya. Tapi hidup tak sesederhana itu.

Otak laki-laki tidak di desain untuk memikirkan sesuatu yang rumit. Dan wanita adalah hal rumit itu sendiri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SECOND CHANCE | LEE JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang