8. The reason

75 11 0
                                    

Berbaik hati pada seseorang itu memang ada batasnya. Dan terlalu baik itu juga tidak bagus.

Ruby pikir dia telah menjadi wanita bodoh dengan membiarkan Jeno menyetubuhinya. Bukan karena Jeno meninggalkannya setelah mendapat kenikmatan tapi karena lelaki itu tak bisa berhenti dari aktifitas itu sekarang.

Lelaki itu tak bisa berhenti menyentuh Ruby bahkan ketika Ruby sibuk di dapur. Jeno datang dan merengkuhnya dari belakang. Jeno tak bisa berhenti bahkan ketika Ruby telah memohon dengan mendesahkan namanya.

"Jen... " Gadis itu kembali memohon. Kakinya telah lemas karena terlalu lama berdiri sementara Jeno terus menubruknya dari belakang.

"Sebentar lagi Sayang."

Dan Ruby benar-benar tidak suka ketika Jeno memanggilnya begitu. Karena... Yaa.... Dada Ruby rasanya mau meledak jika di panggil 'sayang' oleh oknum sialan ini.

Desahan panjang dari lelaki itu telah mengakhiri semuanya. Pergulatan mereka adalah perpaduan antara dua nafsu yang telah lama tak terlampiaskan. Namun Jeno adalah yang paling gila. Dia seperti seekor anjing besar yang telah memasuki masa birahi. Sementara Ruby adalah anak anjing polos yang terbawa suasana.

Ruby kelelahan. Kaki-kakinya lemas seperti Jelly. Dia hampir saja terjatuh jika saja Jeno tak menahan tubuhnya.

Lelaki itu menggendong Ruby kembali ke kamar. Menidurkan gadis itu di samping putranya lalu memberinya sebuah kecupan ringan sebagai tanda terima kasih.

"Biar aku yang masak. Kamu tidur aja."

Aura wajah lelaki itu tiga kali lipat lebih cerah dari sebelumnya. Wajah Jeno tak lagi tampak seperti seseorang yang telah mengalami masalah rumah tangga. Lelaki itu tersenyum lebar dengan mata yang membentuk bulan sabit seolah stress nya telah menguap begitu saja.

Di samping sumringahnya Jeno, Ruby justru merasa sebaliknya. Dia telah menjadi wanita paling murahan di dunia ini dengan menyerahkan tubuhnya untuk di tiduri suami orang.

Hati nuraninya berkecamuk. Antara rasa berdosa dan perasaan ingin dicintai yang seolah bersebrangan.

Ya benar. Jeno memperlakukannya secara berbeda. Dia tidak memperlakukan Ruby seperti budak sex nya tapi dia menyentuh Ruby dengan penuh cinta hingga gadis itu melambung.

Namun sayangnya Ruby tak ingin jatuh dalam harapan semunya. Jeno masihlah suami orang. Ruby akan menggemakan itu di dalam kepalanya agar dia tidak jatuh cinta lagi.

Gadis itu menghela nafas. Terlalu sulit baginya menolak Jeno jika dia di perlakukan sebaik ini. Perasaannya pada Jeno tak bisa di batasi malah bertambah semakin besar.

Ruby ingin menjadi wanita egois yang mengklaim Jeno hanya meiliknya lalu menyuruh Jeno mencampakkan Caroline. Tapi nyatanya Ruby masih memiliki hati nurani.

"Ayo makan dulu." Jeno muncul dari arah pintu dengan senampan makanan.

Ruby tidak pernah tau kalau Jeno memiliki skill memasak sebaik ini, tapi gadis itu tak akan bertanya dan memilih memperhatikan Jeno yang menggeret meja ke dekat ranjang.

Ruby pikir mereka akan makan bersama,tapi ternyata dia salah. Hanya Ruby yang makan, sementara Jeno sibuk menatapnya.

"Jangan melihatku." Adalah bentuk protes yang Ruby utarakan.

Tapi bukannya berhenti, Jeno malah tertawa.

"Kalau di lihat-lihat kamu cantik juga ya."

'Cihh... Gombal.' batin Ruby.

Gadis itu mengacuhkan Jeno dan fokus untuk makan. Tidak memperdulikan Jeno yang hanya melihatnya makan.  Biar bagaimanapun dia adalah seorang busui yang butuh banyak nutrisi.

"Ruby.. aku mau kasih tau sesuatu." Kata Jeno. Ruby hanya meliriknya karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Aku sama Caroline memutuskan untuk bercerai."

"Uhuk....uhuk..."

Berita ini sangat mengejutkan sampai-sampai Ruby tersedak makanan di mulutnya.

Jeno buru-buru memberinya minum dan menunggu sampai Ruby lebih tenang.

"Jen... Serius??" Ruby meletakkan sumpit di tangannya lalu menatap Jeno dengan mata membulat.

"Iya, aku pikir lebih baik berpisah daripada semakin terluka. "

Helaan nafas Ruby terdengar jelas. Gadis itu meminum sisa air di gelasnya sebelum kembali bicara.

"Ga mau dipikirin dulu Jen..? Dia itu perempuan yang kamu pacarin selama 3 tahun loh, aku ingat betul gimana senangnya kamu bisa pacaran sama dia."

Ruby menelan mentah-mentah rasa sakitnya. Mulutnya memang enteng saat berucap tapi memori ketika Jeno jatuh cinta dengan Caroline adalah bencana terbesar untuk hati nya.

"Aku tau, tapi aku bingung, perasaanku ga sama seperti dulu. Aku ga mau lanjutin pernikahan ini sama Caroline, sebaliknya aku mau menikahimu Ruby. "

"Jangan main-main dengan pernikahan Jen. Aku ga mau kamu lakuin itu karena kasihan."

Kali ini Jeno yang terdengar menghela nafas.

"Aku bukan kasihan Ruby, aku sayang sama kamu, itulah kenapa aku merasa hambar sama Caroline."

"Jen... Aku ga mau kamu jadiin aku alasan buat mencampakkan Caroline. Aku ga marah meski kamu memanfaatkan tubuhku untuk jadi pemuasmu asal jangan jadikan aku alasan kamu cerai."

"Lee Ruby.,.. " Jeno terlihat sedikit kesal mendengar pernyataan Ruby. Rahangnya menegas dan tak ada kesan main-main dalam tatapannya.

"Aku melakukannya bukan karena aku mau manfaatin tubuhmu. Ga ada sedikitpun niatku buat manfaatin kamu sebagai pemuas nafsuku Lee Ruby. Dan juga.... " Lelaki itu mengalihkan tatapannya. Menatap apapun yang ada di kamar Ruby dengan perasaan sedikit bersalah.

".....memang kamu satu-satunya alasanku buat cerai."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SECOND CHANCE | LEE JENOWhere stories live. Discover now