𝟐𝟔. 𝑹𝒆𝒗𝒂𝒏

93 13 2
                                    

Hello, all my friend

Thanks karena masih mau baca karya aku

Kalian dari mana aja nih?

Gimana kritikannya buat cerita kali ini?

Langsung ketik dikomentar ya
Oh ya, buat tulisan yang typo, tolong ditandai aja, biar nanti aku perbaiki, ok

Happy Reading ♥︎♥︎

٭٭✰٭٭

"Aslan? "

Suara lembut milik Haizel menyapa telinga milik Aslan yang saat ini sedang berada di rooftop, menyesap rokok yang ia selipkan diantara Jari-jari tangannya yang kekar.

Cowok itu menoleh pada kekasihnya itu, tak lupa juga sunggingan senyum manis terukir di bibirnya. "Kenapa sayang? "

Gadis dengan paras baby face itu tidak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan Aslan. Helaan nafas pelan terdengar mencelos dari bibir mungil nya.

"Kamu lagi banyak pikiran ya, makanya merokok gini? " tangan mungil Haizel langsung merebut puntung rokok yang tersisa di Jari-jari Aslan tanpa perlawanan apapun dari cowok itu. Dengan cepat juga Haizel menjatuhkan benda itu dan menginjaknya hingga benda itu tak lagi berbentuk.

"Zel... " panggil Aslan lirih. Netranya menatap sendu pada gadis yang memegang status sebagai pacarnya itu.

"Sampe kapan kamu bakal terus-terusan merokok gini lan? Kamu mau sakit? Kamu kan tau kalo rokok itu nggak bagus buat kesehatan, kenapa juga kamu masih nyebat?! " kan benar. Omelan gadis itupun mulai meluncur.

"Sesekali doang, Haizel" jawabnya seala kadarnya. Tangan kekarnya bergerak untuk mengacak puncak kepala gadis yang hanya memiliki tinggi sebatas dada bidangnya itu dengan gemas.

"Ya, tiap hari juga ngomongnya gitu! " ketus Haizel. Matanya berusaha memandang ke arah mana saja, yang penting tidak kontak mata dengan cowok itu.

"Ya udah iya, aku bakal berhenti merokok" Aslan mengalah akhirnya, dibanding harus membujuk Haizel yang kalau sudah ngambek, cuek cuek kaya Bebek, lebih baik Aslan saja yang mengalah.

"Hmm, bagus dong"
"Kamu kok ngga mau natap aku sih, zel? Marah nih ceritanya? " Aslan memprotes tidak terima karena Haizel yang memalingkan wajah darinya.

"Nggak! Siapa bilang aku marah?! "

Aslan melengos pelan. Andai saja bukan orang yang dicintainya, bisa dipastikan saja, Aslan pasti sudah menelantarkan gadis itu ke hulu sungai Amazon. Masa bodoh jika nanti akan ada anaconda atau hewan lainnya yang akan menerkamnya. Yang penting hidupnya tentram. Eh, becanda ya, nggak beneran kok.

"Ya udah sini liatnya kalo nggak marah, jangan malah natap pagar gitu, kan lebih ganteng aku daripada tuh pager" seloroh Aslan yang sudah tertular virus pede dari kedua anggota laknatnya. Siapa lagi kalau bukan theo dan zayyan?

"Pede banget! Bayi aja tingkat kepedannya 99 persen ya? " gadis itu menaruh telunjuknya di ujung pelipis, seolah tampak berpikir keras.

"Anj-"

"Masih bayi aja Sok sokan banyak pikiran dikit Ngerokok!, terus gunanya aku disini buat apa lan? Status doang?! "

Aslan tercekat. Menelan saliva saja rasanya sangat susah. Ucapan gadis itu benar-benar berhasil membuatnya mati kutu. Kan author sudah bilang, tidak ada yang berani men skakmat seorang Aslan Fagarita, terkecuali itu nyonya Haizel Pramudya.

AlegraWhere stories live. Discover now