[CHAPTER 6]

109 9 0
                                    


"Hilang satu, tumbuh jadi dua."

————————————————————

"Woy gue dulu yang masuk, gue udah telat ini!" ucap Jali sembari mendorong tubuh Aldo untuk menyamping, karena dia ingin segera mandi tanpa harus mengantre.

"Enak aja lo! Gue udah ngantre dari tadi!" Aldo sangatlah tidak terima jika antrian mandinya diserobot oleh Jali, sia-sia saja dia mengantre sejak pagi tadi.

Sudah biasa Danda mendengarkan pertengkaran antara Jali dan Aldo di pagi hari. Danda yang mencuci pakaiannya berasa diiringi celotehan dari mereka berdua. Ia hanya diam tidak menggubris, karena sebentar lagi pasti pertengkaran mereka akan berakhir.

Ceklek!

Saat pintu kamar mandi terbuka, tiba-tiba saja Jali dan Aldo menjadi bungkam, tidak mengeluarkan sepatah kata lagi. Mereka sama-sama berpencar dan mengalihkan pandangan mereka dari seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut.

Rupa-rupanya yang membuat Jali dan Aldo bungkam adalah Varo.

Varo yang masih di dalam kamar mandi menatap bingung ke arah depan. Dia keluar dari mandi sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.

"Lo nggak mandi? Katanya udah mau telat," kata Varo pada Jali.

"Nggak, Var. Aldo dulu," sahut Jali lalu meminta Aldo untuk terlebih dulu.

"Lain kali kalo mau duluan ya berangkat dulu, jangan langsung nyerobot antrean orang." Ujar Varo dengan wajah yang ketus.

Aldo segera masuk ke dalam mandi. Sedangkan Varo mulai pergi meninggalkan kamar mandi.

Jali mengikuti Varo dari belakang secara diam-diam, lalu mengintipnya dari balik pintu, memastikan jika Varo telah masuk ke dalam kamarnya.

Setelah Varo benar-benar masuk ke dalam kamarnya, dia berlari menuju kamar mandi. Jali menggedor-gedor pintu kamar mandi Aldo. "Buruan! Aye nanti telat! Cepet, Do!"

Danda tertawa kecil ketika melihat Jali yang hampir mati ketakutan karena Varo.

Akhirnya Danda telah menuntaskan cuciannya, ia berjalan keluar dengan membawa timba berisi pakaian bersihnya.

Saat Danda menjemur pakaiannya di depan kamarnya, tepat di pagar depan kamarnya. Ia melihat seorang laki-laki yang terlihat masih muda baru saja turun dari mobil berwarna hitam.

Danda melanjutkan kegiatan menjemur bajunya, namun tetap pandangannya tertuju pada laki-laki muda itu. Jujur, ada sedikit penasaran siapakah laki-laki itu.

"Anak baru lagi?"

Danda yang sibuk memantau, tiba-tiba dikejutkan Aldo yang hanya mengenakan handuk dari bawah pusar hingga lutut.

"Bang, bisa nggak sih jangan ngagetin!" kesal Danda karena Aldo selalu saja datang secara tiba-tiba.

"Wah rupanya ada anak orang kaya di sini." Ucap Aldo sembari menjajarkan posisinya mendekati Danda, lalu melihat laki-laki itu bersama Danda.

"Udah pasti sih anak lantai tiga, soalnya cuma lantai tiga doang yang masih kosong. Enak nih bisa kita porotin buat beli martabak pecenongan. Iya kan, Dan?" tanya Aldo sambil menempatkan sikunya di atas pagar.

"Wah Aye jadi pengen martabak pecenongan."

"Loh, kok lo sih? Danda mana?" Aldo lekas berdiri tegap lalu menghadap Jali dengan wajah kebingungan.

"Noh, lagi sama Varo." Tunjuk Aldo dengan dagunya. Aldo menoleh ke arah sampingnya, rupanya Danda sedang berbicara serius dengan Varo di depan kamar Varo.

SAMPOERNA [ON GOING]Where stories live. Discover now