Chapter 4

8 1 0
                                    

     Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu, Rimu belum didatangi oleh Sakura untuk dimintai 'pendapat' lagi, tapi ia tahu gadis itu sedang berusaha. Di buktikan dengan kurangnya waktu dimana ia terlihat bersama si kakak.

      Di hari Minggu ini, Rimu sendirian di rumah, setidaknya hingga sore hari dimana si kakak terlihat baru saja melewati pintu masuk rumah mereka dengan wajah masam.

     "Kenapa dengan mukamu?" Rimu yang baru turun dari kamarnya tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.

    "Sakura bilang ia ada sesuatu yang harus di kerjakan di rumah." Tutur Rito yang baru saja kembali dari jalan-jalannya bersama Sakura "Aku sudah menawari untuk temani namun tidak boleh."

   "Ya mau bagaimana lagi, Sakura-nee memutuskan begitu." Rimu yang mendapati si kakak terduduk malas di sofa pun menarik bahu baju pemuda itu "Kau berkeringat, mandi dulu."

   "Sebentar lagi."

   "Mandi atau kuberitahu ibu kau menyelinap keluar tadi malam."

   Ucapan Rimu sukses membuat Rito menoleh dengan mata lebar, sedikitnya ia panik bercampur bingung. Ia menatap Rimu tepat di matanya, mempertanyakan bagaimana adiknya itu bisa tahu kegiatannya tadi malam.

   "Kau lupa kamarmu tepat di sebelahku? Kebetulan aku belum tidur jam segitu jadi aku mendengar langkah kakimu." Lalu Rimu menarik tangannya kembali "Mandi sana, kau bau."

   Rito menggerang sembari bangun dari sofa "Pendengaran yang mengerikan."

   "Kau saja yang payah dalam menyelinap." Rimu melengos ke dapur untuk membuat makan malam. Mengingat matahari sudah tenggelam.

     Ayah dan ibu sudah membuat rencana sejak tiga hari lalu untuk berkunjung ke rumah Tante mereka di kota sebelah dan menginap satu malam, jadi setidaknya hingga besok hanya akan ada dirinya dan si kakak di rumah itu.

     Rito pun mendengus lalu naik ke kamarnya, kemudian turun lagi dengan pakaian ganti lalu masuk ke kamar mandi.

     Rimu sendiri sudah mulai kegiatannya di dapur, namun saat ia membuka kulkas ia tertegun. Dengan perlahan tangannya tergerak mengambil kotak susu dan membuka laci kecil di pintunya, menyadari beberapa bahan makanan mereka sudah habis.

      Ia pun membuka ponsel dan melaporkan hal tersebut ke ibunya. Sementara menunggu kari nya masak, ia saling mengirim pesan untuk menanyakan perihal ibunya dan masuk lah berita terbaru mengenai kunjungan mereka.

      Ditengah kegiatannya itu, Rito keluar dari kamar mandi tak lama setelahnya dengan baju yang tadi ia bawa dan rambut basah ditutupi handuk kecil.

     "Sudah selesai?" Tanya Rito saat melihat adiknya sibuk bermain ponsel di dekat konter dapur.

     "Sedikit lagi," jawab Rimu yang kemudian mematikan ponselnya dan mengakhiri percakapan "Bisa bantu ambil piring dan gelas nya?"

     Rito mengangguk dan langsung mengambil piring di dalam laci, menyusun porsi dua orang di atas meja makan. Rimu sendiri mulai bergerak menyajikan masakannya, kari daging.

     Keduanya duduk berhadapan dan mulai makan dalam senyap.

     "Tadi aku menghubungi ibu, kelihatannya mereka akan menginap sedikit lebih lama." Rimu mengungkit percakapannya tadi dengan sang ibu.

     "Ehh? Kenapa?"

   "Ingat Haruka-nee? Anaknya bibi Yuuko?" Pertanyaan Rimu diangguki pelan oleh Rito "Kecelakaan."

     "Ehh? Serius?" Mata Rito melebar tak percaya. Ia mengenal dekat Haruka yang di bahas oleh Rimu saat ini. Meski sekarang tinggal di luar kota, bibi Yuuko sempat tinggal di daerah yang sama dengan mereka sekarang jadi saat kecil mereka sering bertemu, walau kode 'main' disini maksud nya Rito di jadikan olokan oleh Haruka karena bandel dan sering di marahi. Meski begitu mereka cukup dekat sebagai saudara "Kok bisa?"

Story of The Night SkyWhere stories live. Discover now