Hai, kita ketemu lagi!

2 0 0
                                    

"Kita ketemu lagi, jodoh kali ya?"
-Iqbal Iskandar Albaihaqi

















Iqbal benar-benar menemui Pradana Pramuka untuk mendaftarkan diri sebagai anggota Pramuka yang baru.

Tok tok tok

"Eh bal, masuk masuk.." ucap seorang laki-laki yang sedang duduk di ruangan bernuansa coklat muda ini.

"Thanks,"

"Ada apa? Lo jadi gabung?" Tanya laki-laki itu.

"Jadi," jawab Iqbal.

"Waw, ga nyangka gue.. si ketos yang dingin tak tersentuh tiba-tiba mau join Pramuka yang bakal sering interaksi sama anggota-anggota nya.. yakin lo bal?" Tanya laki-laki itu lagi yang tak lain adalah Refi si Pradana putra, yang di kenal dengan ketegasan dalam memimpin jangan lupakan jika Refi tak kalah tampannya dibandingkan Iqbal.

"Hm... Jadi kapan pelantikan pengurus baru?" Tanya Iqbal.

"Usai pelantikan pengurus baru OSIS." Jawab Refi.

"Oke, thanks.. gue cabut,"

"Oke, sama-sama."

Usai urusannya di ruangan Pramuka. Saat keluar, tanpa sengaja Iqbal menabrak perempuan. Tepat saat baru melewati pintu.

Bruk..

"Sssstt, awww.."

"Eh, sorry."

Iqbal membantu perempuan itu berdiri, dan saat mereka sudah berdiri. Tanpa diduga, tatapa mereka bertemu dan membeku selama beberapa saat.

Jantung Iqbal, berdetak kencang. Takut terdengar jelas, Iqbal melepas pegangannya dan memutus tatapan matanya dengan perempuan itu, yang tak lain adalah Sadni.

"Hai, kita bertemu lagi." Ujar Iqbal setelahnya.

"Lo lagi, kenapa si gue ga pernah damai kalo ketemu sama lo, lo ngapain di ruangan Pramuka?" Tanya Sadni to the point.

"Ngobrol sama Refi." Jawab Iqbal singkat.

"Oh," hanya itu dan Sadni berlalu masuk kedalam ruangan Pramuka itu.

"Cantik." Gumam Iqbal dan berlalu menuju kelasnya.

...

Usai urusan di ruangan Pramuka, Sadni berlalu menuju perpustakaan. Karna masih ada waktu 15 menit lagi jam istirahat.

Gadis yang akrab disapa Sadni itu, berlalu masuk kedalam perpustakaan dan mengambil buku yang kemarin belum selesai ia baca.

Sudah hal biasa bagi petugas perpustakaan melihat Sadni yang sangat fokus saat berhadapan dengan buku dengan suasa tenang dan sunyi seperti di perpustakaan.

Sadni, gadis itu sangat menyukai ketenangan. Di balik itu, banyak cerita yang ia sembunyikan dari dunia luar. Lahir dengan makan sudah menggunakan sendok emas, tak membuatnya benar-benar bahagia seperti yang di bayangkan orang-orang.

Banyak cerita yang ia pendam, baginya tidak perlu mempublikasikan hal pribadi. Biarlah orang-orang mengenalnya sebagai Sadni yang sekarang ini. Itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Sad, lo udah bikin tugas dari Bu Susi?" Tanya Dira.

"Yang mana?" Tanya Sadni yang masih belum mengingatnya.

"Itu, tugas yang di kasih minggu lalu." Ujar Dira lagi.

"Oh itu, udah." Jawab Sadni.

"Bagiiiiiiii, gue belum ngerjain Sad, ya ya ya bagi ya?" Pinta Dira memohon pada sang sahabat.

"Idih, masa anak juara umum minta tugas ke gue? Tumben lo?" Tanya Sadni heran, sebab temannya ini penyandang juara umum dua kali berturut-turut, bahkan sahabatnya ini tidak pernah mendapatkan juara 2 hingga kelas 11 ini.

"Buku gue ilang, tadi pagi ga ketemu. Jadi gue belum bikin." Ucap Dira lesu.

"Hm.. ini bikin cepet. 5 menit lagi bel bunyi." Ujar Sadni dan Dira langsung mengerjakan tugasnya dengan menyalin tugas Sadni.

5 menit berlalu.

Guru sudah masuk, dan mereka belajar dengan khidmat. Jangan heran, ini kelas 12 MIPA 1, yang isinya siswa kebanyakan siswa unggulan, bahkan siswa yang ikut dalam olimpiade hingga internasional pun ada dalam kelas ini.

Contohnya saja Dira dan Sadni. Jika Dira mengikuti olimpiade Matematika dan Fisika. Maka Sadni mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Yah yang namanya Sadni, ia lebih tertarik belajar bahasa, jika saja diizinkan. Maka Sadni akan mengambil jurusan Sastra. Jangan heran selain itu, Sadni juga Pramuka sejati. Bahkan Sadni mengikuti jambore internasional di Jepang sebagai perwakilan dari kontingen Indonesia.

2 jam pelajaran berlalu, sekarang tinggal 1 jam pelajaran lagi untuk jam istirahat kedua.

"Sad, temenin ke toilet dong. Kebelet nih." Ucap Dira. Dan sang empu hanya mengiyakan dengan raut malas.

Dengan langkah gontai, Sadni mengikuti Dira yang berlari kecil karna kebelet katanya.

Toilet yang letaknya di pojok di dekat tangga menuju lantai 3. Membuat Sadni malas ga ketulungan, karna jarak toilet dengan kelasnya cukup jauh. Berjarak 2 kelas dari kelasnya. Ya namanya juga Sadni, si ratu mager. Tentu saja jarak segitu dianggap jauh. Beda hal jika itu perpustakaan. Walau letaknya jauh di lantai satu. Sadni dengan semangat 45 akan menuju kesana demi buku-buku yang menunggu untuk dibacanya.

Dasar, benar-benar hantu buku, eh kutu buku maksudnya.

"Bal, itu bukannya cewek yang di pantai kemarin ya?" Ujar Niko yang duduk disebelah Iqbal.

"Hm.." dehem Iqbal.

"Cantiknya." Ucap Riko yang duduk didepan Iqbal sambil menatap Sadni dari luar.

"Aduh." Erang Riko, sebab kepalanya di pukul Iqbal dengan buku paket fisika yang tebal nya melebihi lempengan bumi.

"Apa si bal, sewot aja lo," ujar Riko.

"Eh, jangan-jangan lo suka ya sama tuh cewe? Ngaku lo!" Ujar Riko lagi dengan nada menggebu-gebu.

"Apa si lo!" Jawab Iqbal dengan nada sewot.

Kelas sedang jam kosong. Interaksi antar sahabat itu tak lepas dari, Aini. Si wakil ketua OSIS yang kebetulan sekelas dengan Iqbal.

Tatapan gadis itu terlihat sendu, melihat Iqbal yang tak hentinya menatap kearah luar, tepatnya menatap kearah Sadni yang sedang menunggu Dira dengan wajah bete.

"Aku ga pernah seperti ini sebelumnya, tapi jujur saat bertemu denganmu. Ada yang berbeda denganku. Semangat untukku terus hidup menjadi bertambah berkali lipat. Demi melihatmu dimasa depan, mungkinkan kita akan bersama di masa depan? Mungkinkah kita bisa bersama hingga akhir?" Ujar seseorang dengan tatapan sendu.




Hayo, kira-kira siapa yang bermonolog seperti itu ha-ha-ha...

Extricate Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ