17.

1.8K 145 5
                                    

Seorang laki-laki tampan tengah duduk di balkon condo memeluk kedua kakinya yang di tekuk menatap liar ke atas terlihat bintang yang tak terhitung jumlahnya. Kepalanya terasa berat dengan suara-suara bising terus merutuki kebodohannya.

"gw harus gimana sekarang." lirihnya sendirian.
"gw sadar cara gw salah."
"tapi gw gak bohong kalo gw gak mau kehilangan lo Nat."

Rasen mengalihkan pandangan ke benda pipih di atas meja, ia meraihnya mencari satu nomor yang telah lama di simpan namun tak pernah ia hubungi, menekan tombol panggilan.

"halo." ucap seseorang di balik sambungan telepon dan Rasen hanya diam.

"halo." ucap Nata sekali lagi.
"siapa ya?" Rasen tetap diam dengan pandangan kosong.
Sambungan telponnya dimatikan saat Rasen tak kunjung bicara. Dia merasa senang sekaligus sedih, senang dapat mendengar suara Nata kembali dan sedih karna Nata membencinya.
Dia beranjak dari duduknya menyambar jaket hitam dan kunci motor berniat menghilangkan pikirannya yang rumit.

~~

Rasen melajukan motornya dengan kecepatan tinggi seolah tengah menantang mautnya sendiri, kegilaannya dia curahkan ke jalanan menyelip di antara kendaraan besar seolah tak takut hal buruk akan terjadi.

~~~

"darimana lo?"
Markas sedang sepi hanya ada beberapa di luar sedang mengobrol, beberapa diruang tamu minum merayakan hari ujian terakhirnya, Prama Saka dan Louis yang berada di ruang tengah bermain PS.

"mau balap gak?" tanya Rasen tak berminat menjawab pertanyaan Prama.

"nggak deh." singkat Prama.
Rasen yang berniat pergi terhenti saat ujung jaketnya di tarik Prama.
Prama berdiri merangkul bahu Rasen mengajaknya ke kamar untuk bicara empat mata.

Setelah menutup pintu kedua sahabat tersebut menuju ranjang susun dengan Rasen duduk di lantai bersandar ke ranjang sedangkan Prama duduk di ranjang depan Rasen.

"gw tau lo lagi kecewa sama diri lo sendiri." ucap Prama membuka suara.
"sampe lo cari pelampiasan buat hukum ketololan lo sendiri." Prama sedikit menekan kata "tolol."

"rokok udah, minum udah, ribut sampe tonjok-tonjokan sama anak buah sendiri juga udah."
"dan lo mau nantang maut sekarang Sen?" ucap Prama sedikit emosi namun juga khawatir.

"gw gak tau harus gimana Pram."

"ya kejar anjing kalo lo masih mau dia."
"jangan gimana gimana doang." Prama sedikit emosi.

"sumpah Sen kalo lo bukan temen gw pingin gw tonjok dari kemarin."
"gw kesel sama kelakuan lo tapi gw juga kasian."
"gw tau lo cari pelampiasan karna sikap orangtua lo."
"tap__"

"gw gak cari pelampiasan Pram." sela Rasen.
"gw suka Nata udah lama."
"dari kelas satu malahan." Rasen menunduk.
"tapi pas gw tau dia suka sama mantan Gia, gw minder."

"haa??!!"
"bentar-bentar."

"lo suka Nata dari kelas satu?" Rasen mengangkat kepalanya mengangguk.

"ntar dulu gw lemes." ucap Prama tak menyangka fakta yang baru saja di ungkapkan sahabatnya.

"sejak kapan Sen?"

"lo inget kelas satu pas balik janjian ke kantin luar sekolah?"
"yang gw telat dateng pas rayain ultah Saka?" Prama mencoba mengingat lalu mengangguk.

"gw sebelumnya ketemu dia waktu pulang."
"pacar lo jalan disamping Nata tapi berenti buat benerin tali sepatu dan Nata tetep jalan gak sadar kalo temennya ketinggalan."
"waktu itu gw pas di belakang dia."
"dia nyerocos aja, ngomongin bunda nya cerewet ini itu."
Rasen berhenti lalu tersenyum mengingat awal pertemuannya dengan Nata dan Prama hanya diam mendengarkan cerita sahabatnya.

FLASHBACK ON

Bel pulang baru saja berbunyi dan semua murid berhamburan untuk keluar kelas bergegas menuju rumah masing-masing.

"duluan aja gw mau ke toilet." ucap Rasen dibalas anggukan oleh Prama.
Dia menuju toilet dan saat keluar, di koridor sudah lumayan sepi hanya tersisa beberapa anak saja.
Dia berjalan santai menutup kepalanya dengan penutup hoodie nya, menggunakan masker dan sedikit menunduk.
Seseorang tiba-tiba berhenti berjongkok membenarkan tali sepatu membuat Rasen melirik singkat lalu melanjutkan jalannya.

Di sepanjang jalan orang di depannya terus berbicara sendirian membuat Rasen mengangkat sedikit kepalanya memandang kedepan.

"ni anak gak sadar apa ya temennya ketinggalan." batin Rasen dengan ujung bibir terangkat sedikit di balik maskernya.
Dia mempercepat langkahnya berniat mendahului orang di depan namun saat jaraknya begitu dekat tangannya di cekal membuatnya mendongak.

"Es kriiiiiiim!!!!!" teriak orang di depan Rasen, menariknya mengajak Rasen berlari dan bodohnya Rasen mengikutinya.

"rasa coklat pak."
"tolong bukain sekalian ya." ucapnya santai, menerima sepotong es cream lalu memakannya.
Dia merogoh saku celananya namun tak berselang lama dia terlihat panik saat tak menemukan uang sepeserpun.

"minta duit Phu." ucapnya mengulurkan tangan ke belakang tanpa menoleh dan Rasen memberikan selembar uang.

"makasih Phuuuu." Nata membalikkan badan dengan cengiran lebarnya dan seketika cengirannya hilang di ganti wajah cengo saat melihat Rasen lah yang berada di belakangnya dan bukan Phuwin.

"Nat buset malah ninggal." ucap Phuwin yang berhasil menyusul.

Rasen berbalik arah meninggalkan Nata.

"kembaliannyaaa!!" teriak Nata dan Rasen yang mulai menjauh mengangkat satu tangannya.
Dia berjalan kembali masuk ke sekolah menuju parkiran untuk mengambil motornya.

"ada gitu ya orang ceroboh kayak dia." Rasen terkekeh merasa tertarik dengan Nata.

FLASHBACK OFF.

"semenjak itu entah kenapa gw suka merhatiin dia diem-diem dari jauh."
"gw pingin deketin dia tapi lo tau sendiri kan kelas gw sama Nata udah beda dan itu yang jadi penghalang."

"waktu beberapa kali gw merhatiin dia, gw liat gelagat dia tiap interaksi sama Dew itu beda dan gw notice banget kalo Nata ini suka sama Dewa." Rasen menjeda ucapannya menghembuskan nafas pelan.

"jujur aja gw minder Pram pas tau selera Nata kayak Dewa yang rajin, rapi, ketua osis, pokoknya beda banget lah sama gw."
"dan gw mutusin nyerah."

"jangan bilang lo jadian sama Gia karna Dewa mantannya Gia."
"jadi lo kesel trus macarin mantannya?" selidik Prama.

"nggak."
"gw sama Gia emang tertarik Pram."
"setelah gw mutusin nyerah gw berenti kepoin Nata, dan gw kenal sama Gia."
"awalnya gw gak tau kalo Gia mantan Dewa."
"gw nyoba move on dari Nata lewat Gia dan pas gw mulai tertarik, Gia malah mutusin gw dan bilang kalo dia masih suka sama mantannya dan itu si Dewa, orang yang disuka Nata." Prama mulai paham alur cinta sahabatnya tersebut.

"awalnya gw kecewa Pram, sakit hati sama Gia tapi gw masih suka sama dia."
"dan sekarang gak tau takdir baik dari mana gw bisa satu kelas sama Nata."
"dan itu yang bikin gw bimbang."
"di satu sisi gw ngerasa kalo gw masih suka sama Gia tapi di sisi lain perasaan tertarik ke Nata gak bisa ilang apalagi sekarang malah sekelas."

"sampe akhirnya gw sadar waktu lo ngomong gw cuma obsesi ke Gia."
"gw sadar ke Gia cuma karna ego dan obsesi sedangkan ke Nata, gw beneran suka sama dia."
"dan gw akuin cara gw salah Pram."
"tapi gw bingung harus gimana sekarang, Nata udah benci gw."
"apalagi kemarin gw tiba-tiba nyium dia, pasti dia makin benci." Rasen menunduk menyugar rambutnya menumpukan siku pada kedua kakinya yang di tekuk.

"gw gak bisa ngomong Sen."
"gw syok." ucap Prama melongo tak percaya Rasen melakukan itu.

"mending lo samperin dah besok."
"jamkos juga kan?"
"lo omongin baik-baik jangan asal nyosor aja." ucap Prama memberi saran.

"oke deh gw coba besok."
Mereka berdua beranjak keluar kamar kembali bergabung dengan anggota yang lain.













TROUBLEMAKERS || JOYLADAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن