@minjia_jia

231 42 15
                                    

Wanita yang biasa dipanggil Miss Haarin itu termangu-mangu melihat secara diam-diam pada pemuda yang duduk di meja makan memakan puding yang disajikannya.

Sejak kemarin tingkah anak tirinya tersebut membuatnya heran karena dia merasa bahwa pemuda sering membuntutinya diam-diam.

Bukan membuntutinya kemana-mana namun di dalam rumah. Saat ia merangkai bunga di ruang tengah maka ia akan duduk di ruang tengah, saat merawat bunga di halaman maka pemuda itu akan duduk di gazebo yang dekat dengan dirinya.

Dan sesaat tadi pemuda itu duduk di meja makan saat dirinya iseng membuat puding yang bisa dijadikan makanan penutup.

Miss Haarin melihat pemuda itu tampak kurang sehat, wajahnya pucat dan geraknya lamban. Duduk termangu memandangi keluar  jendela dapur. Seperti anak kecil yang kebingungan.

"Jinnie, mau puding ??"

Pemuda itu tersentak dengan kehadiran Miss Haarin yang tak disadarinya. Dan langsung mengangguk. Maka ibu tirinya tersebut ambilkan dirinya sepiring kecil puding.

"Apa kau juga mau minum susu ?? Wajahmu pucat"

Miss Haarin merasa ingin sekali membelai pipi pucat anak tirinya tersebut karena dia tampak selalu kesepian . Wanita itu sama sekali lupa bagaimana kasarnya pemuda itu padanya pada awal-awal ia hadir dirumah itu.

Setelah hidangkan segelas susu segar, Miss Haarin beranikan diri duduk disebelahnya.

"Apa kau tak pernah ke tempat Joonie bekerja ?? mainlah kesana sesekali" ujarnya yang membuat Jin terkejut seketika.

"Nama club' nya The Green Light di Hongdae. Itu milik temannya jadi aman, mainlah dan awasi dia kalau macam-macam tarik telinganya" lanjutnya.

Miss Haarin tertawa saat mengatakan hal itu, entah mengapa bayangan putra pertamanya kini punya kakak membuatnya senang. Karena selama ini begitu banyak beban dipikulnya dan kini ia punya kakak laki-laki yang bisa diajaknya berbagi.

"Iya" Jin tampak mengangguk dengan canggung.

"Jinnie, kalau ada sesuatu yang ingin kau ceritakan denganku maka ceritakan. Aku tak menuntutmu untuk mengakui aku sebagai ibu sambung mu, Joonie juga memanggil papa dengan tuan Beom jadi tidak apa-apa kau boleh memanggilku Miss Haarin. Tapi jika ada yang ingin kau ceritakan padaku, apapun itu, ingat apapun kau boleh ceritakan padaku. Aku sudah terbiasa mendengar cerita absurd Kookie jadi tak akan kaget dengan cerita apapun, okay ??"

"Iya" jawabnya lagi sambil mengangguk.

"Apa kau sakit sayang ?? Mau dipanggilkan dokter ??"

"Ah tidak-tidak, terimakasih, aku...aku tidak apa-apa !!" jawabnya dengan cepat.

"Wajahmu pucat dan sudah tiga hari tidak kemana-mana, kau juga tak kuliah"

"Tidak, aku tidak apa-apa, hanya saja...."

Miss Haarin senang sekali dengan kalimat yang mulai panjang ini, sebagai mantan guru dia terbiasa menghadapi anak-anak bermasalah di sekolah. Dan dia merasa bahwa anak tirinya ini mulai mempercayainya.

"Kau tidak ribut dengan salah satu adikmu kan ??"

"Tidak !!"

Oh dia sudah mulai mengakui punya dua adik

"Ah syukurlah kalau begitu, atau kau terganggu dengan Jungkookie yang sangat aktif dirumah ini ??"

"Tidak !! Tentu saja tidak"

Penegasan 'tentu saja tidak' itu membuat Miss Haarin bertambah senang karena artinya dia sudah mengakui keberadaan dua putranya yang kini menjadi dua saudara tirinya. Dan tatapan matanya yang polos seolah ingin mengatakan sesuatu membuat Miss Haarin terenyuh.

"Ada apa sayang ?? Kau ingin mengatakan sesuatu pada mama ??!"

Lagi-lagi Jin hanya memandangi Miss Haarin lagi dengan nanar seperti orang yang kebingungan.

Sebagai seorang ibu, Miss Haarin tahu bahwa tatapan Jin menyiratkan sesuatu. Bahwa sedang terjadi sesuatu yang tak bisa diceritakannya meski dia sangat ingin.

Maka tanpa menunggu, Miss Haarin berdiri lalu memeluk Jin tanpa keraguan sedikitpun. Dan benar dugaannya bahwa sedang terjadi sesuatu karena Jin dalam pelukannya secara mengejutkan tak berontak sedikitpun.

Pemuda itu diam saja, pun ketika Miss Haarin membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Mama disini jika kau ingin cerita, kapanpun, papa atau siapapun juga tak perlu tahu. Mulut mama terkunci"

Bisiknya dengan halus dan saat wanita itu melepaskan pelukannya, ia melihat mata pemuda itu basah dan turun pada pipinya yang tirus dan pucat.

"Hei kau kenapa nak ?? apa papa melakukan sesuatu yang menyakitimu ?? Katakan padaku sekarang" Miss Haarin sangat terkejut melihat bagaiman mata yang biasanya melihatnya dengan kebencian tiba-tiba mendongak padanya dengan ekspresi sangat sedih.

Miss Haarin membelai rambut Jin sambil duduk disebelahnya, ingin kembali memeluknya tapi takut terlihat berlebihan dan membuat anak tirinya tersebut menjauh lagi.

"Joonie, kau butuh ngobrol dengan Joonie, dia pendengar yang baik dan dia bisa berikan pendapat yang bijaksana. Meski dia masih muda tapi pemikirannya dewasa sayang. Bagiamana kalau aku suruh dia pulang dulu ??"

"Ah tidak-tidak, terimakasih Miss Haarin, saya baik-baik saja. Saya ke kamar dulu"

Dengan membawa puding dan susu di gelasnya, Jin buru-buru naik kembali ke kamarnya. Miss Haarin memandangi anak tirinya tersebut dengan prihatin dan berpikir hendak menanyakan pada putranya Namjoon. Karena mereka pernah berkonflik, siapa tahu ini karena masalah yang sama.

Namun setelah dua kali dial tetap tak bisa, ponsel Namjoon rupanya mati. Dan last seen adalah tiga hari yang lalu.

***

Jin duduk termangu di kamarnya, meyakinkan diri bahwa ia sudah dewasa. Apapun pernah dilakukannya adalah sepenuhnya tanggung jawabnya sendiri dan tak boleh melimpahkan kesalahan pada orang lain karena ia juga terlibat didalamnya.

Dan yang terpenting dari semua itu manusia boleh melakukan kesalahan karena ia manusia biasa.

"Sudah ke dokter ??"

Hanya itu pertanyaannya, lalu menghilang berhari-hari.

Sampai kemudian tadi malam Jin menemukan satu postingan dari @minjia_jia yang men tag pemuda itu. Sebuah foto yang hanya menampakkan Namjoon memakai celana pendek tanpa atasan, berdiri menghadap pantai dan memunggungi kamera dengan papan surfing dijepit diketiaknya.

                                             *****

Step Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang