chapter 34

3.2K 403 32
                                    

"Kenapa tiba-tiba hiatus? Sakitnya parah ya, Njun? Gue ke sana ya?" Yangyang langsung menghubungi Renjun setelah selesai dengan semua laporan keuangan bulan ini, dia akan presentasi di depan Papanya.

Tadi sewaktu asyik bersantai sejenak, ada lima panggilan tak terjawab dari Jaemin, juga beberapa pesan yang sampai saat ini belum Yangyang baca. Penyebabnya karena pop up notifikasi dari aplikasi burung biru soal Renjun yang hiatus mengalihkan atensi Yangyang. Tanpa ba-bi-bu dia langsung menghubungi Renjun. Butuh waktu tiga puluh menit lamanya sampai seluruh panggilan diangkat dan pesan yang ia kirim dibaca.

Tapi, sekarang hanya hening, cerocosan Yangyang seperti tidak terdengar dari seberang sana. Pastinya Yangyang jadi makin khawatir dengan keadaan Renjun.

"Njun?"

"Halo?" Yangyang masih mencoba berusaha. Tapi, hanya deru napas dan seperti terisak yang dia dengar.

"Njun? Lo gak papa?"

Yangyang bisa mendengar suara napas yang diatur, seperti yang tadi susah dan tersengal-sengal mulai teratur. Lalu suara Renjun terdengar setelah sepuluh menit hanya diam.

"Sakitnya parah, Yang, kaya ditusuk ribuan jarum."

Serak dan berat.

Yangyang makin khawatir karena Renjun setaunya tidak pernah mengelu sekalipun kakinya terkena pecahan kaca atau saat demam tinggi.

"Gue ke sana ya?"

"Ke sini dan jelasin semuanya, ya?"

Keningnya Yangyang berkerut. Maksudnya apa?

"Apa, Njun?"

"Kenapa masih pura-pura bodoh? Seneng ya kamu liat aku kaya orang bodoh? Aku tau niat kamu baik tapi kamu salah dengan nyembunyiin soal kamu sama Jeno, Yang."

Ponsel Yangyang terjatuh tepat setelah Renjun dengan suara yang mulai tidak jelas karena menangis itu menyelesaikan kalimatnya. Panggilan itu dari awal memang dalam kondisi diloudspeaker, dari sini pun Yangyang bisa dengar jelas tangisan Renjun.

"Tau gak kamu gimana rasanya dibohongi kaya gini sama orang-orang yang kamu anggep bisa kamu percaya? Yangyang, dari awal kalau kamu bilang Jeno itu orang yang selalu kamu ceritain sambil senyum semringah mungkin aku bakal lupain dia, mungkin nggak akan ada aku cinta sama dia kaya gini. Kalau dari awal kalian komunikasiin ini sama aku mungkin aku bakal minta maaf sambil sujud sama kamu karena udah tidur sama calon suamimu!"

"Karirku yang kamu lindungin itu gak seberapa sama akibat dari semua kebohongan ini kalo kamu tau. Aku lebih baik kehilangan reputasi dan karir daripada kehilangan kepercayaan ke kalian semua."

"Aku nggak butuh para penggemar itu, Yang, aku nggak butuh. Aku cuma butuh kamu, sahabat aku!"

"Jeno gak pernah cinta sama gue dari awal, Njun."

Yangyang terprovokasi dengan semua dialog Renjun. Dia lakukan semua demi karir Renjun, tapi lelaki itu berpikir karirnya tidak penting. Renjun tidak tau betapa sakitnya hati Yangyang pada malam di mana kabar itu beredar, ketika dia tau fakta bahwa seseorang yang harusnya duduk bersamanya di pelaminan malah menghabiskan malam dengan sahabatnya sendiri. Renjun tidak tau bagaimana terlukanya hati Yangyang saat sadar bahwa Jeno tidak pernah sekalipun melirik dirinya lebih dari teman.

"Dia cuma suka sama lo dari awal. Dia gak pernah lirik gue jadi orang yang pantes dia nikahi. Kalo pun hari itu gue nggak nyuruh dia buat sembunyiin hubungan kami, dia bakal tetep milih lo, Njun."

Yangyang menarik napas, buliran air mata membuat pandangannya memburam. "Lo nggak pernah tau gimana sakitnya liat lo sama Jeno cium—"

"Aku tau!"

"Aku juga sakit liat kamu sama Jeno ciuman! Kamu pikir aku nggak tau? Dan kamu pikir aku tau Jeno sebelum malam itu? Nggak! Sekalipun dia suka aku sejak pertama kali, kalo kamu memang diatur sama dia, Yang, aku bisa apa?"

Yangyang terkesiap. Dia terkejut mendengar Renjun mengatakan sakit melihatnya berciuman dengan Jeno? Apa Renjun melihat mereka berciuman di basement waktu itu?

"Yang, sebelum ini aku pikir aku punya kamu jadi sahabat aku selamanya. Tapi, melihat kamu yang kaya gini, menempatkan aku seolah aku orang jahat padahal aku bahkan nggak tau kamu sama Jeno saling kenal. Sekarang aku tau, aku udah nggak punya siapa-siapa lagi."

tut.

Panggilan diputus dari seberang. Yangyang sadar kata-katanya terkesan menyalahkan Renjun karena Jeno tidak mencintainya. Padahal sebelum hari itu pun Jeno tidak menaruh perasaan pada dirinya.

Seolah mendapatkan kesadarannya kembali, dengan cepat Yangyang meraih ponsel yang tergeletak di atas kasur, menelpon kembali Renjun. Seharusnya bukan kalimat seperti itu yang dia ucapkan, harusnya dia mengatakan maaf, bukan malah menjelaskan soal rasa sakitnya tidak mendapatkan balasan cinta dari orang yang dia cintai.

Yangyang mendesah kesal saat semua panggilan dan pesannya tidak terkirim. Renjun memblokir nomor ponselnya.

Tidak ada cara lain, dia harus mendatangin kediaman Renjun.

***

Bukan pilihan tepat dengan datang ke rumah Renjun saat berita soal dia yang hiatus masih hangat diperbincangkan. Bukannya mendapati Renjun, Yangyang justru berhadapan dengan puluhan wartawan yang memenuhi jalan masuk menuju komplek keluarga Huang. Tadi Yangyang sudah mencoba masuk ke apartment Renjun, tapi pihak keamanan bilang untuk sementara waktu Huang Renjun tidak tinggal di apartmentnya.

Frustasi Yangyang meremas stir kemudinya. Dia benar-benar tidak tau lagi harus meminta bantuan siapa agar bisa bertemu Renjun. Apalagi tadi Yangyang sudah membaca serentetan pesan dari Jaemin bahwa Renjun sudah tau semuanya, kalo saja tadi Yangyang membaca pesan Jaemin lebih dulu dibanding menghubungi Renjun, mungkin semua kalimat bodoh tadi tidak akan keluar dari mulutnya.

Dipesan itu Jaemin juga bilang bahwa Jeno juga diblokir oleh Renjun, nomor manager Renjun pun sudah tidak bisa dihubungi Jeno lagi. Putra satu-satunya Huang itu seolah benar-benar ingin menghilang dari kehidupan orang-orang yang jadi penyebab patah hati terbesarnya.

Yangyang menggeram, ia kesal dengan dirinya sendiri. Tapi, rasanya tidak mungkin menemui Renjun dengan banyaknya wartawan yang mengintai setiap pergerakan orang atau siapapun yang kenal dengan putra keluarga Huang. Bahkan Jeno saja dilarang oleh Jaemin untuk berkeliaran di tempat umum karena takut akan membuat para media dan penggemar berspekulasi aneh soal ia juga Renjun.

Ponsel Yangyang berbunyi, nama Jaemin kembali muncul dilayar.

"Apa?"

"Ke apart gua sekarang, kita pikirin soal gimana cara nemuin Renjun bareng."

"Jaem, Jeno di sana nggak?"

"Iya. Dia udah kaya orang gila."

Setelah mengatakan bahwa dia akan segera ke sana, Yangyang langsung mematikan panggilan sepihak. Dia harus bertanya pada Jeno dari mana Renjun bisa tau soal kejadian ciuman di basement waktu itu. Jika, Renjun tau atau memergoki mereka, harusnya lelaki itu sudah membongkar semuanya di hari yang sama. Atau bisa juga Renjun sengaja mengumpulkan bukti soal kecurigaannya?

[]

tbc

Scandal | ft. NorenWhere stories live. Discover now