28

679 66 8
                                    

Suara aneh penuh gairah memenuhi ruangan bernuansa abu itu. Waktu seakan berhenti menunggu sampai kapan sepasang insan yang menyandang status suami istri ini akan berhenti dengan kegiatan panas mereka.

"Shem hentikan!!" Kesal Shona sambil memukuli punggung suaminya. Shem hanya berdehem singkat dengan lirikan tajamnya.

"Ohh astagaa itu geli ahhh"

"Nikmati saja"

Shona tak menjawab. Matanya terpejam erat dengan alis yang mengkerut dan keringat tipis didahinya. Shona terheran, dia sudah merasa sangat lelah tapi Shem tampak masi sangat baik-baik saja dengan kekuatan yang penuh terus mengguncang tubuhnya.

"Shemhh"

"Ini bukan yang pertama kali.. tubuhmu masi terasa sama sayang"

Shona trus mendesah pasrah dibawahnya dan Shem tampak setia mengamati stiap inci tubuh istrinya itu.

"Apa kita harus seperti ini stiap saat?"

"Bajingan ini! Aku tidak sanggup"

"Aku tidak suka kau berkata kasar tapi entah kenapa saat ini itu terdengar indah"

"Menjijikan!"

"Setidaknya aku yang menjijikan ini sudah menjadi suamimu" smirk kecil muncul di wajah yang tadinya datar itu.

Shona menggigit bibir bawahnya saat merasakan sesuatu yang luar biasa. Titiknya   terasa dihantam kuat oleh Shem hingga membuatnya merasa pening dan tak terkendali.

Tidak ada yang bersuara lagi. Shem gencar dengan kegiatannya dan Shona mendesah menikmatinya. Sesekali Shem mengecup bibir sang istri lalu bermain nakal dengan gundukan milik Shona sehingga membuat Shona merasa benar-benar dimanjakan dengan kenikmatan yang tidak pernah membosankan.

×××

Shona berjejalan dengan tertatih menuju kamar mandi. Shem sedang pergi kekantor dan dia hanya seorang diri sekarang dirumah luasnya ini. Shona memang belum berniat mencari maid untuk membantunya karena sungguh mereka masih bisa melakukan segalanya sendiri.

Lima belas menit berlalu akhirnya Shona keluar dari sana. Wanita itu tampak menghela nafas lalu termenung dengan wajah lesunya. Shem melarangnya untuk bekerja dan sekarang dia terasa akan mati karena kebosanan.

Shona kembali melangkah menuju tempat tidurnya lalu membaringkan diri disana dan kembali melilit dirinya dengan selimut tebal. Ya dia sedang demam saat ini. Sudah dua hari berlalu tapi demamnya tidak juga reda. Memang tidak ada yang bisa dilakukannya selain berbaring saja tapi setidaknya Shem juga mau menemaninya bukan?

"Memang semua pria sama saja. Istrinya sedang sakit dan dia sibuk dengan pekerjaannya"

Shona kembali menghela nafas lalu mencoba memejamkan matanya. Berharap dengan tidur lebih banyak maka demamnya akan segera hilang.

"Sayang"

panggilan itu membuat Shona kembali membuka matanya dengan cepat. Shem datang lebih awal membuat Shona sedikit terkejut, apalagi melihat sang suami membawa banyak tentengan yang Shona pun tak tau apa isinya.

"Aku pikir kau tidak akan peduli padaku" celetuk sebal Shona

"Sayangnya kau istiku jadi aku harus peduli" jawab Shem

"Owh begitu! Baiklah terimakasih atas formalitasnya suamiku!"

Shem terkekeh pelan melihat wajah kesal Shona. Pria itu pun melangkah menuju Shona kemudian mengambil duduk disebelahnya.

"Bolehkah aku serius sekarang?" Tanya Shem lembut membuat Shona menoleh dengan dramatis.

"Memangnya kapan kau bercanda?"

Shem menggeleng pelan lalu memberi kecupan singkat dibibir pink yang sedikit pucat milik Shona.

"Bagaimana keadaanmu? Jika masih sama aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga" katanya serius

"Sepertinya aku akan tiada Shem" jawab Shona sambil meraba-raba wajahnya dramatis.

"Sayang aku tidak bercanda. Jawab dengan jujur"

"Aku baik-baik saja" jawabnya malas

"Bagaimana dengan makanannya? Kenapa kau tidak memakannya?" Tanya Shem sambil melirik makanan yang berada dinakas.

"Makanan itu tidak menarik Shem, aku tidak beminat sedikitpun"

"Apa itu lebih penting dari pada rasa lapar dan kesehatan?"

"Tentu saja. Jika makanannya membuatku tertarik maka aku akan makan dengan lahap dan kenyang, dan jika aku sudah makan maka aku pasti akan lebih baik bukan?.. sebenarnya pada intinya ini bukan tentang makanan Shem tapi ini tentang kebutuhan"

"Apa yang kau butuhkan?"

"Kau. Kau ada disini dan menemaniku saja sudah membuatku merasa senang. Moodku akan membaik dan aku pasti akan makan Shem"

"Baiklah sekarang kau harus makan, aku akan menyuapi mu" Shem bangkit lalu mengambil makanan baru yang dibelinya saat menuju pulang tadi. Dengan telaten pria itu membuka bungkus makanannya dan Shona menatapnya dengan penuh hangat. Sungguh memang ini yang dia inginkan.

"Buka mulutmu" suruh Shem yang siap menyuapi Shona. Shona pun menurut lalu menerima suapan dari Shem. Wanita itu terdiam sambil mengunyah makannya dengan paksa.

Shem mengamati dengan baik sambil menghitung dalam hati apa yang sudah menjadi dugaannya. Dan yaa! Makanan itu dimuntahkan begitu saja membuat Shona menatap dengan rasa bersalah dan mata yang berair.

"Tidak papa. Aku tau ini pasti terjadi mengingat dua hari ini kau selalu seperti ini"

"Maafkan aku tapi aku sudah mencoba menahannya"

"Aku akan membersihkannya lalu kita akan pergi kerumah sakit"

"Tapi aku baik-baik saja"

"Aku tidak menerima penolakan Shona. Kau tidak makan dengan benar dan kondisimu masih lemah"

"Baiklah-baiklah"

Begitulah mereka selama berumah tangga. Sama-sama keras kepala tapi pada akhirnya salah satu pasti akan mengalah. Sudah 5 bulan mereka hidup dengan status suami istri dan itu artinya selama 5 bulan juga mereka hidup dengan baik walaupun tetap saja mereka sering bertengkar seperti sebelumnya. Seiring berjalannya waktu semakin terasa perubahannya, bukannya semakin jauh mereka tentu semakin dekat. Mereka beruntung memiliki satu sama lain dengan banyak penyebab perselisihan tapi mereka mengatasinya dengan perlahan.

×××

"Oh astaga apa itu mungkin? Bukankah terlalu cepat?" Cerewet Shem yang bertanya berkali-kali.

"Ini yang terjadi, bukankah harusnya anda bertanya pada diri sendiri tuan?"

"Lalu bagaimana? Saya tidak tau"

"Saya tau tapi saya tidak mengerti dengan anda tuan Shem"

"Mungkin anda yang salah" kekeuh Shem. Shona yang dari tadi hanya diam pun merasa geram dengan perdebatan yang tidak berguna itu.

"Dokter sepertinya kami harus permisi, terimakasih" Shona bangkit lalu menarik Shem juga untuk mengikutinya.

"Sayang ada apa? Aku belum selesai bicara dengan dokter itu"

"Kenapa kau cerewet sekali Shem? Aku lelah" katanya dengan suara yang mulai gemetar.

Shem tidak mengerti dan semakin bingung harus bagaimana. Otaknya benar-benar terasa buntu saat ini.

"Maafkan aku, ayo pulang" ajak Shem diakhir.




TBC.







jerk and diamonds🔞| sungsun/sunsunWhere stories live. Discover now