another day another hazel.

624 88 9
                                    

"I'll be far awaaayyy!!" Hazel bersenandung ria sambil menyuci motornya. Tebak apa yang akan dilakukan Hazel hari ini?

Yup, malam minggu enaknya ikut balapan.

Awalnya ia menolak ajakan Farel, teman seangkatannya. Tapi kalo dipikir-pikir, Bian akan keluar kota hari ini bahkan Bian sudah berangkat pagi-pagi sekali.

Jadi apa salahnya ditolak kan?

"Kamu yakin, Zel?" Tanya Mae.

"Yakin, Mae. Tenang aja, toh gue bareng Tian." Tian yang duduk santai di teras rumahnya hanya memberikan jempol.

Hazel memang tak kesana sendiri, ia akan pergi bersama Tian —sahabatnya selain Mae.

"Kalo gitu aku ikut."

"BIG NO." Hazel dan Tian menjawab bersamaan. Mana mungkin mereka akan membiarkan orang selucu Mae ada di tempat seperti itu.

"Yah." :(

"Gak ya Mae. Orang-orang disana pada liar. Gue gak mau lo terkontaminasi." Ucap Hazel.

"Tapi kalian juga liar."

"Tapi setidaknya Hazel boti. Jadi lo ga bakal diapa-apain."

"Gue mulu setan! Masa iya dari book sebelah gue dikatain terus sih?!"

"Ya kenyataan kan kalo lo boti."

"Nih." Tian menyerngit. "Paan?"

"Kaca biar lo sekalian ngaca."

"Tuh kan beneran boti. Ngapain coba megang kaca kecil kek cewek begini."

"Kampret."

.
.
.

Sekarang mereka benar-benar berdiri ditengah-tengah lautan manusia yang memang niatnya mau menyaksikan balapan kali ini.

"Yo, Alfi."

Hazel berbalik, kemudian ber-tos ria dengan Farel.

"Dah lama gak kesini."

"Gue aja bingung, kok bisa lo tahan buat ga ikut balapan berbulan-bulan."

Hazel mengulum bibir, Farel tak tahu saja kalau Bian benar-benar mengawasinya akhir-akhir ini.

Tak masalah kalau Bian mengetahui aktivitasnya yang lain, asal tidak dengan balapan. Bisa-bisa motor kesayangannya disita.

"Hiatus dulu lah."

Keduanya tertawa, kemudian beralih menatap ke arah Tian dan lawannya yang akan memulai balapan.

"Temen lo kan? Si Tian." Hazel mengangguk.

"Boleh kali—"

"Pawangnya galak. Anggara." Farel spontan diam.

"Keknya gue siap-siap dulu deh Rel, kan abis ini giliran gue."

.
.
.

Deruman kedua motor yang bersahut-sahutan membuat banyak pasang mata beralih kearah mereka. Itu Hazel dan Bima yang merupakan lawannya kali ini.

Orang-orang yang menonton terpecah menjadi dua kubu, ada yang meneriakkan nama Hazel dan ada juga yang meneriakkan nama Bima.

Hitung mundur dimulai

3..

2..

1..

GO!

Setelah bendera yang dipegang wanita itu jatuh, kedua motor itu melaju kencang meninggalkan teriakan supporter yang bersahut-sahutan.

Hazel menambah kecepatan motornya dengan santai, ia berbelok dengan gesit sambil menatal tajam ke arah motornyang melaju didepannya.

Hazel tersenyum sinis, ia sengaja membuat Bima melaju lebih dulu untuk kemenangan sementara. Setalah bima merasa terlena, barulah ia bergerak

"Gotcha!"

Bima memelankan laju motornya dan tak menyadari bahwa Hazel ada dibelakangnya. Inilah yang Hazel tunggu, menyalip motor Bima dan melaju dengan kencang hingga ia keluar sebagai pemenang.

Hazel turun dari motornya dengan senyum angkuh, menatal Bima yang terlihat jelas menahan kekesalannya.

"Jago juga lo mainnya." Hazel menyerngit.

"Kalo main sama gue, jago ga ya?" Lanjutnya.

"BANGSAT!"

.
.
.

Setelah puas memukuli Bima, Hazel memilih untuk pulang. Dia tidak dalam mood yang bagus untuk lanjut pergi ke club langganannya.

Pelecehan secara verbal dari Bima benar-benar merusak suasana hatinya.

Hazel menyerngit, kenapa lampu ruang tengahnya terbuka? Apa dia lupa mematikannya?

Atau....

"Dari mana kamu?"

Suara berat Bian menghentikan pergerakannya.

"Hah? Gue gak halu kan?"

"Kamu gak halu, Hazel."

"Tapi kan katanya lo—"

"Saya memang keluar kota, tapi saya gak bilang kalo saya gak pulang kan?"

Hazel terdiam sekaligus kaget. Bagaimana bisa ada orang yang langsung pulang keluar kota? Dia nyetir dua jam saja bisa mabuk setengah hari.

"Saya sampe dari jam sebelas dan rumah ini kosong. Sekarang sudah jam tiga pagi dan kamu baru pulang?" Hazel mengulum bibirnya, gugup.

"Abis dari mana kamu?"

"Eh... anu.. dari rumah M—"

"Don't lie, Hazel. Jangan bawa-bawa nama Mae."

Matilah sudah.

"Tunggu, jaket kamu.."

Hazel mengutuk dirinya karena lupa melepas jaket yang ia gunakan saat balapan.

"Kamu balapan lagi?"

Okay, Hazel pasrah.

to be continue

kelakuan Hazel ga berhenti sampai sini ya.

[3] Mr. Workaholic and his Fiancé | BinHaoWhere stories live. Discover now