TST 19| Berakhir di sini?

29 4 0
                                    

Haiii

Apa kabar?

Maaf upnya lama banget ಥ‿ಥ

Happy Reading!


"Nggak ada yang baik-baik aja ketika orang yang lo sayang justru jahat sama lo," -Laut

ʕ≧ᴥ≦ʔ

Detikkan jarum jam terus berputar, pemuda dengan luka disekujur tubuhnya masih terbaring lemah di atas tanah. Pun bibirnya pucat pasi membuat Laut seperti orang mati.

Sedangkan di luar ruangan kecil tersebut, dua orang laki-laki tengah mengunci pintu dari luar dengan maksud agar Laut tidak bisa seenaknya keluar dari kamar. Tidak hanya itu, jendela yang biasa digunakan untuk keluar masuk kamar pun, di tutup rapat-rapat.

"Pa," panggil Aldan pada Darmono.

Darmono mengalihkan fokus pada anak sulungnya. "Kenapa Dan?" laki-laki dewasa itu memicingkan matanya.

"Dia nggak mati, kan, Pa?"

"Mau mati atau nggak, itu bukan urusan kita Dan. Toh kalo dia mati juga nggak ada pengaruhnya sama kehidupan kita," balas Darmono santai.

Aldan mengangguk, "iya juga sih, Pa. Syukur deh kalo anak sampah itu mati,"

Sementara itu sayup-sayup suara Aldan dan Darmono berhasil menusuk gendang telinga Laut. Yang lagi dan lagi berhasil membuat hati pemuda itu remuk.

"Ambil saja aku, Tuhan,"

•••

"Nara, ayo pulang," ajak Bi Rahmi.

Nara, perempuan yang terduduk di kursi roda itu menoleh pada sumber suara, lalu menggeleng pelan. "Nunggu Laut Bi," lirihnya.

Bi Rahmi menghela napas panjang, "sayang, kita nggak tau Laut sibuk atau enggak, siapa tau dia lagi sibuk jadi dia nggak bisa jemput kamu. Pulang sama Paman sama Bibi aja ya? Langitnya juga udah mendung banget," Bi Rahmi berucap sembari mengelus puncak kepala Nara dengan sangat lembut.

Nara menatap memelas pada bibinya, "tapi Bi, Laut udah janji,"

Bi Rahmi mengalihkan tangannya untuk menangkup kedua pipi Nara, "ada janji yang tidak dapat ditepati karena sesuatu hal, Nara. Mungkin Laut masih kerja atau mungkin Laut ada kerjaan di rumahnya, kita nggak bisa terus-terusan berharap sama janji, sayang. Kita pulang dulu aja ya? Besok pasti Laut dateng ke rumah buat jenguk kamu," bujuk Bi Rahmi lagi.

Mendengar itu Nara berdeham sebagai jawaban.

Bi Rahmi beralih ke belakang kursi roda Nara. Wanita dewasa tersebut mendorong kursi roda itu menuju mobil di parkiran rumah sakit. Iya, hari ini adalah hari kepulangan Nara dari rumah sakit. Janjinya Laut akan ikut menjemput Nara namun, tanpa Nara tau bahwa Luat sendiri sedang sekarat di dalam kamarnya.

Beberapa menit berlalu, Nara sudah dalam perjalanan pulang ke rumah bibinya. Dia meminta untuk duduk di dekat jendela mobil. Semakin jauh ia meninggalkan rumah sakit, semakin deras pula bulir air yang menghantam bumi.

Thallasophile|Senja TerakhirWhere stories live. Discover now