28. Bertemu

310 49 0
                                    

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan silakan-

"Shit!"

Sunghoon mengumpat. Melemparkan ponsel ke jok di sebelahnya lalu meninju kemudi dengan gusar. Kemarahaan dan perasaan tidak berdaya bergelung membelenggu dadanya. Ia benci hal seperti ini. Ia benci ketika mendapati dirinya tak berdaya menghadapi situasi yang ada. la benci ketika harus merasa bersalah.

Lo emang brengsek. Dewa batinnya berkata, menghakimi, menyindirnya dengan tajam. Ini semua di luar kendali, benar-benar di luar rencananya. Sunghoon hanya merencanakan sesuatu yang kecil, sebuah lelucon sederhana dan tak bermaksud mengundang masalah besar. Tetapi semuanya berbalik arah dan menyerangnya dalam pusaran bencana yang tak dapat ia kendalikan.

"Damn it!"

Sunghoon memejamkan mata rapat-rapat, jari-jarinya menekuk erat pada kemudi. Dalam kegelapan pandangannya, wajah Heeseung muncul kembali. Ekspresi terluka, mata berkaca-kaca menatapnya penuh kebencian, menyudutkannya pada sebuah fakta bahwa kali ini ia benar-benar sudah melampaui batas.

Bahkan setelah setengah jam berlalu, ia masih berada di tepat yang sama. Mobilnya masih terparkir di depan rumah yang ditinggali Heeseung, sementara hatinya masih terjebak kekalutan yang sama. Butuh sampai setengah jam baginya untuk menekan ego dan memutuskan untuk menghubungi Heeseung, hanya untuk mendapat sebuah penolakan telak.

Sekarang apa? Apa rencana lo? Lo udah ngacauin banyak hal. Apa lo bakalan tetep di mobil? Merutuk kayak idiot sementara di luar sana lo tau seseorang baru aja lo lukain dan mungkin bakalan ngebenci diri lo sampe kiamat?

Sunghoon membuang napas kasar, berpikir! Ia memerintahkan kepada otaknya. Berpikir, berpikir, berpikir! Kemudian sebuah nama melintas dalam kepalanya, Jay... Sunghoon membuka mata lebar-lebar, mengangkat wajahnya dari setir dan kembali menyabar ponselnya.

Dering pertama...

Sunghoon menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur kekalutan.

Dering kedua...

Perasaannya mulai terkendali.

Dering ketiga...

Sunghoon mulai memikirkan apa yang harus ia katakan pada Jay.

Dering keempat...

"Halo?" Jay menjawab.

Sunghoon menelan ludah. "Jay," suaranya terdengar seperti senar gitar yang disetel terlalu kencang. "Gue ganggu gak?"

Ada jeda, Sunghoon bisa merasakan Jay mungkin bingung dengan panggilannya yang tiba-tiba. "Gak juga, kenapa?"

Sunghoon menjilat bibir cepat, mengembuskan napas ringkas. "Heeseung lagi sama lo?"

Jeda kali ini lebih lama dari yang pertama, kemudian ia mendengar Jay menghela napas lalu, "Sebentar." Ia berkata bulat, dan Sunghoon bisa merasakan Jay bergerak dari tempatnya semula. Berjalan ke tempat lain untuk mendapatkan sedikit ruang lebih privasi guna berbicara dengannya. "Hoon, lo masih di sana?"

"Ya." Sunghoon menyahut, membuang napas pelan. "Maaf tiba-tiba nelpon lo, tapi gue beneran mau tau kalau lo lagi sama Heeseung atau enggak"

"Dia di rumah gue sekarang."

Untuk pertama kalinya dalam setengah jam terakhir, Sunghoon bisa merasakan napasnya sedikit lega. Setidaknya Heeseung baik-baik saja sekarang, tidak berkeliaran di jalanan atau semacamnya.

"Hoon?" Suara Jay muncul kembali.

Sunghoon berdeham. "Ya, makasih atas informasinya. Gue rasa... gue bakalan sampe di rumah lo sekitar sepuluh atau lima belas menit lagi."

SOULMATE - HOONSEUNGWhere stories live. Discover now