15

43.7K 2K 17
                                    

Mohon bantuan vote+komen+kritik dan sarannya ya

Happy reading

Hari ini Via akan wawancara di tempat perusahaan company industri film (CIF). (Jujur itu aku ngasal aja ngasih namanya hehe)

Via mengenakan baju kemeja putih dilapisi dengan blazer bewarna hitam dan memakai rok selutut yang warnanya senada dengan blazernya. Untuk kakinya, ia memakai hels satu-satunya yang ia punya, hadiah dari ibunya dulu.

 Untuk kakinya, ia memakai hels satu-satunya yang ia punya, hadiah dari ibunya dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hels emang yang kayak gini kan ya?atau aku keliru?😭

Kira-kira seperti ini outfit Via, anggap aja roknya lebih panjang dari yang di gambar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kira-kira seperti ini outfit Via, anggap aja roknya lebih panjang dari yang di gambar.

Setelah ia sarapan bersama Hamid, ia berangkat kerja di antar oleh Hamid, untung saja sekolah Hamid searah dengan CIF.

Sesampainya di gedung perusahaan CIF, ia memastikan penampilannya, merasa sudah rapi, ia berjalan memasuki gedung dan berjalan ke meja resepsionis untuk bertanya.

"Permisi mbak, tempat wawancara pegawai baru dimana ya mbak?" Tanya Via setelah di hadapan resepsionis.

"Namanya?" Tanyanya.

"Jingga Savia putri"

"Wawancara di lantai 7 mbak, di ruangan CEO nya langsung" jawab si mbak-mbak resepsionis. "Sebentar biar saya panggilkan asisten CEO untuk menuntun anda menuju ruangan" setelah itu mbak resepsionis menekan beberapa nomor di telepon untuk menghubungi seseorang.

Via agak heran, emang sesi wawancara dilakukan langsung dengan CEO nya ya? Biasanya dengan bawahannya dulu kan? Entahlah mungkin emang Via yang minim pengetahuan.

Kurang lebih dua menit kemudian seorang pria berkepala tiga datang menghampiri mereka.

Tampan banget, batin Via menatap pria tersebut.

"Silahkan mbak ikuti saja pak Rey" ujar mbak resepsionis, kita kasih nama Nining aja deh.

Via mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Nining. Lalu ia mulai mengikuti Pak Rey yang sudah berjalan terlebih dahulu. Via melihat sekelilingnya gedung ini cukup besar dan mewah. Via terkesan melihat kemewahan pada gedung ini. Ia tak menyangka akan bekerja disini.

Mereka telah sampai di lift, Rey menekan angka 7. Sedari tadi Rey tidak mengeluarkan suaranya, Via sedikit jadi canggung. Mau menyapa duluan tapi takut.

Setelah keluar dari lift, Via di arahkan ke satu-satunya pintu yang ada disana.

"Silahkan" ujar Rey menunjuk pintu itu.

Mendadak Via jadi gugup, semoga hari pertamanya ini menimbulkan kesan yang baik, dan ia harap ia tidak membuat kekacauan pada hari pertamanya ini. Sekali lagi ia memastikan penampilannya.

Inhaler

Exhaler

Setelah mengatur napasnya, dengan pelan Via membuka pintu ruangan CEO tersebut. Via menoleh kebelakang karena Rey menutup pintu ruangan itu.

Via berjalan dengan pelan menuju kehadapan seseorang yang duduk di kursi kebesarannya, tapi orang itu menghadap ke arah dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota ini.

"Permisi pak" sapa Via terlebih dahulu.

Orang yang duduk di kursi itu membalikan kursinya kehadapan Via. Via tercengang melihat pria tampan di hadapanya.

Sayangnya Via merasa asing dengan pria itu.

***

"Riri gamau di jodohin pa, Riri baru aja lulus kuliah loh" ujar seorang gadis kepada kedua orangtuanya.

"Riri, dengerin papa, ini demi kebaikan kamu juga! Orang yang di jodohkan dengan kamu sudah jelas bibit bebet bobotnya" jelas papanya, Andro.

"Riri juga mau ngejar cita-cita riri dulu dan Riri lahi suka sama seseorang pa" ujarnya lirih.

"Yaudah bawa dia kehadapan papa"

Rianti tertegun, mana mungkin dia membawa cowok yang dia sukai kehadapan orang tuanya, yang ada cowok itu akan di hujat habis-habisan oleh orang tuanya. Siapapun tolong Rianti keluarkan dari masalah ini.

"Iya, nanti Rianti bawa, tapi jangan jodoh-jodohin Rianti lagi" akhirnya kalimat itu yang dapat Rianti keluarkan.

Orang tuanya mengangguk, "papa kasih waktu 6 bulan, lebih dari itu papa tidak bisa menoleransi lagi"

Setelah percakapannya dengan orang tuanya tadi, Rianti keluar rumah berjalan kaki tanpa membawa handphone, hanya membawa duit dua puluh ribu di dalam saku baju piyamanya.

Jujur Rianti belum mandi sama sekali, masih pagi tiba-tiba mamamya datang ke kamar menyuruhnya ke ruang tamu karena papanya mau ngomong. Dan ternyata membahas perjodohan. Tidak bisakah menunggu agak malaman gitu biar kayak di wattpad-wattpad yang sering ia baca. Rianti mendengus sebal.

Asik berjalan termenung di trotoar ia tak melihat adanya jalan yang berlubang, alhasil ia terjatuh, sendal panda rumahan yang ia pakai terlepas.

"Sial banget hidup gue, mana masih pagi!" Ujarnya kesal. Ia tidak langsung berdiri ia malah duduk di trotoar jalan sambil mengoceh-ngoceh kesal.

Untung jalanan sedang sepi, kalau ada orang yang melihatnya pasti mengira kalau ia orang gila. Tapi emang benar, ia sudah gila gara-gara memikirkan cowok yang ia sukai, ia gila kenapa harus cowok itu yang ia sukai. Agggghhhhhh frustasinya.

Tiba-tiba ada sebuah tangan di hadapannya, Rianti mendongak dan ternyata itu adalah tangan adek temannya.

"Hamid" lirihnya

Hai
Maaf ya part ini pendek banget, mataku masih sakit, maunya ga update dulu sampe mata sembuh, tapi entah kenapa aku pengen cepat-cepat update, ga mau liat para pembaca nunggu lama-lama.

Selesai ketik, langsung publish. Maaf kalau masih acak-acakan.

Makasih buat yang udah baca dan vote cerita ini💚






Ponakan Crush (END+ TERBIT)Where stories live. Discover now