Prolog

72 6 0
                                    

Denting alarm ponsel terus berbunyi sejak dua menit yang lalu, berhenti sejenak kemudian berbunyi kembali. Hal itu tentu nya mengganggu si penghuni kamar. Maka dengan setengah sadar, tangan kecil nya merampas asal benda pipih itu dan mematikan alarm nya.

Sejenak ia terdiam ketika melihat layar ponsel nya yang menyala, menunjukkan jam berapa saat ini ia terbangun.

"GUE TELAT!" Teriak nya.

Maka dengan cepat ia bangun dari tempat tidur nya dan pergi ke kamar mandi. Hanya 3 menit perempuan itu di dalam kamar mandi dan kemudian keluar dengan keadaan yang jauh lebih segar.

Dengan cepat ia memakai asal pakaian yang ia ambil dari dalam lemari, memoles wajah nya dan berlari terburu menuruni anak tangga.

"Loh, aku kira Mba gak kerja?" Tanya Luna si mahasiswi semester 2 yang ada di kost ini.

Shafira yang baru saja turun lantas mengangguk sambil memakai sepatu nya. "Iya Lun, aku emang gak kerja - tapi aku ada janji sama teman." Jawab nya.

"Aku pergi dulu ya, nanti kalo ada paket tolong terima ya, pulang nya aku kasih dimsum." Pamit Shafira yang dijawab acungan dua jempol oleh Luna.

"Siap Mba ku." Jawab nya dan kembali menikmati indomie rebus dua bungkus di pagi hari.

Beruntung nya Shafira, karena sesampai nya ia di luar ojek online langganan nya sudah tiba. Dengan cepat, ia naik ke atas motor matic berwarna biru itu tidak lupa menyapa langganan nya.

"Tumben Kak hari libur mau keluar? Biasanya males." Tanya Pri, si tukang ojek langganan.

Shafira yang di jok belakang sedang fokus pada ponsel nya lantas sedikit teriak. "Kenapa?" Tanya nya balik, sambil melonggarkan sedikit sisi kanan helm.

"TUMBEN MAU KELUAR HARI LIBUR KAK? BIASANYA MALES." Ulang Pri dengan keras, Shafira di belakang tertawa kecil mendengar nya.

"Gak usah teriak juga kali! Iya, lagi mau aja." Jawab nya yang terdengar sampai depan.

Pri tertawa kecil, dalam hati nya kenapa perempuan serba salah. Bicara kecil salah, bicara besar salah.

Motor matic itu telah sampai di stasiun kereta, Shafira pun turun dan mengeluarkan selembar uang untuk membayar.

"Nih, makasih ya." Seru Shafira namun ditolak.

"Lho? Heh?" Pri dengan wajah kebingungan nya membolak - balik selembar uang berwarna hijau.

"Apalagi Pri? Kurang? Kan juga biasanya saya segitu." Seru Shafira dengan nada yang mulai tak ramah. Ia telat tapi orang di hadapan nya ini ada saja kelakuan nya.

"Bukan itu Kak, ini maksudnya Kakak sekali jalan aja? Pulang nya gak sama saya?" Tanya Pri.

Shafira menghela nafas nya pelan. "Gak! Saya pulang malem. Udah diem gak usah banyak tanya saya udah telat." Setelah mengatakan itu, Shafira berlari masuk ke dalam stasiun sambil menenteng helm kesayangan nya.

Di bawah sana lelaki yang mengenakan jaket lusuh berwarna merah tua itu tersenyum tipis ketika pandangan nya berhasil melihat ke arah Shafira yang tengah berbicara lewat ponsel.

"Padahal ya gak masalah aku jemput kamu Kak, mau jam berapa pun." Setelah memastikan Shafira menjauh dari pandangan nya, lelaki itu pun menyalakan motor nya dan pergi meninggalkan stasiun.

(The Day We Met)

Shafira tersenyum kecil dengan kedua tangan nya yang membawa piring siomay dan batagor. Ia berjalan mendekat ke arah teman perempuan nya yang sedang menikmati sekotak susu coklat.

"Nih, jangan ngambek dong. Kan gue udah minta maaf." Shafira tersenyum kecil sambil menyodorkan sepiring batagor.

Safina memutar bola mata nya kesal, ia mengaduk batagor nya sebelum memakan nya. "Makanya gak usah bergadang lo! Udah gue teriakin di depan kost gak ada yang keluar, gue telfon juga gak diangkat. Gue kira lo udah sampe duluan taunya baru jalan ke stasiun." Shafira menunduk, ia memang salah. Seharusnya ia tidak memiliki jiwa ambisi untuk kerjaan nya. Padahal kerjaan nya masih bisa diselesaikan esok hari, tapi dia lebih memilih menyelesaikan nya malam itu hingga jam 3 pagi.

Di saat Shafira ingin berbicara, ponsel Safina berdering. "Tahan dulu pembelaan lo, cowo gue telfon." Safina pun menjauh dan Shafira memilih menikmati sepiring siomay nya, ia sangat lapar.

"Permisi, Mba ini inhaler punya Mba nya jatoh." Seorang lelaki menginterupsi makan nya dengan menyodorkan inhaler yang ia kenal.

Shafira lantas mendongak melihat wajah lelaki itu. "Bukan punya saya." Tolak nya.

Namun lelaki di hadapan nya ini berdecak. "Yeh Mba! Udah jelas ini jatoh dari tas nya Mba gelinding ke meja saya. Kalo gak yakin ya Mba cek aja." Seru nya sambil menunjuk meja nya dan tas Shafira bergantian.

Shafira merotasikan mata nya malas. Ia pun mengecek nya dan ternyata benar, inhaler nya tidak ada di sana. Ia mengulum bibir bawah nya sebelum berterima kasih.

"Hehe, iya punya saya. Makasih ya Mas, maaf untuk yang tadi." Shafira mengambil alih inhaler nya dan lelaki itu kembali ke meja nya yang tidak jauh dari mereka.

Ganteng tapi pemarah.

***

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang