11; what a strange day

47 16 2
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

"Keluarga bahagia mirip satu dengan lainnya. Tapi setiap keluarga yang tak bahagia, tak bahagia dengan caranya sendiri-sendiri." - Anne Karenina.

11.

Sebelum Odi mengejutkan Nara dengan permintaannya, pembicaraan tentang sekolah sudah pernah disinggung. Nara menyarankan untuk belajar di rumah atau homeschooling saja. Ibu dua anak itu takut Odi kesulitan menyesuaikan diri pada pembelajaran dan lingkungan sekolah biasa. Kendati enggan diakui, anaknya memang tertinggal jauh. Berbeda dari anak kebanyakan.

Seumpama lompat waktu, Odi yang saat kecelakaan masih berusia sembilan tahu-tahu bangun dalam keadaan remaja. Tujuh tahun bukan waktu sebentar, masa-masa krusial pertumbuhannya terlewati begitu saja di atas tempat tidur.

Bagi yang tahu Odi penyintas koma, tak jarang ia diperlakukan seperti anak yang masih butuh momongan. Berpikir Odi akan kegirangan jika dibelikan banyak permen atau diajak bermain petak umpet. Perlakuan macam itu sering dijumpainya di rumah sakit dulu, terutama oleh sang ibu.

Jujur, ada kalanya cowok itu merasa jengah dianggap gelas yang rentan pecah sewaktu-waktu.

Jadi ketika Odi mengungkapkan ingin sekolah formal alih-alih di rumah, jelas Nara tak siap. Odi mendadak diliputi cemas. Jika responnya sekaku ini, bisa-bisa waktu yang dibutuhkannya untuk membujuk sang ibu akan lebih lama daripada saat meminta izin ke taman. Ia diburu waktu mengingat deadline pendaftaran tersisa 14 hari lagi.

Seminggu berlalu dengan tidak mudah, namun kekeras kepalaan dan bujukan Odi membuahkan hasil. Nara luluh juga berkat konsistensi anak bungsunya yang terus memelas. Beruntung itu terjadi sebelum Odi terpaksa memakai cara kekanakan yakni mogok makan.

Di ruang tengah pada suatu hari, Odi dan Nara mengobrol dengan serius. Bisa dikata untuk pertama kalinya. Seakan ada yang terus mengganjal, Nara terus memastikan apakah Odi yakin dengan pilihannya.

"Ibu izinkan dengan satu syarat. Misal kamu sulit beradaptasi atau diganggu, kamu lebih baik homeschooling saja. Setuju?"

Odi mengangguk seraya tersenyum lebar. "Itu tak akan terjadi, bu"

"Memang sebaiknya begitu."

Agak ragu di awal, Odi meraih tangan wanita yang dipanggilnya ibu tiga bulan terakhir itu. "Aku akan buktikan bahwa aku jauh lebih kuat dan pintar dari yang ibu duga."

Sulit tak tersentuh, Nara mengusap-usap pucuk kepala anaknya seraya berkata, "Maaf jika ibu terkesan mengekang. Ibu hanya tidak mau kamu terluka."

"Hm, Odi tahu."

Dua hari setelahnya, di pertengahan bulan Mei, Odi bersama Nara mendatangi alamat yang tercantum di pamflet. Seperti membenarkan penuturan Arumi sebelumnya, pendaftaran jalur khusus ditangani oleh sebuah yayasan. Yayasan yang punya nama besar di kota ini.

LINKED; || Transmigrasi BoyWhere stories live. Discover now