Chap 3 Sekolah Menengah Pertama

206 29 7
                                    

Setelah menyelesaikan sekolah dasar Yanza dan Jeremy kembali melanjutkan sekolah menengah pertama di sekolah yang sama, Yanza masih mencoba untuk menjadi teman yang baik untuk Jeremy karena Yanza merasa sudah lelah selalu bermain seperti anak sekolah dasar.

Yanza sekarang lebih sedikit kalem di banding biasanya. Bolehkan Yanza mengatakan dia cemburu ketika Jeremy dan Wini bisa menjadi teman dekat? Yanza juga ingin menjadi teman dekat Jeremy, bagaimana lagi agar dia bisa mengambil simpati Jeremy.

Yanza berjalan dan tanpa sengaja ia terdorong teman-temannya ketika bel istirahat berbunyi, Yanza menginjak kaki orang yang berada di belakangnya. Yanza meminta maaf tapi hanya di balas gumaman oleh Jeremy yang sepatunya tidak sengaja Yanza injak.

Jeremy berlalu begitu saja dari hadapan Yanza, Yanza hanya bisa melihat teman sekelasnya itu dengan bingung. Apakah Yanza ada salah dengan Jeremy?.

Saat ini jam penjas, dan ada pengambilan nilai tentang bola basket. Semua anak sedang sibuk berlatih dan bermain, tidak sengaja Yanza melihat Jeremy sedang mengobrol bersama Wini. Padahal kelas mereka tidak sama lagi tapi gadis itu diam-diam menghampiri Jeremy, dengan setelan jas osis. Yanza yang melihat itu mendecih, seharusnya bukan Wini yang dekat dengan Jeremy tapi dirinya.

Saat akan kembali fokus mendribel bola tanpa sengaja kepalanya Yanza terkena lemparan bola cukup keras, teman-temannya berteriak. Jeremy yang mendengar itu menoleh dan mendekat, awalnya biasa saja. Yanza merasakan pusing sementara, namun tidak berapa lama keluar darah segar dari hidungnya.

Jeremy yang melihat itu lantas mengeluarkan sapu tangan dari kantong celananya, menutup aliran darah itu. Sang guru juga memberi arahan agar Yanza duduk di pinggir lapangan saja.

Tangan Jeremy masih betah bertengger di wajah Yanza.

"Sudah aku saja yang pegang, terimakasih Jemi"

Yanza beralih memegangi sapu tangan itu, Jeremy dengan patuh melepas tangannya. Dia masih melihat Yanza yang masih mengeluarkan darah dari hidungnya.

"Makanya kalau lagi olah raga itu fokus jangan banyak mainnya"

"Siapa yang main-main?"

"Itu buktinya kena bola kan?"

"Mana aku tau akan kena bola"

"Setidaknya kamu menghindar kan bisa?"

"Sudah lah sana pergi, kamu buat mood ku jelek"

Jeremy mengrinyitkan alisnya lalu pergi meninggalkan Yanza yang masih kesal.

~~~~~~~~

"Rere di jemput dengan siapa?"

"Mama, kalau Yaya?"

"Yayah, yang menjemput"

Tidak berapa lama mobil yang di kendarai Ibu dari Renie sudah sampai.

"Yaya aku pulang duluan ya"

"Iya, hati-hati ya"

Mobil itu sudah akan beranjak namun urung berjalan, kaca mobil itu terbuka dan menampakan wajah ayu Ibu dari Renie.

"Yaya, ayo pulang bersama Rere saja"

"Terimakasih tante, tapi Ayah sudah jalan ke sini buat menjemput Yaya. Tante duluan saja tidak apa-apa"

"Benar tidak apa-apa ya? Ya sudah tante pulang duluan ya"

"Iya tante hati-hati"

Yanza juga Renie saling berdadah ria.

Langit sudah terlihat berawan, pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Yanza menunggu sang Ayah dengan berteduh di gedung sekolah duduk di atas meja, lalu tidak berapa lama datang mobil. Saat ia menoleh, Yanza bisa melihat Wini dan juga Jeremy sedang bersenda gurau.

Yanza melihat mereka tanpa ekspresi, mereka kira hanya pertemanan mereka saja yang baik? Yanza juga punya teman yang baik. Yanza melihat mereka menaiki mobil yang sama, Yanza hanya melihat sampai mobil itu bergerak pergi. Mata Jeremy beradu dengan Yanza yang menunggu di luar. Yanza lalu membuang muka enggan melihat mereka.

"Padahal seharusnya dia tidak perlu marah jika memang benar alasan itu yang buat dia menjauh. Kita kan bisa berteman, dasar Jeremy bodoh"

Yanza turun dari meja itu dan berjalan ke arah mobil sang Ayah.

.
.
.
.

Tbc

Strange | JaemYangWhere stories live. Discover now