Chap 15 Hari Pernikahan

131 17 7
                                    

Hari bahagia itu datang untuk pasangan Jeremy dan Yanza, seluruh yang mereka persiapkan berjalan dengan baik. Yanza dan Jeremy mengusung tema pakaian adat dan internasional.

"Selamat ya Yaya, Rere bahagia sekali"

Renie memeluk erat sahabatnya itu mencium pipi kanan dan pipi kiri.

"Terimakasih banyak Rere"

Yanza sangat berterimakasih kepada temannya itu yang bersedia menjadi pendamping pada pestanya. Bahkan Jovano juga menjadi pendamping pernikahannya bersama Renie.

"Selamat ya Ya atas pernikahannya"

"Terimakasih Jon"

Lalu mereka beralih menyalami Jeremy yang sedaritadi melihat interaksi mereka. Renie dengan tatapan sinisnya melirik Jeremy.

"Selamat untuk mu, jaga sahabat ku dengan benar"

"Galak sekali, aku akan menjaganya. Tenang saja"

Saat setelah selesai mereka bersalaman dan foto bersama, seseorang perempuan dengan lenggoknya mendatangi pasangan yang sedang berbahagia itu.

"Selamat untuk Jeremy dan Yanza"

Perempuan itu senyum dengan menggoda, Yanza tidak mengenali tamunya itu. Mungkin saja itu tamu Jeremy yang sekarang telah menjadi suaminya.

Jeremy tampak berwajah tanpa ekspresi, dia hanya menerima ucapan dan mengucapkan terimakasih, Yanza juga mengucapkan terimakasih. Namun ada rasa di hati yang tidak dapat Yanza jelaskan.

"Dia teman ku, namanya Karisa. Kalau kamu ingat, dia satu sekolah dengan kita sewaktu menengah atas dulu"

Yanza mengerutkan alisnya bingung, dia tidak ingat. Ingatan Yanza sangat buruk, Yanza adalah orang yang sangat mudah lupa.

"Oh ya, maaf aku tidak ingat mungkin karena sudah lama sekali"

Perempuan itu hanya tersenyum dan menggoyangkan badannya sedikit.

"Tidak apa-apa Yanza, tidak semua hal harus diingat kan?"

Wajah Jeremy sudah mulai menunjukkan ketidaksenangannya, perempuan itu menatap Jeremy.

"Aku permisi dulu ya"

Perempuan itu pergi dengan gerakan yang gemulai. Yanza memperhatikan langkahnya, dan mengerutkan dahi tanda ia tidak menyukainya.

Setelah selesai dengan acara dan berbagi kebahagiaan, Yanza dan Jeremy pulang ke rumah Eyang. Yanza berjalan ke arah sang Kakak yang sedang berdiri sendiri di balkon rumah.

"Mas rio"

Yanza menepuk pundak sang Kakak, tadi saat di pesta Mario banyak diam. Bukan dia tidak senang dengan pernikahan sang adik. Namun ia masih merasa belum bisa melepaskan adik kecilnya untuk berumah tangga dan menghadapi hal sendiri.

"Ya"

"Mas kenapa disini? Tidak istirahat?"

"Mas... lagi cari angin segar"

Lama mereka terdiam, Mario melihat ke arah sang Adik.

"Kamu yang seharusnya istirahat"

"Sebentar lagi, Yaya ingin menemani Mas rio"

Yanza duduk di bangku balkon dan mengayunkan kakinya.

"Kemana Jeremy?"

"Dibawah bersama Ayah dan Ibun"

"Eyang?"

"Sudah tidur"

Yanza kembali menatap sang Kakak.

"Mas.. jangan khawatir, Yaya akan baik-baik saja. Sekarang Yaya ada suami yang selalu bersama Yaya"

Mario tersenyum lalu mengusak rambut sang adik.

"Kapan kalian akan pindah ke rumah kalian?"

"Dua hari lagi sepertinya, Yaya ikut Jeremy"

Mario hanya mengangguk, ia menatap lamat kepada sang adik. Ia berharap kebaikan selalu menyertai sang adik.

Yanza duduk ditempat tidur kamarnya menunggu kedatangan sang suami. Jeremy masuk dengan keadaan lelah selesai membersihkan dirinya.

Yanza tersenyum dan dibalas senyuman oleh Jeremy, Jeremy merebahkan dirinya terlebih dulu lalu tangannya membuka untuk menyuruh Yanza berbaring dipelukannya.

Yanza dengan senang merebahkan dirinya dipelukan Jeremy, Yanza menepuk-nepuk pelan punggung suaminya itu.

"Kamu lelah ya?"

"Hmm"

"Selamat tidur suami"

"Selamat tidur Yaya"

Mereka tidur dengan saling memeluk satu sama lain.

~~~~~~~~

Setelah dua hari tinggal di rumah mertuanya, Jeremy membawa Yanza ke rumah yang akan mereka tinggali berdua.

"Ayah, Ibun, Eyang, Mas Mario. Saya izin membawa Yanza untuk tinggal berdua di rumah kami"

Keluarga Yanza terlihat sedih saat melepaskan Yanza pergi mengikuti sang Suami.

"Jaga Yanza baik-baik ya Jeremy, kami akan berkunjung besok melihat rumah baru kalian" -Ayah

"Baik Ayah, terimakasih banyak. Saya akan menjaga Yaya"

"Jemi dan Yaya kalian harus saling menjaga ya nak" -Ibun

"Tentu Ibun"

Yanza memeluk sang Ibu, lalu berlanjut ke seluruh keluarga terakhir ke Mario.

"Jaga diri baik-baik ya dek"

"Mas ini, Mas kita masih bisa bertemu kapan saja. Tapi iya, Yaya akan menjaga diri dengan baik"

Mario memeluk adiknya dengan erat, disudut matanya tergenang air yang siap menetes kapan saja. Yanza melepas pelukan mereka, dan mengusap air mata disudut mata sang Kakak.

"Mas jangan menangis"

"Mas tidak"

Semuanya tertawa melihat Mario yang matanya sudah memerah itu.

Lalu mereka melambaikan tangan saat kendaraan itu melaju menjauhi rumah Eyang. Mario masih bertahan berdiri disana, dan pundaknya di tepuk pelan.

"Mas, ayo masuk"

"Iya bun"

.
.
.
.

Tbc

Strange | JaemYangWhere stories live. Discover now