5. Genderang Perang

123 30 3
                                    

Mengenakan gaun bermodel one shoulder sebatas lutut berwarna biru muda, Jo memandangi dirinya di depan cermin meja rias di kamarnya.

"Make up, checked! Dress, checked! Huh." Jo menunduk sambil mengembus napas. Jo merasa masih belum siap untuk melakukan ini dengan Ansel.

Tok tok tok

"Masuk!" tutur Jo.

Justin, adik Jo, berjalan masuk sampai akhirnya berdiri di samping Jo sambil bersedekap.

"Kakak gue cantik banget. Mau ke mana sih, Kak?" tanyanya.

"Kepo, lo."

"Mau nge-date, ya? Sama siapa?"

"Justin, lo banyak nanya, ah."

"Sama cowok kece yang penampakannya setengah Captain America, setengah oppa Korea?"

"Sok tau lo!" Ups, Jo baru teringat bahwa tampilan dan wajah Ansel memang setengah bule dan setengah oriental karena Ansel dan Aiden memiliki darah campuran Amerika, Cina, dan Jawa. Jo kemudian menatap tajam Justin melalui cermin. "Eh, tau dari mana lo?"

"Orangnya ada di depan."

Jo melirik jam di layar ponselnya. Tepat waktu banget sih dia.

Jo mengekspresikan keterkejutan dengan memelotot menatap dirinya sendiri di cermin. "Beneran?" tanya Jo sesaat kemudian.

"Swear tekewer-kewer." Justin meyakinkan Jo sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. Remaja 17 tahun itu lalu memindai penampilan sang kakak dari atas sampai bawah. "Kakak yakin mau pergi pake baju kayak Cinderella begini? Nggak takut roknya terbang ketiup angin?"

"Emangnya kenapa?"

"Dia bawa motor."

Sekali lagi Jo dikejutkan oleh pernyataan Justin, tapi Jo bersyukur mengetahuinya lebih awal. Kalau tidak, Jo pasti bakal ketiban malu. Berdandan sudah kayak Cinderella, tapi naik motor. Bisa ambyar deh make up dan bajunya.

"Motornya keren lho, Kak. Gue jadi pengen." Justin menambahkan keterangannya.

"Jangan aneh-aneh lo! Itu motor seharga 2M. Jangan ngimpi!" Jo menimpali dengan nada geram dan asal menebak harga sepeda motor yang dikendarai Ansel. "Udah, sana keluar! Kakak mau ganti kostum."

"Iya, iya. Nggak usah ngegas terus, nanti cepet keriput, bergelambir." ledek Justin sebelum ngabrit.

Jo mengerucutkan bibir seksinya. Adiknya itu kadang menyebalkan. Namun, Jo sangat menyayanginya. Sejak ibu mereka meninggal dunia, Jo-lah yang berperan sebagai ibu sekaligus kakak untuk Justin.

Jo menukar pakaian dan memantaskan diri dengan mengenakan setelan celana jeans biru dan tanktop hitam di balik jaket denimnya. Jo pun tidak lupa membawa tas kanvas kecil berisi ponsel dan semprotan merica pemberian Janu. Wanita itu pun segera keluar dari kamarnya. Benar kata Justin, Ansel sudah menunggunya. Jo berjalan pelan-pelan melintasi ruang tamu sambil memperhatikan penampilan Ansel yang menunggu Jo di teras dari kaca jendela. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit teras memperjelas penampilan Ansel yang sedang duduk di bangku teras. Penampilan pria itu biasa saja seperti tadi siang. Ansel hanya mengenakan celana jeans dan jaket kulit hitam yang melapisi kaus polonya. Meski tetap tampil sederhana, tapi aura kepantasan seorang Ansel Irawan tidak berubah. Jo mengakui kalau Ansel lebih dari sekadar tampan.

"Hai!" sapa Jo dari ambang pintu.

Ansel mengalihkan pandangannya dari pot-pot bunga yang berderet di sisi bangku ke arah Jo. Dia mengamati Jo dari atas ke bawah selama beberapa saat dan membuat Jo mendadak grogi.

EnmeshedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora