Ketua dan Wakil Ketua Kelas

58 14 1
                                    

Ilona menghela napas gusar. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di kursi bus. Setelah berpisah dengan Jinan tadi, gadis itu langsung menaiki bus menuju ke rumahnya. Jinan adalah orang terjahil yang ada di dalam hidup Ilona. Sifatnya yang cerewet dan jahil itu entah kenapa banyak disukai orang-orang, ditambah dengan kemampuan public speaking nya yang bagus menambah kesan plus bagi lelaki itu. Ia menatap jalanan yang terus berlalu dengan cepat.

 Berhubung sedang memikirkan Jinan, Ilona jadi teringat kejadian yang paling membuatnya kesal pada Jinan. Akibat kejahilannya, Ilona yang tadinya berencana untuk bersantai sambil menghabiskan tahun pertamanya di sekolah harus sibuk karena lelaki itu. Kejadiannya sudah lama, sekitar empat tahun yang lalu, saat mereka masih berstatus sebagai siswa baru di SMA Khusus Seni.

Empat tahun yang lalu...

Suasana aula yang digunakan untuk penerimaan siswa baru kala itu sangat ramai, ratusan siswa yang diterima di SMA Seni Halim Kusuma sedang sibuk berbaur satu sama lain, mencoba untuk berkenalan, kecuali Ilona. Gadis itu memilih diam di tempat sembari mengamati orang-orang yang sibuk berkenalan. Hal itu membuat Ilona sudah capek duluan. Ia tidak suka pertemuan yang basa-basi, dan dengan sifatnya yang seperti itu mana mungkin gadis itu mendapatkan teman di masa sekolahnya. Ilona juga sadar akan hal itu, tapi ia tetap memilih bungkam. Karena baginya tidak memiliki teman jauh lebih baik. Setidaknya, ia tidak akan kehilangan jika nantinya harus berpisah. 

"Oh, kamu Ilona yang pernah main biola di acara resital Lombardi pas umur 12 tahun kan?" Tanya seorang gadis berambut keriting sebahu dengan wajah yang ceria. Ia menanyakan hal itu ketika mereka selesai berkenalan dan melihat wajah Ilona yang tampak tak asing membuatnya menanyakan hal itu.

Ilona hanya mengangguk.

"Wah! Akhirnya kamu masuk ke sekolah ini ya! Senangnya." Gadis itu tiba-tiba menggenggam tangan Ilona. "Semoga kita bisa akrab untuk kedepannya."

Ilona menaikkan salah satu alisnya sejak gadis itu menggenggam tangannya. Ilona merasa agak risih, tapi ia tetap memasang senyum, "iya."

Setelah gadis itu pergi dari hadapannya, barulah Ilona bisa bernapas dengan lega. Sungguh melelahkan jika melakukan segala sesuatunya dengan pura-pura. Ilona tidak sadar, jika sedari tadi ada seorang lelaki yang sedang menatapnya hingga ia menerima plakat sebagai murid dengan nilai ujian masuk paling tinggi. Ilona menatap Jinan yang juga sedang menatapnya. Lelaki itu duduk di barisan bagian laki-laki yang sama dengan Ilona yang duduk di barisan perempuan dengan jarak sekitar 5 meter.

Untuk sesaat, waktu seakan berhenti berputar. Kini mereka saling bertatapan, dan ketika mata Ilona bertemu dengan mata lelaki berwajah manis itu, ia seperti pernah melihat Jinan di suatu tempat, tapi tidak ingat pernah melihat dan bertemu di mana. Karena tidak kunjung menemukan jawaban, Ilona pun menaikkan salah satu alisnya kepada lelaki itu.

'Apa liat-liat?' Ilona berbicara tanpa suara ketika Jinan terus menatapnya.

Jinan mengerjapkan kedua mata yang berbentuk boba itu, dengan cepat langsung mengalihkan pandangannya ke depan membuat Ilona untuk sesaat berpikir kelakuan lelaki itu menggemaskan, seperti bocah SD.

Namun, Ilona berubah pikiran.

Jinan adalah spesies spesial yang memang ditakdirkan untuk mengacaukan kehidupan SMA nya yang tenang dan damai. Belum cukup bertemu di aula, kini mereka harus bertemu setiap hari selama setahun. Yap, mereka sekelas. Dari enam kelas yang ada di tingkat awal sekolah ini, mengapa dirinya harus sekelas dengan lelaki itu?

Ditambah lagi, ia duduk berdekatan dengan Jinan walaupun tidak sebangku. Hanya berseberangan. Ilona melirik sekilas pada sosok lelaki itu yang sedang memainkan game di ponselnya. Merasa diperhatikan, Jinan menaikkan salah satu alis, dan melambai dengan santai.

Vinyl Record | Park JihoonWhere stories live. Discover now