Janji

29 9 0
                                    

"Lo bawel juga ya, Nan."

Jinan terkekeh mendengar omelan Ilona. Sudah seminggu lebih lelaki itu dirawat di rumah sakit, dan dirinya merasa sudah lebih mendingan dibandingkan sebelumnya.

Kini, mereka berdua tengah berada di taman rumah sakit. Jinan berulang kali memaksa Ilona untuk pergi ke sini atau sekadar jalan-jalan, karena dirinya merasa bosan berada di kamar terus dan ingin merasakan udara segar kembali.

"Gini kan enak. Seger udaranya."

Ilona mengerlingkan kedua matanya, "di jendela kamar juga bisa, lo aja yang pengen ke sini kan."

Jinan hanya menganggukkan kepalanya, "kapan lagi Na bisa ke sini sebagai pasien rumah sakit," kekeh Jinan.

"Nggak lucu. Bentar lagi lo udah dibolehin pulang, untuk sementara waktu, jangan pakai motor dulu."

Jinan menatap Ilona yang ada di hadapannya, ikut duduk di kursi taman, di mana dibelakang gadis itu ditumbuhi bunga mawar dengan variasi warna yang berbeda.

Mendengar tentang motor, Jinan baru mendengar jika motornya rusak parah. Juna kemarin memberikan foto mengenai kondisi motor Jinan saat dirinya mengalami kecelakaan tunggal. Bagi Jinan, untuk ukuran kecelakaan tunggal, keadaan motor itu sangat parah, seperti hancur sehabis dilindas truk.

Selain itu, perkataan sosok bertudung tadi membuat Jinan kepikiran. 'Mereka sedang mengujimu. Semakin kuat keinginan kalian bersama, salah satu dari kalian dapat celaka.'

Apakah kecelakaannya kali ini murni hanya kecelakaan biasa?

"Kenapa? Mau ngelak lagi setelah keadaan lo kayak gini?" celetukan Ilona berhasil membuat lamunan Jinan buyar.

Lelaki itu berdeham, "nggak."

"Terus, kenapa diam aja? Ngelamun ya?"

Jinan menggeleng, walau sebenarnya ia sempat memikirkan perkataan sosok tadi. "Siapa bilang? Mana bisa sih gue ngelamun kalau lagi sama lo." Jinan berucap sambil mengerlingkan tatapan jahil kearah gadis itu.

Ilona mendengus, "kalau udah bisa ngomong gitu berarti udah sembuh lo ya."

"Oh, harus. Gue harus sembuh dong, kan kita mau nyari tau tentang mimpi aneh itu."

Mendengar itu, Ilona yang tadinya menatap bunga-bunga sambil bersenandung kecil menghentikan suaranya, gadis itu terpaku pada satu titik membuat Jinan yang tidak mendengar respon Ilona menolehkan kepalanya menatap gadis itu.

"Na?" panggil Jinan

Namun, Ilona masih terdiam, enggan untuk menyahuti panggilan dari Jinan.

Suasana di sekitar mereka mendadak sunyi, tidak ada satu pun yang bersuara, baik dari Jinan maupun Ilona. Jinan sengaja untuk diam, menunggu Ilona berbicara kepadanya, tapi melihat gelagat gadis itu, mustahil Ilona akan langsung mengutarakan pikirannya saat ini juga.

"Setelah gue pikir-pikir, udah lama banget kita nggak makan mie ayam langganan lo. Nanti habis lo keluar dari sini, kita makan di sana ya."

Betul kan perkiraan Jinan. Ilona akan menutupi apa yang tengah dipikirkannya dengan mengganti pembicaraan ke topik lain. Kali ini, Jinan ingin tahu apa yang dipikirkan gadis itu, selain karena penasaran, ia juga tidak ingin Ilona menyimpan semuanya sendirian lagi. Kini, gadis itu punya banyak orang yang berada di sisinya.

"Na, kita tadi bahas---"

"Atau skateboard ya? Tapi, lo masih dalam masa pemulihan, jadi jangan main itu dulu. Kita makan mie ayam aja."

Jinan menghela napas, "Oke, kita bisa makan di sana sambil nyari tau tentang mim---"

"Gimana kalau kita makan mie ayam dulu, baru nonton bioskop, Nan? Soalnya kemarin kan nggak jadi. Gue yang traktir deh buat tiketnya kali ini."

Vinyl Record | Park JihoonOnde histórias criam vida. Descubra agora