About us and sky|lima

23 4 2
                                    

Definisi bahagia menurutku adalah ketika kita mendapat cinta yang tulus dari orang yang kita cintai.

💫-----💫-----💫

Mulan point of view

Aku dan Langit berjalan bersama disekitar taman. Banyak orang berlalu lalang,menikmati taman bersama keluarga,teman,dan pasangan. Semuanya terlihat senang dalam menghabiskan waktu bersama. Sedangkan aku dan Langit memilih untuk berjalan berdua saja karena Mas Segara tidak bisa atau lebih tepatnya tidak mau ikut. Alasannya adalah banyak kerjaan dengan Mas Senja.

Mungkin,aku merasa biasa dengan alasan Mas Segara. Namun,apa Langit bisa merasa biasa saja karena Ayahnya tidak bisa ikut? Aku merasa sejak di perjalanan Langit selalu diam,saat aku ajak bicara dia tetap diam. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya duduk.

"Langit,"panggilku.

Langit mendongak,menatapku yang berada disampingnya. Dari pancaran matanya,aku merasakan kesedihan diwajahnya. Mas Segara,harusnya kamu ikut meski tidak mau dekat-dekat denganku.

"Ibu mau nanya Langit boleh?"tanyaku yang diangguki Langit.

"Langit kenapa? Mau sama ayah?"tanyaku.

Langit mengangguk pelan. "Iya,kenapa ayahnya enggak ikut kita,bu?"tanyanya. Aku terdiam sesaat,alasan yang diberikan Mas Segara kepadaku dan Langit tentu menjadi sebuah pernyataan yang tidak masuk akal. Karena,Mas Senja juga sedang tidak ada pekerjaan. Mbak Aruna pernah bilang kalau Mas Senja dirumah,berarti enggak ada pekerjaan apapun.

"Ayahnya tadi bilang apa ke Langit sama ibu?"

"Banyak kerjaan,tapi mamahnya Mas Sena pernah bilang kalau papahnya Mas Sena dirumah berarti enggak ada pekerjaan. Ayah bohong ke Langit,iya?"

Jawaban yang sangat membuatku bingung untuk berkata-kata. Langit ternyata masih mengingat ucapan Mbak Aruna saat itu. Aku tidak tahu apakah Mas Segara berbohong atau memang sengaja tidak ingin ikut karena ada aku. Sekarang,aku harus menjawab Langit dengan berbohong? Ya, meski aku selalu mengajari Langit untuk tidak berbohong,nyatanya sendiri aku akan berbohong.

"Ayah enggak bohong. Kita main disini berdua saja,ya? Langit mau apa?"

"Ayahnya bohong,Bu."

"Ayah enggak bohong,sayang."

"Ayah bohong! Ayah sama ibu enggak saling sayangkan? Kata teman Langit,ayah sama ibu enggak pernah jenguk Langit bareng. Ayah selalu sendiri dan ibu juga selalu sendiri! Ayah sama ibu bikin Langit kecewa!"

"Ayah sama ibu saling sayang. Langit enggak boleh berpikiran seperti itu,apa ibu pernah mengajari Langit untuk berpikiran seperti itu?"

"Langit mau ayah dan ibu sama-sama! Langit pernah dengar Om Senja dan ayah ribut tentang ibu,Om Senja nyuruh ayah supaya mau mencintai ibu seperti ayah mencintai bunda."

Aku terdiam. Rasanya seperti mimpi saat Langit mengatakan seperti itu. Aku.....tidak bisa berkata apapun lagi,mulutku terasa sulit untuk mengatakan segalanya. Mengatakan tentang kenapa pernikahan ini terjadi,tentang kenapa Langit bisa menganggapku sebagai Ibu,tentang kenapa Ayahnya tidak bisa menerima kehadiranku meski Ayahnya yang membuatku masuk kedalam hidupnya.

Langit,sumber kebahagiaan ku,kini dia membuatku merasa sangat terluka. Aku,aku,aku...merasa ini akhir dari kisahku bersama Langit. Hal seperti ini selalu tidak aku pikirkan,aku hanya berpikir kalau aku dan Mas Segara bisa hidup bersama dengan cinta,makanya aku tidak pernah berpikir seperti ini. Rasanya sangatlah sakit.

"Ibu,jawab pertanyaan Langit. Ibu sayang sama ayah?"

Jujur. Satu-satunya yang Langit butuhkan adalah jawaban yang jujur. Waktu yang tepat untuk Langit tahu tentang aku dan Ayahnya.

"Ibu sayang sama ayah,"jawabku pelan.

Ya,itu memang kejujuran. Aku memang menyayangi Mas Segara.

Langit bangkit dari duduknya. Dia berada didepanku,wajahnya terlihat sangat sedih saat matanya sudah berkaca-kaca.

"Langit kecewa,bu..."ucapnya,lalu berlari sejauh mungkin.

Aku mengejar Langit yang semakin jauh dariku. Semua orang menghilang begitu saja saat ada rasa kekecewaan didalam jiwa Langit. Langit berawan mendung,suara gaduh diatas sana membuat suasana semakin menyakitkan,rintik air mata dari awan mulai terasa diwajah.

Aku melihat Langit yang berdiri ditengah jalan. Dari arah kanan,mobil berwarna hitam melaju dengan sangat kencang. Jarakku dan Langit terlalu jauh,apa aku bisa meraih Langit sebelum mobil itu menabrak Langit?

Aku terus berlari. Namun sayangnya mobil itu lebih cepat. Akhirnya,Langit terhempas cukup jauh. Darah disekitarnya,luka parah dikepala. Aku menangis,menjerit sejadi-jadinya,tapi tidak ada yang mendengar seolah semua orang menjadi tuli.

"LANGIT!!!"teriakku.

Tidak ada sahutan yang aku dengar dari Langit. Mobil yang menabraknya juga telah sirna dengan kecepatan.
Aku mendekat,terduduk lemas disamping Langit. Membawa Langit kedalam pelukanku.

"Maaf,maafin ibu...Selama ini berbohong ke Langit. Jangan tinggalin ibu...Ibu enggak mau Langit pergi... Langit jangan tinggalin ibu...Jawab ibu,sayang..."tangisku.

"Langit...Ibu sayang sama Langit...Ibu selalu cinta sama Langit seperti Ibu sayang sama ayah...Jangan tinggalin ibu."

Kupeluk Langit semakin erat. Tidak ada balasan dari pelukanku. Langit...dia tidak meninggalkanku'kan?

"LANGIT, BANGUN SAYANG, INI IBU."

Langit menjadi semakin mendung,awannya semakin menggebu-gebu. Membasahi aku dan Langit. Tidak ada manusia yang berlalu lalang. Satu kata untukku saat ini 'menyerah'. Aku menyerah kepada takdir Allah swt yang mempermainkanku. Aku menyerah karena kehilangan sumber kebahagiaan ku. Aku kehilangan orang yang ku sayangi untuk ketiga kalinya.

💫-----💫-----💫

Aku duduk diatas ranjang. Wajahku basah karena air mata. Mas Segara dan Langit duduk disampingku,mereka menatapku penuh kekhawatiran. Kenapa dengan aku? Aku merasa kejadian itu sangat nyata, kejadian tentang aku kehilangan seseorang yang kusayangi untuk ketiga kalinya.

"Langit,"ucapku lalu membawa Langit kedalam pelukanku.

Aku memejamkan mata,menikmati hangatnya pelukan ini. Sebuah mimpi yang seperti nyata. Mimpi tentang kehilangan adalah sebuah keburukan bagiku.

Aku membuka mata,menatap Langit yang sudah melepas pelukan.

"Ibu enggak apa-apa?"

"Ibu...Ibu mimpi Langit ninggalin ibu."

"Langit enggak akan tinggalin ibu,Langit janji."

"Ibu enggak akan pernah biarin Langit ninggalin ibu."

"Ayah juga enggak akan ninggalin Ibu dan Langit."

Pernyataan Mas Segara seolah membuatku terhantam kenyataan yang begitu mendalam. Baru saja aku dihantam mimpi,dan kemudian aku dihantam pernyataan Mas Segara yang begitu membuatku terjun dari jurang tanpa merasakan sakit.

Aku tidak ingin terlalu bahagia mendengar pernyataan itu. Aku takut kebahagiaan ku hanya untuk sesaat. Aku takut semua ini hanya takdir yang membuatku untuk terbang setinggi mungkin lalu dijatuhkan sedalam mungkin.

Untuk Mas Segara dan Langit,

Jangan tinggalkan aku saat aku sedang merasa sangat bahagia. Aku tidak mau diberi duka untuk saat ini,aku hanya bisa menerima luka untuk saat ini.

Dari Istri dan Ibu
Mulan Cahaya Carabia.

Satuhal yang harus kalian tahu,aku sudah merasa bahagia. Karena aku bisa disatukan dengan kalian.

💫-----💫-----💫

Gimana dengan bab ini?

Jangan lupa vote and komen ya....tunggu bab 6 Nya

Jangan lupa buat rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian...

Papayyyy

About us and skyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang