Berpindah

436 55 2
                                    

Renjun terbangun dari tidurnya, melirik ke ranjang sampingnya, di mana Junkyu tertidur pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, menyisakan kepalanya yang menyembul dari balik selimut berwarna biru muda itu.

Renjun mendapatkan sebuah mimpi yang biasanya dia anggap sebagai petunjuk, tetapi kali ini berbeda, dia sendiri bingung dengan arti mimpinya.

Dia bertemu dengan Jeno dari masa lalu yang berdiri di depan kaca yang memantulkan gambar dia dan teman-temannya. Jeno di dalam mimpinya hanya mengatakan satu kata sambil menunjuk ke arah kaca itu.

"Penghianat." Satu kata yang memporak-porandakan pikiran Renjun saat ini.

Renjun memutuskan untuk bangun, jam menunjukkan pukul dua dini hari, dia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum.

Ketika minum, dia melihat ke arah jendela yang menampilkan langsung pemandangan malam area pantai, di sana sosok laki-laki yang Renjun kenal berjalan ke arah laut sendiri.

Melihat keanehan itu Renjun segera keluar untuk memastikan apa yang terjadi.

"JAEMIN!" Panggil Renjun pada Jaemin yang berdiri tegak dengan tatapan lurus ke arah laut.

"Ngapain di sini?" Tanya Renjun lagi begitu berdiri di sisi Jaemin.

"Eh, kenapa?" Jaemin balik bertanya dengan muka kebingungan.

"Lu yang kenapa, malah nanya balik."

Jaemin menggaruk tengkuknya, menyiratkan bahwa dia juga kebingungan dengan situasi ini.

"Gak tahu, kayaknya ada yang manggil. Dulu gw juga sering pas tidur tiba-tiba jalan keluar rumah." Jaemin mencoba menjelaskan tentang kebiasaan anehnya saat kecil.

"Ya udah ayo balik." Renjun segera menarik lengan Jaemin untuk kembali ke vila tempat mereka menginap, udara dingin sangat menggangu tubuhnya.

"Sial, gagal."

Pagi harinya mereka sarapan dengan tenang, yang vampir tentu hanya meminum darah.

"Hari ini kita pergi dari sini." Ucap Renjun memecah keheningan diantara mereka.

"Oke!" Balas mereka semua secara bersamaan.

"Bagi lah dikit lagi." Hyunjin meminta sedikit darah yang di minum oleh Jihoon.

"Ogah, lu udah makan nasi goreng juga, ditambah sama satu kantong darah, masih aja kurang." Balas Jihoon melenggang pergi dari hadapan Hyunjin yang mendecih kesal.

"Sini dah, Jin. Gw kasih satu kantung darah lagi." Ucap Haechan.

Tentu saja Hyunjin langsung berlari menghampirinya.

"Tapi lu harus ngabisin satu botol ramuan penyembuh, ini dulu." Haechan menaik turunkan alisnya, menunjuk sebotol ramuan yang dia pegang.

"GAK MAKASIH." Hyunjin langsung berlari pergi. Sungguh dia trauma dengan ramuan yang pahit sekali itu.

Semuanya sudah selesai mengemas barang-barangnya, sebenarnya hanya Haechan dan Jeno saja, karena hanya mereka yang sempat membawa tas. Tas Haechan yang penuh ramuan, buku, bahan-bahan ramuan, dan barang-barang yang mungkin akan mereka butuhkan.

Tas Jeno hanya berisi beberapa kantung darah dan jangan lupakan jantung vampir yang di titipkan pada tas Jeno.

"Pegunungan Jenggala." Renjun menepuk pundak Haechan yang lagi berebut kacamata dengan Sunwoo.

"Bentar...... Anjing gw yang buat ini." Haechan masih dalam aksi tarik menariknya.

"Pinjem elah biar cakep dikit nih gw. Lu buat lagi aja." Sunwoo masih berusaha mempertahankan kacamata hitam menawan itu.

"Udah napa kayak anak kecil aja lu berdua." Ucap Jihoon.

"DIEM LU." Bentak keduanya.

Yang lainnya hanya tertawa melihat kejadian itu. Dengan inisiatif Hyunjin membuat kacamata dua dengan sihirnya, ya walaupun gak jago tapi kalau buat beginian dia bisa lah.

"Nah pake dah tu, couple keren." Hyunjin memakaikan kacamata buatannya pada Haechan dan Sunwoo. Sedangkan kacamata yang mereka perebutan dia pakai.

Makin menjadi tawa mereka semua, kacamata yang di buat Hyunjin berbentuk hati berwarna hijau yang lucu sekali.

Berakhirnya sesi saling merebutkan kacamata dan berakhir pakai kacamata couple dari Hyunjin. Haechan membuka portal walaupun masih masam sekali wajahnya.

Tak butuh waktu lama mereka sampai pada tujuan, di sana ada sebuah rumah yang tak sebesar vila Hyunjin kemarin, tapi cukup untuk mereka tinggali.

"Mimpi kemarin, bukan hal yang baik." Ujar Renjun pada Haechan. Mereka duduk berdua di halaman belakang, memandang hamparan rumput yang hijau sekali, menyegarkan mata.

"Kita cari secepatnya, semakin lama tubuh Junkyu semakin lemah." Ucap Haechan.

Mereka semua berada di halaman belakang, selain Haechan dan Renjun, mereka bermain di hamparan rumput hijau itu, mereka berlarian. Junkyu sudah tertawa terbahak-bahak bahkan sampai berguling-guling di atas rerumputan.

Mungkin Junkyu juga sedikit menyadari bahwa tubuhnya semakin melemah, Haechan bisa tahu dari aliran kekuatan di tubuhnya yang lambat laun berubah membiru. Aliran kekuatan demon itu berwarna hitam, jika membiru berarti membeku, yang menggambarkan bahwa sosok demon itu melemah dan akan mati.

 Aliran kekuatan demon itu berwarna hitam, jika membiru berarti membeku, yang menggambarkan bahwa sosok demon itu melemah dan akan mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kacamata couple yang dipakai Haechan and Sunwoo

Sisi Lain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang