Bab 1

343 49 1
                                    

Ijab kabul berlangsung dalam suasana khidmat. Banyak mata berkaca-kaca mendengar ayah sang mempelai wanita mengucap ijab dengan suara bergetar penuh haru.

Mempelai pria dengan suara tegas dan lantang mengucap kabul, menghilangkan kekhawatiran melepas putri semata wayang ke dalam tanggung jawab pihak lain.

Di sekitar mereka, Mika berulang kali mengabadikan momen sakral itu dari berbagai sudut. Ingatan kembali ke 6 bulan lalu. Pria yang menikahinya juga mengucap kabul dengan suara lantang dan tegas, seakan siap menjaga sampai akhir hayat. Namun apa yang terjadi?

Sejak saat itu, selalu berdoa agar setiap pernikahan yang ia hadiri, tidak berakhir seperti kisahnya. Seorang Cinderella yang kehilangan arah setelah pesta pernikahan. Cukup ia saja!

Mengenakan kebaya kutubaru berwarna beige berpadu rok batik lebar, Mika bergerak aktif dengan kamera tergantung di leher serta tas ransel di punggung.

Wizzy, sang second photographer, menghampiri. "Zauji ada di sini."

Tersenyum samar, tak sedikitpun tergoda melihat ke arah mata Wizzy tertuju. Lima hari tak berjumpa Mada di apartemen, malah ada di pesta ini. Luar biasa kehidupan pernikahan mereka.

Keseriusan menjalani profesi membuatnya melupakan kehadiran Mada. Tak sengaja melihat salah satu "teman" Mada dalam tangkapan kamera, segera menggeser sudut fokus ke arah lain.

Biasanya kalau sudah terlihat seorang, lainnya pasti berposisi tidak jauh-jauh. Daripada mood menjadi jelek, lebih baik menghindari sumber masalah.

Sebuah rombongan kemudian membuatnya tak mungkin menghindar. Mada termasuk dalam rombongan pria-pria tampan berjas rapi bertubuh atletis. Rupanya sang pengantin pria adalah teman mereka.

Tertegun sesaat, berharap sang mempelai pria bukan termasuk salah satu dari mereka. Miris membayangkan semakin banyak wanita dari keluarga baik-baik menjadi korban atas keegoisan, hanya demi memperolah status pernikahan.

Sempat saling menatap, sebelum pandangan terhalang lensa kamera. Senyum dari "teman-teman" Mada, ia anggap sebagai ledekan atas kebodohan telah terpedaya.

Andai saat itu otak dapat berpikir dengan benar, seharusnya ketergesa-gesaan menuju pernikahan, menghadirkan kecurigaan. Euforia berhasil mendapatkan suami dengan spesifikasi oppa Korea telah melenakan.

Sesuatu yang seharusnya perlu dipertanyakan mengingat spesifikasi tak sebanding! Hanya wanita biasa yang terus berusaha memantaskan diri untuk terlihat menarik bukan bermodalkan wajah cantik.

Ia dan Mada bagaikan langit dan bumi dengan latar belakang yang hanya keajaiban bisa menyatukan. Bahkan teman-teman saat menghadiri pesta pernikahan, memberinya ucapan selamat atas keberhasilan memperbaiki keturunan. Sebegitu berbedanya mereka.

***

"Mika, tuh! Gak kamu samperin?" Patra tak pernah bosan tersenyum ramah di mana pun bertemu Mika, meski tak pernah berbalas.

Mada hanya merespon dengan lirikan sekilas ke wanita bertubuh berisi berkulit sawo matang. Bergerak lincah di tengah kerumunan.

Wanita berstatus istri, masih kuat bertahan meski keberadaannya tak ia gubris. Berharap dia akan menyerah, pergi dengan sendirinya.

Sesi foto bersama sahabat sedang berlangsung. Satu-persatu teman-teman pengantin pria berfoto bersama pasangan pengantin. Tiba giliran Mada, Mika hanya mengabadikan sosok pengantin meski Mada berdiri di samping. Tersenyum samar mengingat ketidakprofesionalan.

How Long Can You Survive?Where stories live. Discover now