Jika ada kata yang melukiskan perasaanku yang bahkan tak tergambar, itu adalah Takut
Aku, tidak ingat kapan senyum itu terakhir terpancar
Kapan mimpiku kurangkai di setiap sudut aju terbangun
Di setiap lubang rumah dan debu yang menyelimuti dindingnya
Cahaya itu terpancar karena malu dan iman yang kupeluk erat
Yang sekarang hanya tersisa hangatnya, terasa jauh
Seiring pudarnya malu dan iman, diri ini semakin gelap
Rasanya semua semakin jauh
Tapi bukankah aku akan menyakiti hati lagi kalau mundur
Tapi aku bahkan sudah jauh dari diriku sendiri
Aku hanya marah dan takut akan diriku
Aku ingin kabur dan lari
Tapi bagaimana ia bisa lenyap jika itu selalu kubawa, lekat
Lidahku berkata telah memaafkan. Aku sungguh ingin menerima hidupku saat ini. Aku terkadang hanya ingin berhenti dan menjadi biasa saja. Sungguh, menjadi biasa tanpa ekspektasi dari siapa pun. Aku hanya ingin memaafkan diriku dan menatap dengan kepala tegak. Tapi aku takut untuk melangkah, terlalu menakutlan untuk menapak jalan di depan. Aku, sekarang di tempat ini, menjalani hal yang banyak aku tak suka dulu. Aku benci membenci sesuatu.
AKU TAKUT KEMBALI MENGECEWAKAN, INGKAR JANJI, MENGINGKARI. AKU TAKUT MENJANJIKAN ATAU BERKATA YA.
Allah, maafkan aku. Tapi aku tidak sanggup meminta maaf. Aku menjauh selama ini. Dari rasa bersalah kepada orang tuaku karena tidak bisa menjadi yang seperti mereka inginkan. Aku menjauh dari saudaraku karena aku merasa kotor. Aku menjauh dari sahabat-sahabatku karena merasa tak sama lagi. Aku menjauh, bahkan dari diriku sendiri karena aku merasa aku tidak tahu akan mengecewakan siapa lagi.
Allah, bagaimana aku harus membuang perasaan ini. Aku kehilangan semuanya.
***
Saat perasaan seperti ini muncul, mungkin sudah tepat untuk kembali. Berbisik atau berterus teranglah "Allah, tolong aku. Dalam setiap hal dan keadaan, dalam diam dan bicara yang tak yakin kumaknai sebagai apa, tolonglah aku. Tolonglah aku untuk punya tujuan yang benar."
YOU ARE READING
dearangkai
RomanceMerangkai setiap perasaan lewat kata dari yang sudah berkepala dua. Karena rangkai tak menuntut sembuh seketika. Mungkin ingin diungkapkan. Tapi tak mengapa jika lebih sering dipendam atau membiarkannya dibaca banyak orang. Semoga bisa jadi bahan te...