🍁1 : 𝕋𝕙𝕖 𝔹𝕠𝕪 𝕚𝕟 𝕙𝕚𝕤 𝕨𝕙𝕖𝕖𝕝𝕔𝕙𝕒𝕚𝕣 🍁

41 5 4
                                    

Michael Kaiser atau sapaan akrabnya sebagai Idol, Micha. Namun, sekarang dia bukan lagi seorang Idol yang dipuja-puja oleh para wanita di dunia; yang selalu dikagumi oleh orang-orang bahkan anak-anak karena sifat ramahnya, yang digadang-gadang menjadi calon suami diantara banyak fans yang mengidolakannya, dan masih banyak lagi segala macam pujian lainnya yang tidak cukup untuk di narasikan.

Sekarang, dia tidak lain hanyalah masyarakat biasa yang berbaur dengan lainnya. Tidak terlihat oleh siapapun, tidak dikenali siapapun, dan bebas melakukan apapun yang dia mau. Meskipun kebebasan ini bisa dia dapatkan setelah mengubah gaya rambutnya dan mewarnainya, serta pergi dari tempat kelahirannya ke Negeri The Great White North alias Kanada.

Negara yang dikenal sebagai Negeri Besar Utara yang Putih karena kondisi geografis negara ini sebagian besar tertutupi oleh salju selama musim dingin, Micha memilih negara ini sebagai tempat pelarian yang cocok karena tak banyak orang mengenalinya sebagai seorang idol-atau seharusnya kita menyebut dia sebagai mantan idol.

Hari ini terhitung sudah 5 bulan lamanya dia ada di Kanada, menikmati hari-harinya seperti orang lokal dengan bekerja sebagai Bartender dan sesekali meluangkan waktunya untuk menulis lirik yang tidak akan pernah dia konversikan sebagai lagu. Apalagi menyanyikannya sebagai soloist. Micha sudah bertekad untuk berhenti menyanyi, sebab apabila dia bernyanyi-sama saja dia membuka kenangan buruknya.

Skandal narkotika yang mengatasnamakan dirinya tanpa dia tahu apapun bagaimana berita itu tiba-tiba memunculkan hal demikian padanya. Bermacam-macam potret candid yang tampak mirip seperti dia, tetapi tentu sangat jauh berbeda jika mereka bisa melihat dengan jeli tinggi badan di potret itu lebih pendek dari tubuh aslinya. Berita skandal pertama masih bisa dia kendalikan dengan melakukan tes lab dan hiatus beberapa bulan. Hasil tes lab pertama adalah negatif, tetapi media sama sekali tidak ada yang mengangkat hasilnya dan hanya menyatakan bahwa dirinya akan meluruskan masalah ini.

Okay, Micha sedikit bersabar lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Lalu, Direktur memintanya untuk bertemu empat mata dan menyuruhnya berhenti saja sebagai Idol. Alasannya adalah agar member BluEven tidak ikut tercemari namanya hanya karena masalah yang dia perbuat. Jika dia tidak segera keluar dari BluEven, maka beliau akan mengajukan ke pihak media bahwasanya dia positif pecandu.

"Anda gila! Bagaimana mungkin anda melakukan ini pada saya?" cercanya suatu menghadap Direktur Agensi, Ego, sembari menunjukkan tes lab yang dia lakukan dengan hasil negatif; menaruhnya agak kasar diatas meja Direktur Agensi.

"Hasilnya negatif. Anda tidak bisa seenaknya mengeluarkan saya begitu saja tanpa ada pembuktian dari saya lebih dulu!" Wajah Micha memerah padam dipenuhi urat-urat yang menonjol di leher dan pelipisnya. Sangat marah sebab itu adalah sebuah penghinaan untuknya.

"Saya akan mengklarifikasi kebenaran ini sendiri secara LIVE di media sosial milik saya sendiri. Anda tidak bisa menghentikan saya-"

"KELUARLAH!" sergah Direktur Ego membuat pria berambut side-bangs blonde di depannya terdiam sedikit kaget pada suaranya. "Kami telah sepakat untuk mengeluarkanmu dari Grup dan Agensi ini. Tidak ada komentar apapun lagi, Michael."

Urat-urat lehernya menonjol sangat jelas menampilkan rahangnya yang tegas, matanya memerah dan berair, kedua tangannya terkepal erat menggenggam segala emosi yang ingin keluar meletup-letup. Detak jantung yang menggebu-gebu perlahan-lahan menjadi lebih tenang, Michael berhasil mengatur emosinya meski hatinya masih sangat sakit dengan keputusan Direktur.

"Baiklah."

Tanpa salam perpisahan, Michael lekas pergi membereskan barang-barangnya di dorm tanpa peduli mata para anggota yang melihatnya dengan segan. Sampai dia menutup pintu pun, tidak ada ucapan apapun untuk para anggotanya. Terlampau kecewa dan sakit hati telah membuat Michael melupakan begitu saja momen-momen kebersamaan dengan para anggota.

Sampai sekarang, Michael tak pernah mempertanyakan bagaimana perasaan para anggota saat dia pergi begitu saja. Dia sudah tidak peduli pada pandangan mereka. Entah mereka menyebutnya sebagai anggota congkak atau sombong, semua penilaian itu terserah mereka.

"Michael, hari ini kau pulang lebih awal, ya. Tidak ada lagi yang harus dikerjakan, cuma ... besok pagi tolong datang lebih awal, ya. Bantu aku membereskan gudang penyimpanan."

"Okay, sir."

Kehidupannya di Kanada saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan saat menjadi idol. Tidak ada peraturan yang sangat ketat, tidak ada orang yang mengerubunginya saat jalan-jalan, tidak ada kamera yang selalu mengambil gambarnya tanpa izin, dan tidak ada orang yang mengenalnya sebagai seorang idol maupun mantan idol.

Dia bisa bergerak leluasa kemanapun dia pergi tanpa masker, dan topi untuk menutupi wajahnya. Dia bisa makan di mana pun tanpa khawatir dengan lingkungannya. Inilah kebebasan yang dia inginkan. Michael selalu mendambakan kebebasan ini.

🍁🍁🍁

Sore hari di Quebec yang kuning keemasan berkat musim gugur adalah pemandangan eksotik terfavorit nya sejak tinggal di Kanada. Pelariannya ke negara ini merupakan pilihan yang tepat untuk orang berjiwa seni seperti dia. Sambil menenteng buku catatan dan pena, dia berjalan menyusuri jalanan setapak bertaburkan dedaunan maple. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat yang pas untuk dia beristirahat sejenak sebelum pulang ke Kondominiumnya.

Satu pohon maple besar yang berdiri sendirian tanpa ada pepohonan maple lain menjadi tempat pilihannya. Dia melangkah beberapa langkah ke depan lagi, tetapi sepertinya sudah ada orang menempatinya. Hatinya kecewa. Namun, orang di sana menyebut namanya membuat Michael lantas berhenti dan mengintip dari balik batang pohon maple.

Seorang lelaki berambut magenta; duduk di kursi roda sembari menggulir layar ponsel yang menampilkan foto majalah Michael.

"Padahal Micha tidak salah. Kenapa Direkturnya tidak mau mengusut lebih dalam soal masalah idolnya? Micha juga sudah berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Dasar agensi baj****!"

Bluers?

Tidak pernah Michael berharap masih ada penggemar yang membelanya, kenyataan saat ini adalah pembuka pintu pikirannya untuk berpikir, "Ternyata masih ada yang memikirkan aku."

Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan bulan sabit yang indah. Michael sangat senang masih memiliki satu penggemar yang setia. Namun, di saat yang bersamaan dia juga berpikir, masihkah dia pantas menjadi idola untuk satu orang penggemarnya?

Lamunan panjangnya kian semakin menjauh hingga kembali ke masa lalu, berkhayal upaya-upaya yang bisa dia lakukan sebelum skandal itu menjadi lebih viral. Meski hanya berupa khayalan semu yang sudah terlambat untuk diperbaiki, Michael kembali merenung. Sampai sebuah suara benda jatuh mengalihkan perhatiannya kepada laki-laki berambut magenta tadi.

"Oh, God. Kau baik-baik saja?"

Dengan cekatan dia mengangkat tubuh laki-laki itu dan membawanya duduk di atas hamparan daun maple, seraya memposisikan kursi roda yang terguling itu berdiri lagi, dan menggendongnya lagi ke kursi roda.

"Terima kasih," ucapnya sangat sungkan. Manik magenta yang indah mengerling bak kristal ketika mata mereka saling berkontak. Laki-laki itu sedikit membuka bibirnya karena terkejut melihat seorang mantan idol grup BluEven ada di depan matanya.

"Michael Kaiser ... 'kan?"

Embusan angin sore menerbangkan dedaunan maple di sekitar mereka berayun-ayun lembut mengitari udara Quebec, pohon-pohon maple sedikit bergoyang akibat terpaan angin, memberikan suara gemercik daun dan ranting yang menenangkan. Ianya menjadi saksi bisu atas pertemuan pertama mereka sebelum kisah-kisah rumit datang membawanya pergi.[]

🍁ᴛ ʜ ᴇ ᴍ ᴀ ᴘ ʟ ᴇ ғ ᴀ ʟ ʟ🍁

𝑼𝑵𝑫𝑬𝑹 𝑻𝑯𝑬 𝑴𝑨𝑷𝑳𝑬 𝑭𝑨𝑳𝑳 [𝙺𝙰𝙸𝚂𝙴𝚁 𝙽𝙴𝚂𝚂-SLOW UP]Where stories live. Discover now