P3

6.3K 40 0
                                    

Yoashia bangun dengan rasa semangat tinggi hari ini. Benar-benar berbeda dari yang kemarin ataupun hari-hari sebelumnya senantiasa dirasakan.

Ya, faktor utama tentu karena senang sang ayah angkat bersamanya, setelah hampir sebulan tak melihat pria itu.

Yoashia pun amat sadar jika perasaan semacam ini, bukan kegembiraan dari seorang anak bertemu orangtuanya.

Melainkan, keriangan seorang wanita mudah berjumpa sang pujaan hati.

Yoashia sudah merencanakan pula apa saja yang akan dilakukan dengan ayah angkatnya, setelah sarapan sampai nanti malam akhirnya tiba.

Tak banyak kegiatan di luar rumah. Ia jenis introvert yang lebih suka tidak melakukan aktivitas berlebihan.

Cukup mengobrol sambil minum kopi selama berjam-jam, adalah momen yang paling menyenangkan baginya.

"Wah, senang membuat sarapan 'kah di sana?" gumam Yoashia spontan, ketika dilihat Gross berada di areal dapur.

Lalu, langkah kaki berjalan pun dicepat supaya bisa mendekati ayah angkatnya. Pria itu seperti tak sadar jika dirinya sedang berupaya menghampiri.

Seperkian detik kemudian, ia pun telah sampai di tempat tujuan. Jarak dengan sang ayah angkat, terlebih sangat tipis.

"Selamat pagi, Daddy."

Segenap keberanian diterapkan untuk bisa memeluk Gross dari belakang. Tak akan disia-siakan momen bagus ini.

Sejak kemarin diperintahkan dirinya mengandung keturunan keluarga Hanks yang baru dan sang ayah angkat sebagai pendonor, Yoashia telah bertekad besar.

Ya, membulatkan tujuan untuk dapat memenangkan hati Gross yang sedari usia tujuh belas tahun disukainya.

Akan digunakan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin. Tentu harus dibarengi usaha semaksimalnya.

Yoashia sangat yakin jika sudah matang dibuat rencana, maka hasil yang akan didapatkan pasti bisa sesuai keinginan.

"Daddy sedang buat apa? Aromanya harum, aku jamin akan enak." Yoashia bicara kian riang. Tak lupa diiringi pula oleh kikikan tawanya yang renyah.

Reaksi sang ayah angkat? Hanya diam dengan tubuh terasa cukup tegang yang masih dipeluk begitu erat olehnya.

Tentu, kegiatan memanggang roti tak dihentikan, walau mungkin berada di dalam situasi yang tak menyenangkan.

"Trims sudah memasak untukku. Pasti akan aku habiskan semua, Daddy."

Tak hanya kata-kata diucapkan dengan lembut, namun juga dekapan semakin dikuatkan ke tubuh hangat Gross.

Yoashia amat sadar sang ayah angkat kurang nyaman akan tindakannya. Ia pun mulai merasa malu atas sikapnya.

Kemudian, diputuskan untuk melepas dekapannya, walau lumayan sulit.

Kaki juga melangkah menjauh. Upaya menjaga jarak dengan sang ayah angkat agar tak ada keinginan memeluk lagi.

Saat Gross membalikkan badan, gerak kedua kaki pun seketika dihentikan. Ia jelas tidak mau sampai ketahuan.

"Duduklah, kita akan makan."

Perintah sang ayah angkat langsung saja dilakukan, tanpa bertanya kembali.

Duduk nyaman di kursi dengan seluruh atensi yang masih lekat ke sosok Gross. Ingin diperhatikan setiap gerakan pria itu karena begitu menyenangkan.

Sampai pada menit, Gross yang sampai di meja makan dan menempatkan diri tepat di sebelahnya. Tentu dengan jenis sarapan yang amat disukainya.

"Wah, sangat enak pasti, Daddy."

Setelah memuji, Yoashia segera melahap semua makanan di piring dengan cepat. Tak ada jeda untuk berhenti karena ia ingin lekas menghabiskannya.

Dalam beberapa menit, sudah tandas secara keseluruhan. Tak tersisa satu pun di piring. Ia pun sangat kenyang.

"Benar-benar lezat."

Ide nakal seketika muncul di kepalanya dan langsungs saja diterapkan, tanpa harus memikirkan lebih lanjut atas konsekuensi bisa dihasilkan nanti.

Yoashia bergerak naik ke atas pangkuan sang ayah angkat. Lalu, melingkarkan kedua tangan ke leher pria itu.

Mendadak pula ada dorongan mencium bibir Gross, seperti yang sebelumnya ia pernah lakukan. Penasaran lagi akan bagaimana rasa mencumbu pria itu.

Namun, saat akan direalisasikan, sang ayah angkat malah mengangkatnya dari pangkuan. Ia harus urungkan niatan.

"Aku belum siap, Yoa."

Sleep With My Daddy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang